Ilyas sedang dalam perjalanan menuju bandara. Beberapa hari yang lalu ia menghubungi Alvian untuk meminta bantuan.
"Enggak!" tolak Alvian mentah-mentah.
"Aku bahkan belum bilang apa-apa kamu sudah bilang enggak?!" Ilyas sedikit kesal karena Alvian tidak membiarkan Ilyas menyelesaikan kata-katanya lebih dulu.
"Aku tahu kamu akan menyuruhku memikirkan rencana pertemuanmu dengan Nisa," kata Alvian. "Kamu yang punya rencana, kenapa bukan kamu sendiri yang berpikir?"
"Aku sudah berpikir sepanjang malam, tapi sama sekali enggak bisa memikirkan rencana yang mengesakan," keluh Ilyas. "Pokoknya kamu harus membantuku. Kamu punya otak cerdas yang enggak boleh kamu sia-siakan," tambahnya memaksa.
Ilyas bahkan menyarankan Alvian untuk meminta bantuan Lea. Dengan adanya bantuan dari Lea, mereka akan lebih memudahkan dalam menyusun rencana.
Yang terjadi selanjutnya, Alvian terpaksa menyetujui semua permintaan Ilyas. Sesuai saran Ilyas, Alvian bahkan meminta bantuan pada Lea.