Keesokan harinya Lea mengajak Nisa mengunjungi gudang yang ia sebut ruang rahasia. Kunci gudang diletakkan di tempat biasa, di bagian bawah pintu.
"Dari mana kamu dapat kuncinya?" tanya Nisa penasaran.
"Awalnya Alvian pinjam ke penjaga sekolah. Biar enggak dicurigai kuncinya dibuat duplikat." Lea selalu tersenyum saat mengingat setiap tingkah Alvian.
Alvian adalah salah satu teladan bagi anak-anak lain seusianya. Lea tidak pernah menyangka kalau ternyata pemikiran usil juga bersarang di otak Alvian sama seperti anak-anak lain.
Begitu pintu gudang di buka, apa yang sebelumnya Nisa bayangkan di benaknya tidak sepenuhnya berbeda dari yang ia lihat saat ini. Memang merupakan ruangan yang sempit.
Meja dan kursi rusak ditumpuk merapat di dingin belakang. Kardus yang berisi barang-barang tidak terpakai ditumpuk di sudut lain. Tumpukan ditutupi dengan beberapa spanduk kegiatan yang telah usang.