Nisa dan Alvian duduk di kursi tamu yang berada di lobi penginapan. Alvian mengambil dua botol minuman kemasan dari satu-satunya kulkas minuman yang di pajang di sudut.
"Aku enggak menyangka kalau akhirnya orang yang menangkap basah keberadaanku adalah Nisa." Alvian menyodorkan satu botol minuman pada Nisa.
"Selain itu, apa enggak ada apa pun yang mau Alvian katakan padaku?" Sudah cukup bagi Nisa berbasa-basi. Saatnya membicarakan hal serius.
Karena Nisa tidak kunjung mengambil minuman yang Alvian sodorkan, Alvian meletakkannya sendiri di dekat Nisa. Ia kemudian menarik kursi dan duduk di depan Nisa.
Sebelum menjawab pertanyaan Nisa, Alvian menggunakan jeda waktu yang ia punya untuk berpikir. Ia tidak yakin maksud pertanyaan Nisa mengacu pada masalah apa. Perjanjiannya dengan Lea atau hal yang lain. Alvian harus berhati-hati memberi jawaban.
"Nisa sudah tahu?"
"Yang kutahu bukan hanya satu." Nisa menggertakkan giginya. Jelas ia sangat marah.
"Maaf," sesal Alvian.