Owen berjalan lunglai melewati koridor apartemen. Beberapa lentera kecil cukup untuk menerangi.
"Lembur, lembur, lembur."
Raut wajah rampingnya terlihat lemas ditambah dengan kecerahan bibirnya perlahan memudar.
Tubuh idealnya sedikit membungkuk namun kedua kakinya bergerak terpaksa.
Kehidupan kantoran membuatnya kesulitan untuk mencari kebahagiaan dalam hidup. Harapan untuk menjadi lebih baik seperti lenyap.
Ruangan kamar tepat di depannya. Lingkup pandangannya menjadi pintu kayu coklat keras.
Dia membuka secara perlahan.
Tetapi kegalapan pekat menyelimuti ruangan sekitarnya secara misterius.
"Dimana aku?"