Suara decit roda kereta yang beradu dengan rel pada malam hari yang sunyi, terdengar seperti melodi tua yang menuntun seseorang dalam perjalanannya. Kursi dalam gerbong kereta pada malam hari itu terlihat sepi, beberapa dari mereka terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Dalam sayup-sayup diantara mereka terlihat seorang pria payuh baya menundukan kepalanya, namun dengan cepat ia mengangkatnya kembali- Seraya menahan kantuk. Namun tidak lama kemudian dalam keadaan yang lelah, pria tersebut akhirnya mengalah dengan rasa kantuknya hingga ia menundukan kembali kepalanya lalu tertidur lelap.
Perjalanan dalam kereta api tersebut terasa cepat, dalam kurun waktu tidak terasa sudah semakin larut. Orang-orang dalam kereta satu persatu pergi meninggalkan gerbong kereta, menyisakan sang pria paruh baya sendirian, duduk dan tertidur sendirian.
-Suara bel dalam kereta terdengar. Menandakan bahwa kereta tersebut sudah hampir sampai di stasiun.
*Ting*
"Stasiun selanjutnya adalah stasiun Area B. Pintu yang paling kanan akan terbuka, tolong jangan lupa untuk meninggalkan barang bawaan anda di dalam kereta. Diulangi, stasiun selanjutnya adalah stasiun B-"
-Suara yang diumumkan didalam kereta tersebut sayup-sayup terdengar dalam telinganya, perlahan-lahan pria tersebut membuka kedua matanya, dengan panik ia segera beranjak dari tempat duduknya dan berdiri hendak keluar dari gerbong kereta tersebut.
"Kita telah sampai di stasiun B. Tolong jangan lupa untuk meninggalkan barang bawaan anda di dalam kereta. Diulangi, kita telah sampai di stasiun B. Tolong jangan lupa untuk meninggalkan barang bawaan anda di dalam kereta."
Pintu dalam kereta terbuka, pria tersebut segera bergegas keluar sambil membawa barang bawaannya. Dengan tas kantor di tangan kanannya, ia segera memperhatikan sebuah benda yang menempel pada pergelangan tangan kirinya, benda tersebut memliki sebuah layar. Pria tersebut lalu memperhatikan waktu yang muncul dalam layar alat tersebut.
"…Pukul 00.34 malam… Sial sudah selarut ini!"
Ia lalu menengok kearah kiri dan kanannya, dan akhirnya menemukan sebuah papan yang bertuliskan jadwal keberangkatan kereta. Pria tersebut lalu menghampirinya dan memindai jadwal yang ada di dalam papan tersebut untuk diunduh menggunakan alat yang ada di pergelangan tangan kirinya.
Setelah alat tersebut selesai memindai dan mengunduh jadwal keberangkatan kereta, pria tersebut lalu membaca jadwal kereta yang telah diunduh dan menggeser layar alat tersebut kearah atas dan bawah. Seketika pria tersebut menghela nafas panjang ketika jadwal kereta sampai pada halaman terakhir, tangan kirinya spotan memegang dahinya sambil menggelengkan kepalanya.
"..Oh ini buruk sekali, aku pikir sepertinya aku harus segera mencari sebuah penginapan di dekat sini. Tidak akan ada lagi jadwal kereta yang berangkat pada malam ini." Keluh Pria tersebut.
"Aku harus memberitahunya…. "
Pria tersebut lalu pergi berjalan ke salah satu bilik telepon umum, sesampainya disana dia menempelkan alat yang ada di pergelangan tangan kirinya ke sebuah alat pemindai yang ada di bilik tersebut.
"-456…" gumamnya sembari memencet nomor telepon.
Telepon terhubung dan terdengar dering nadanya, namun tidak ada yang mengangkatnya.
"…Tidak ada seorangpun yang mengangkatnya, wajar saja sudah selarut ini-"
-Saat pria tersebut bergumam, tiba-tiba seseorang dari belakang memegang salah satu tangannya dan menahannya tepat kebelakang pinggangnya sehingga pria tersebut tidak dapat bergerak. Sembari menahan Kepala malang pria tersebut, dibuatnya tidak dapat bergerak.
"Akhirnya kau tertangkap basah bajingan! Penyamun kecil dengan otak dungumu berpikir kau dapat bersembunyi dari endusan para penegak?" ucap seseorang yang dibelakangnya, ia mempunyai suara yang lugas dan tegas namun juga bernada rendah, seseorang yang dibelakangnya ternyata adalah seorang wanita.
"Argh Sialan! Lepaskan! Apa yang kau lakukan?!" teriak pria tersebut secara spontan, kepalanya yang ditekan kebawah membuatnya kesulitan untuk berbicara.
Wanita yang dibelakangnya itu pun lalu membalikkan badan pria tersebut, menatap wajah pria malang yang sedang ditahannya wanita tersebut terkejut melihat wajah dari pria tersebut.
"…Tunggu dulu… Kau…"
Wanita tersebut lalu menekan tombol pada alat yang di genggamannya, sembari memperhatikan layar dia sesekali melirik kearah wajah pria tersebut. Dan tiba-tiba dengan wajah yang terkejut secara spontan, wanita tersebut melepaskan cengkraman tangannya yang menahan kepala pria tersebut membuat pria itu jatuh tersungkur kebawah tanah.
Wanita tersebut lalu dengan cepat membantu pria tersebut untuk berdiri, seraya menahan sakit karena kepalanya yang ditahan dan membuatnya sulit untuk bernapas, dengan terbatuk-batuk pria tersebut secara spontan langsung membalikkan badannya dan berteriak.
"Sialan, apa-apaan kau ini dasar bajingan!" teriak pria tersebut.
Terkejutnya bukan main ketika wanita yang menahannya tersebut ternyata mengenakan sebuah seragam yang biasa digunakan oleh aparatur sipil. Wanita tersebut sepertinya adalah seorang anggota kepolisian, namun di dalam benaknya timbul pertanyaan-pertanyaan, untuk apa seorang anggota kepolisian berdiam di stasiun selarut ini.
"Saya benar-benar memohon minta maaf atas perlakuan saya tadi!" Ucap wanita tersebut sembari membungkukkan badannya.
Dengan wajah yang bingung pria tersebut lalu memejamkan matanya sekejap sembari mengerutkan dahi dan memegang keningnya itu, dia mengehela napas panjang dan pada akhirnya pria itu bertanya.
"Tunggu dulu… Ada apa ini? Apa maksud semua ini? Siapa kau?"
Wanita tersebut lalu mengeluarkan sebuah lencana, menunjukan identitasnya kepada pria tersebut.
"Izinkan saya memperkenalkan diri, nama saya adalah Anaha Makidori dan saya menjabat sebagai anggota Badan Pengawas Penyidik yang berposisi pada Biro Keamanan Publik dan kriminal. Kami disini… Sedang melakukan suatu investigasi yang berdasarkan surat perintah yang sudah diedarkan."
"Mohon maaf saya tidak bisa menjelaskan semuanya secara lengkap disini, demi keamanan dan ketentraman mohon izinkan saya untuk melanjutkan percakapan ini di pos terdekat. Akan ada superior saya yang akan menjelaskan semuanya secara detail."
Dengan ragu-ragu pria tersebut lalu mengiyakan tawaran dari wanita petugas kepolisian bernama Anaha Makidori tersebut, dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima tawarannya tersebut.
"Baiklah… Makidori-san, bawa aku ke posmu itu." Ucap pria tersebut
"Baiklah pak, mohon ikuti saya."
Di stasiun sunyi yang hanya berisikan mereka berdua, pria tersebut baru tersadar bahwa sedari dari pertama kali dia menginjakan kaki di stasiun tersebut, semua lampu yang ada didalamnya terlihat tidak berfungsi. Membuat stasiun yang di dalamnya gelap gulita, dengan berbekal senter yang dimiliki oleh Makidori, pria tersebut dituntun oleh Makidori berjalan bersama menyusuri stasiun yang gelap gulita itu.
Dalam perjalanannya, Makidori sembari menyorotkan lampu senter miliknya mengambil sebuah alat komunikasi yang berbentuk kotak dan memiliki sebuah antenna receiver yang seperti ada di sebuah radio milik pria tersebut, berbicara kepada alat tersebut.
"Monitor Pos ganda, disini Pelacak 1. Terdapat warga sipil dengan operasi kode-gagal, bermaksud membawa warga sipil untuk pengamanan, ulangi."
Makidori, yang terlihat berbicara dengan atasannya menggunakan alat tersebut sembari berjalan ia terus berkomunikasi dalam alat tersebut.
"Perintah diterima. Lanjutkan operasi dengan berhati-hati." Ucap Makidori, menyudahi percakapaanya ia lalu menyimpan kembali alat tersebut kedalam saku yang ada di pinggangnya tersebut.
Saat mereka berjalan menyusuri melalui stasiun yang gelap gulita, Makidori pun seketika menghentikan langkah kakinya di sebuah lorong, dan di lorong terdapat beberapa pintu yang sepertinya mengarah ke sebuah ruangan
"Ini dia, kita telah sampai di ruangan yang kami gunakan sebagai pos sementara di stasiun ini."
Di hadapan Makidori dan pria tersebut terpampang sebuah pintu. Makidori pun mengetuk pintu tersebut sebanyak tiga kali dan membuka gagang pintunya, di dalam ruangannya terlihat gulita tidak ada satupun lampu yang menyala. Mereka berdua pun memasuki ruangan tersebut.