"Hentikan!" Meski merasa kesakitan setengah mati, Hendry berteriak meminta Nisa berhenti.
Nisa tidak peduli. Ia terus menancapkan pisau pada tempat yang sama. Berkali-kali. Terus-menerus hingga retakan semakin meluas. Saat satu pisau telah tumpul, Nisa mengganti dengan pisau yang lain.
Semakin sering Nisa memeriksa dinding di seluruh tempat ini, semakin Nisa yakin bahwa material yang digunakan bukan berasal dari semen dan bata, melainkan kaca. Karena terbuat dari kaca, otomatis daya tahannya juga berbeda.
Nisa memang tidak tahu seberapa besar daya tahan kaca di tempat ini, jadi ia mengujinya. Terus menguji. Mencoba lagi dan lagi.
Karena tenaga yang Nisa kerahkan sangat besar, jahitan pada luka di dadanya terbuka lagi. Darah di pakaiannya yang berwarna putih dengan cepat menunjukkan rembesan.