"Ini adalah utang budi. Karena tanpa mereka, saya tidak akan bisa bertahan sampai hari ini." Alvian mulai meneguk kopi di gelasnya.
"Bagaimana dengan Ayahmu? Kamu tidak memikirkan perasaannya?"
Alvian terdiam.
"Bagaimanapun kamu masih memiliki seorang Ayah. Jangan selalu membuatnya khawatir." Kapten Luka memberi nasihat.
Alvian tidak membenci ayahnya. Meski pria itu tidak pernah hadir di hari-hari yang paling Alvian butuhkan. Di saat Alvian merasa tidak memiliki siapa pun. Di saat paling menderita, merasa kesakitan, dan kesepian.
Jika berpikir mengenai ayahnya, ada begitu banyak perasaan asing di benak Alvian. Seandainya mereka bertemu lagi, ia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana canggungnya situasi mereka.
Untuk memenuhi rasa tanggung jawabnya, Ayah Alvian menelepon berulang kali, menawarinya tinggal bersama. Menebus hari-hari yang hilang dengan merawat Alvian, memenuhi kebutuhannya.