Keesokan harinya, Nisa bangun lebih pagi dari biasanya. Lebih tepatnya tidak bisa tidur. Hanya memejamkan mata dan berguling ke sana kemari. Mengubah-ubah posisi hingga membentuk sudut 360 derajat.
Begitu matahari terbit di atas horizon sebelah timur, Nisa masih hanya berbaring saja di ranjangnya. Tubuhnya terlentang sembari memeluk bantal. Tatapannya lurus tertuju pada langit-langit kamar.
Menit demi menit berlalu dan Nisa masih diam mematung di posisinya. Tidak bergeser sedikit pun. Nisa tidak ingin beranjak, tidak ingin ke mana pun dan tidak ingin melakukan apa pun.
Ponsel Nisa berdering, tapi Nisa tetap tidak bergerak. Bahkan bola matanya pun tidak. Beberapa kali pesan singkat masuk dan Nisa masih tetap abai. Sama sekali tidak ada keinginan untuk menggerakkan tubuhnya meski hanya sekadar mengintip ponsel yang tergeletak di dekat kepalanya.