"Ilyas!" Alvian yang baru selesai berganti baju melihat Ilyas datang.
Alvian sendiri baru kembali. Awalnya ia pikir tidak perlu kembali lagi ke rumah sakit. Tapi Kapten Luka bersikeras. Kapten Luka bersikeras memaksa Alvian agar dirawat di rumah sakit dua hari Lagi. Jadilah, ia kembali ke tempat membosankan ini.
"Kamu dari mana?" Alvian bertanya pada Ilyas yang berjalan dengan kepala tertunduk dan langkah diseret.
Ilyas tidak menyahut. Wajahnya muram. Ia memaksa duduk di ranjang, menggeser posisi Alvian yang sudah sangat nyaman. Melihat ekspresi Ilyas yang tidak bersemangat, seolah telah kehilangan setengah jiwanya, Alvian rela mengalah. Ia memilih duduk di kursi.
"Masih marah?" tanya Alvian lagi.
Ilyas masih tidak menyahut. Ia menghela napas kemudian melorotkan tubuhnya. Posisi yang awalnya duduk bersandar berubah baring. Ilyas mengambil selimut dan memeluknya.
"Putus dari Nisa?"
"Sialan!" Ilyas akhirnya menyahut walau hanya dengan satu kata umpatan.