Alvian telat bereaksi saat seseorang tiba-tiba muncul dan memelintir tangannya. Ilyas bahkan tidak tahu apa-apa. Tiba-tiba saja tubuhnya telah dibanting ke lantai.
"Sialan!" Ilyas mengumpat sembari menahan sakit.
"Akh! Tanganku, tanganku!" pekik Alvian kesakitan.
Seseorang yang memelintir tangan Alvian dan menahannya merasakan tangannya basah. Saat ia membaui, aroma darah yang tercium.
"Alvian! Ilyas!!"
Suara yang begitu familier terdengar. Dengan menggunakan senter dari ponsel, orang itu menerangi wajah Ilyas dan Alvian bergantian untuk memastikan dugaannya.
"Kalian sedang apa di sini?" Orang yang berbicara adalah petugas Rama.
"Petugas Rama!" Ilyas menyadari sorot mata yang tidak ramah saat menatapnya.
Petugas melepaskan pelintiran tangan Alvian. Ilyas bangun sendiri dan menatap kesal ke arah petugas tidak dikenal yang membantingnya.
"Tanganmu tidak apa-apa? Sepertinya berdarah lagi." Petugas Rama menunjukkan telapak tangannya yang basah.