"Nisa, maaf. Ujian masuk Universitas... aku belum lulus. Janji untuk masuk Universitas yang sama, masih belum bisa kutepati." Suara Ilyas beberapa hari lalu terngiang kembali di telinga Nisa.
Tentu saja Nisa terkejut. Merasa sedih. Janji mereka untuk bisa masuk ke Universitas yang sama tahun ini belum bisa terwujud. Nisa tidak pernah menuntut Ilyas agar menjadi seperti keinginannya.
Meski sedih, Nisa tidak menganggap masalah ini sebagai sebuah petaka. Sebuah kegagalan tidak berarti segalanya telah berakhir. Masih ada tahun depan. Jika masih gagal juga, selama Ilyas memiliki niat akan selalu ada kesempatan lain.
"Enggak masalah. Ilyas bisa mencobanya lagi tahun depan," ucap Nisa berusaha menghibur.
Ilyas tidak menjawab. Laki-laki itu hanya melebarkan senyumnya dan sekali lagi meminta maaf. Kesedihan di matanya tampak jelas. Penyesalan dalam ekspresinya begitu nyata.