"Aku pulang." Nisa beranjak untuk mengakhiri pembicaraan.
"Biar kuantar." Alvian ikut beranjak.
"Aku pulang sendiri saja." Nisa menolak baik-baik. "Aku masih harus mampir ke pasar untuk berbelanja," tambahnya.
Alvian tidak memaksa, tidak membujuk. Lagi pula langit masih terang dan jalan masih ramai. Alvian yakin Nisa akan baik-baik saja sampai di rumah.
Setelah apa yang mereka bicarakan hari ini, segalanya membuat canggung. Berbicara terlalu banyak takut disalah artikan. Berbicara sedikit justru membuat keadaan lebih canggung. Sungguh tidak membuat nyaman di kedua belah pihak.
"Oh iya, jangan lupa untuk menelepon Ilyas. Ilyas sangat mengkhawatirkan keadaan Alvian," kata Nisa sebelum pergi.
Alvian mengangguk. "Akan kutelepon nanti."
"Satu lagi," tambah Nisa untuk terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi. "Terima kasih untuk semua yang telah Alvian lakukan untukku. Juga untuk setiap kekhawatiran Alvian. Aku enggak akan bisa membalas semua itu."