Chereads / Nona Kim VS Suami Kontrak / Chapter 4 - Bertemu Sang Pria

Chapter 4 - Bertemu Sang Pria

Brielle bergetar melihat notifikasi pesan di ponselnya setelah membaca pesan di kartu itu. Dia hampir tak punya tenaga untuk merogoh ponselnya yang berada di dalam tas selempangnya.

"Apa ini, Ya Tuhan," lirih Brielle dengan mata yang mulai bergetar.

Semua yang dia korbankan untuk menjadi seorang idola wanita terkenal seakan hilang. Sesi latihan dan trainee yang tak mudah kala itu terbayang dengan sangat jelas. Bagaimana dia berlatih tanpa kenal lelah dan kenal waktu. Mengabaikan pendidikan yang dia jalani di Amerika dan memilih dunia K-pop yang sebenarnya penuh dengan tantangan.

"Aku membantah kedua orang tuaku dan meyakini apa yang aku inginkan. Aku meninggalkan semua selama lebih dari tiga tahun dan semua akan segera berakhir sekarang," lirihnya.

Brielle meletakkan buket bunga indah itu di lantai ruang tamu apartemen. Dia masuk kamar dan menyiapkan dirinya untuk membuka pesan singkat yang masuk di ponselnya. Dia yakin benar, sosok misterius itu yang mengiriminya pesan.

Berkali-kali Brielle mencoba menetralkan dirinya dalam diam. Dia ingin lebih tenang agar dia bisa menghadapi semua dengan baik.

Saat tangan Brielle mulai membuka resleting tasnya tiba-tiba suara ketukan pintu membuatnya tersentak.

"Nona, Manager Kim berada di luar." Asistennya memanggil.

"Aish," umpat Brielle dengan nada kesal.

Keadaannya sedang sangat buruk sekarang, dia tak mungkin mengatakan semua ini pada managernya. Brielle meletakkan tasnya dan merapikan wajahnya yang terlihat sangat muram. Dia berganti sandal rumah dan segera keluar menemui putri pertama keluarga kakak ayahnya.

"Ada apa, Eonnie?" sapa Brielle begitu keluar dari kamarnya.

"Kau pulang tanpa pamit, apa ada sesuatu yang terjadi. Guru koreografi-mu juga mencarimu, Brielle," jelas Hyo Shin.

"Maafkan aku, aku sangat lelah. Konser membuatku kehabisan banyak energiku," balas Brielle.

"Tapi persiapan world tour yang akan dilakukan oleh management sudah dekat waktunya. Kau harus profesional," ujar Hyo Shin.

"Aku akan mulai latihan besok. Aku akan cuti hari ini, kau pulanglah, Eonnie. Aku lelah," dusta Brielle.

Tanpa menunggu tamunya pergi, Brielle sudah berjalan masuk kamarnya lagi. Dia tak peduli dengan Hyo Shin yang terlihat kesal padanya. Namun tak ada pilihan lain dari Brielle untuk managernya itu.

"Mungkin dia lelah, dia mengalami banyak sekali perubahan sejak debutnya. Walau baru setahun, dia sudah menjadi idola dunia karena pembawaannya yang santai dan kualitas talentanya," batin Hyo Shin dan dia juga segera pergi.

Brielle menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati, dia menahan sesak di dadanya. Biasanya dia tetap bisa menceritakan apa pun itu pada Hyo Shin, tapi tidak untuk kali ini. Brielle bahkan tak bisa katakan sepatah kata, sekali pun hatinya ingin mengatakannya.

"Maafkan aku, Eonnie." Brielle berbalik dan bersandar pada pintu kamarnya.

Dia memegang kepalanya yang terasa sangat pusing dan menggerogoti kekuatannya. Kali ini juga tak mungkin bagi dirinya untuk mengatakan pada Seo Yeon. Dia masih tak bisa membuat kekasihnya itu dalam bahaya.

"Sebenarnya apa yang orang ini inginkan? Mengapa dia bisa mendapatkan video itu?" lirih Brielle diiringi air mata yang beranak pinak di pipinya.

Lama-lama Brielle juga menjadi lelah dengan pikirannya yang terlalu rumit. Dia berpikir jika dihindari pun suatu saat ini akan meledak.

"Aku akan datang dan selesaikan," ujar Brielle dengan sangat berani.

Dia mengambil ponselnya dan membuka isi chat sosok misterius itu. Beberapa gambar yang dia kirim adalah fotonya dan Seo Yeon yang dalam keadaan polos. Hingga diakhir chat itu ada sebuah alamat yang letaknya lumayan jauh dari pusat kota.

"Dia mengatakan aku harus datang malam ini jika tak ingin video ini bocor." Brielle semakin bingung.

Dia juga mengatakan jika dia adalah penggemar berat seorang Kim Brielle. Dengan tekad bulat, Brielle mengendarai mobil mewahnya menuju alamat yang dikirimkan padanya. Dia mengendari mobil dengan sangat cepat dan hampir seperti pembalap. Matanya basah karena rasa takut dan khawatir yang dia rasakan.

Perjalanan di tempuh dalam waktu dua jam, Brielle membelah kemacetan dan juga jalanan ramai karena akhir pekan. Dengan sabar dan berusaha menenangkan diri, Brielle menelpon nomor yang terus menghubunginya itu.

"Aku berada di luar bangunan mewah, sesuai alamat yang kau kirimkan." Brielle berkata sedetik setelah panggilannya di jawab.

"Aku melihatmu, turun dari mobil dan tinggalkan semua yang kau bawa di sana. Jangan khawatir akan hilang, karena semua aman di sini." Itu suara seorang pria.

Sosok yang meneror Brielle ternyata adalah seorang laki-laki. Pria itu memiliki suara yang berat. Nada jenis bass atau semacamnya.

Brielle membuka pintu mobilnya dan melihat dengan seksama di mana pintu masuk rumah itu.

"Ini bukan rumah, ini sebuah penthouse. Sangat besar dan mewah," ujar Brielle dalam hatinya.

Saat Brielle menginjakkan kaki di depan pintu utama rumah itu, tiba-tiba dua daun pintu besar itu terbuka. Terdengar lagu milik Brielle diputar di sana.

"Masuklah, ini adalah duniamu," kata pria itu.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Brielle melangkahkan kakinya. Dia melihat sebuah meja dengan album musiknya berjejer dengan sangat rapi. Dia hafal benar jika dia memiliki tiga album yang masing-masing memiliki empat versi. Dan dengan jelas dia melihat semua versi itu ada.

"Siapa dia?" batin Brielle.

Semakin jauh langkah Brielle, semakin dia melihat betapa banyak poster dan berbagai merchandise tentang dirinya. Semua produk yang dia bintangi bahkan semua hal yang berhubungan dengan dirinya tertata dan tersimpan rapi di sebuah lemari besar.

"Kau sudah sampai," kata pria itu dari ujung tangga yang di belakangi Brielle.

Gadis itu melepaskan ponselnya dari telinga dan menekan tombol telepon daruratnya untuk menghubungi Seo Yeon. Dia hanya sedang berjaga-jaga jika pria itu melakukan sesuatu padanya.

Musik yang sepertinya diatur dari ponsel pria itu tiba-tiba berhenti saat sang pria menyapanya tadi. Belum juga Brielle membalik tubuhnya untuk melihat pria macam apa yang berani melakukan hal ini padanya.

"Aku sudah sering melihatmu di konser. Aku juga selalu ikut ke manapun kau pergi konser, membeli tiket dan duduk di kursi paling memuaskanku untuk memandang wajah cantik dan indah tubuhmu, Nona," ujar pria itu.

Suaranya jauh lebih menggoda dari pada yang Brielle dengar di telepon lagi. Namun hal itu membuat Brielle membeku tanpa bisa bergerak selain mengedipkan matanya.

"Kau tak ingin melihatku?" tanya pria itu pada Brielle.

"Ah, ten ... tentu sa ... saja aku ha ... harus melihatmu, aku harus tahu siapa kau," jawab Brielle dengan terbata.

Sudah bisa di simpulkan jika Brielle sangat ketakutan. Hingga saat dia berbalik ponselnya justru terlepas dari tangannya yang sudah gemetar. Ponsel itu jatuh tepat di depan sang pria dan terlihat layar panggilan daruratnya terlihat di sana.

"Sepertinya kau memang sangat cerdik," ujarnya dan segera memunggut ponsel Brielle.

* * *