Memutuskan untuk berhenti sekolah bukanlah keputusan yang mudah untuk Alvian. Baginya, prestasi dan sekolah adalah segalanya. Hanya dengan bersekolah ia bisa menjadi lebih positif dan dapat melihat tujuan yang jelas untuk hidupnya.
Saat Alvian memilih sementara berhenti sekolah, ia tahu ia sedang berjalan mundur satu langkah dari teman-temannya yang lain. Saat teman-teman yang lain memegang ijazah dan merayakan kelulusan nanti, ia hanya bisa melihat dari jauh.
"Alvian! Alvian!!"
Suara Ilyas yang berteriak di telepon membuat Alvian sontak menjauhkan ponsel dari telinganya. Suara Ilyas selalu menjadi polusi bagi pendengarannya. Baik berbicara secara langsung atau pun di telepon Tidak sekali pun tidak berisik.
"Alvian, kamu masih di situ, 'kan? Kamu baik-baik saja, 'kan? Engga ada yang menculikmu, 'kan? Jangan bilang kamu ketiduran. Ayolah, Bro, ini baru jam sembilan!"