Ini lebih besar dari dugaanku, aku kemudian mengambil beberapa alat untuk memotong bagian dinding ini berbentuk melingkar, ku ambil sebuah bola seperti drone lalu ku arahkan ke tengah dinding, dibagian sisinya muncul sebuah kawat yang kemudian membentuk luas diameter simbol yang ada pada lingkaran tersebut, lalu mengeluarkan cahaya seperti laser untuk memotong sebagian hingga memutari seluruhnya.
Beberapa saat aku telah berhasil mengambilnya, agak sedikit berat karena sepertinya terbuat dari aluminium dan campuran beberapa bahan seperti seng. Diameternya sekitar tinggi tubuhku. Aku sendiri tak mengerti mengapa simbol seperti ini ada di dunia ini, dan bagaimana simbol ini tercipta. Tapi urusan itu mungkin bisa kutanyakan pada Tirta nanti.
Ini mungkin akan jadi perpisahan yang kurang mengenakkan, mungkin aku akan sedikit merindukan Bill dan Bella. Kudoakan saja semoga mereka baik-baik saja, aku kemudian mengambil alat dalam tas untuk kembali ke dunia Tirta, namun sebelum aku mengeluarkannya, aku sudah melihat Lina dan beberapa orang yang keluar dari lantai arah kiri dan kananku.
"Kenapa begitu terburu-buru?" tanya Lina.
"Ya, kurasa aku sudah terlalu lama disini, jadi yang di rumah sudah cukup merindukanku."
Sangat aneh, bagaimana ia tahu soal posisiku sekarang. Seharusnya ia pagi ini masih tertidur seperti halnya masyarakat di sekitar ini dimana jam pagi lebih banyak orang tertidur, terlebih lagi dia membawa pengawal. Hal yang menjadi kemungkinan terburuk adalah sebenarnya mereka sudah memantauku sejak awal.
"Tinggalah disini, kami akan memberikan penghidupan yang layak untukmu."
"Kedengarannya itu tawaran yang menyenangkan, sejak kapan kau merencanakannya?"
Ia menyandarkan dirinya ke dinding pusat kota ini beberapa pengawal yang ikut dengannya masih bersiaga sembari membawa peralatan tempur.
"Ini bukan ideku, tapi ide dari pimpinan kami, kau punya kemampuan yang spesial bukan? Kau sedang memikirkan bagaimana kami mengetahui setiap tindak perilakumu bukan?"
Ia menunjuk sesuatu di lehernya, ya itu adalah chip. Sejak awal itu memang bukan chip biasa, setelah ia menjelaskannya, segala tingkah laku seseorang akan dipantau termasuk panca indera mereka akan terekam dalam chip tersebut lalu akan di upload ke dalam server yang kemudian diolah oleh AI yang berada dalam pusat kota. Dengan kata lain wilayah ini segala sesuatunya seperti kebijakan dan tatanan masyarakat sudah di atur di dalam sistem tersebut.
"Jika aku adalah orang asing, kenapa kalian tidak menangkapku sejak awal?" aku masih mencoba tenang, ini benar-benar diluar dugaanku sebelumnya.
"Pertanyaan yang kuno, kau hidup dari zaman apa? Semua keputusan akan dilakukan setelah terjadi negosiasi. Kecuali kau memang ingin merugikan negara kami, jadi bagaimana?"
Itu terdengar seperti kata-kata yang cukup manis, yang aku tahu hal yang terlihat manis di depan biasanya akan terlihat cukup pahit di akhirnya kelak, dalam dunia perpolitikan pun sering terjadi mereka yang menawarkan janji-janji manis namun ujungnya akan lupa soal janjinya ketika tujuannya telah tercapai.
"Apa yang terjadi jika aku menolak?"
"Itu bukan pilihan yang bijak, kami terpaksa akan mencuci otakmu sekarang juga. Kelihatannya kau memang tidak setuju ya?"
Tubuhku terasa mulai kaku, entah apa yang ia lakukan, rasanya setiap anggota gerakku sulit digerakkan tiba-tiba. Tanpa pikir panjang, sebelum terjadi secara permanen aku langsung menciptakan dinding es yang cukup besar sehingga menghalangi Lina dan pasukannya, aku segera mengaktifkan alat untuk berpindah kembali ke dunia Tirta, setelah aku memencatnya tubuhku serasa membatu, badanku benar-benar sulit untuk digerakkan.
Masih ada beberapa detik untuk bisa kembali ke tempat Tirta setelah aku mengaktifkannya. Beberapa saat mereka menembus dinding esku dengan mudah. Lina dan beberapa pasukan mendekat ke arahku dimana aku sudah tak berdaya. Ini diluar perhitunganku.
"Percuma di dalam tubuhmu sudah tertanam beberapa nanomachine dan beberapa virus yang akan menyerangmu jika kau menolak ajakan kami, Jadi—Apa?!"
Lina kaget sebab alat ini sudah terlanjur aktif, setelahnya kemudian timbul biasan cahaya yang akhirnya membawa kami semua ke dunia Tirta, kejadiannya cukup cepat sampai kami semua sudah berada di kastil Tirta, tapi tubuhku masih sulit digerakkan seperti mematung. Mungkin ajakan makan malam waktu itu yang membuat tubuhku jadi seperti ini, makanannya ia beri kandungan tertentu, tapi sekarang aku agak lega.
"Apa ini? apa yang kau lakukan?!"
Ia memegang kerahku lalu mendorongku hingga terjatuh, sialan aku bahkan tak dapat berbicara bahkan untuk mengedipkan mata saja sangat sulit.
"Nona dia sudah tak dapat berbicara karena kita telah melumpuhkannya."
"Benar juga, ikat saja dia dulu di pohon sebelah."
"Baik."
Jadi sekarang aku jadi tawanan, sepertinya Tirta belum pulang, aku tak melihat tanda-tanda keberadaannya, beberapa pengawal Lina kemudian menyusuri tempat ini selama beberapa jam, tanpa berbicara padaku. Itu maklum, karena aku sendiri telah dilumpuhkan oleh mereka. Entah akan bertahan sampai berapa jam. Aku baru bisa menggerakkan beberapa jariku saja.
Setelah beberapa jam berlalu dan Lina mendirikan sebuah tenda dekat kami ia mulai menanyaiku karena aku sudah mulai dapat mengendalikan badanku lagi.
"Hei, tempat apa ini sebenarnya?"
"Tentu saja ini dunia lain."
"Bagaimana kami kembali?"
"Tentu saja aku tidak tahu."
Buk!!
Ia tiba-tiba berdiri lalu menendang wajahku dengan kakinya, rasanya cukup sakit karena yang menghantam di mukaku adalah permukaan kakinya yang sudah dilapisi benda padat yang terlihat sekeras baja.
"Kali ini, kau akan berada dalam masalah besar," tatapnya cukup tajam.
"jadi apakah karakter Vall itu juga karakter buatan untuk menjebakku juga?"
Namun kemudian seseorang dari pengawal membuka topengnya, "Aku adalah Vall."
"Lina, sepertinya kita perlu menscan otaknya saja, ia takkan mau bicara pada kita,"
"Tidak Vall, alat yang kau bawa sekarang hanya akan merusak otaknya saja."
"Kenapa kau keras kepala sekali, lagipula ini semua karena salahmu mencoba pilihan negosiasi daripada pemaksaan."
"Itu tidak akan efisien untuk penelitian kita."
Nampak mereka berdua berdebat. Meski dikendalikan oleh sistem, sepertinya orang-orang ini masih manusia normal yang terkadang bertengkar pada pendapatnya masing-masing. Pria itu terlihat cukup jelek dan kasar menurutku, entah kenapa Lina berpasangan dengannya.
"Sungguh mendebarkan, pertengkaran sepasang kekasih,"
Bukk!
"Diam kau."
Aku terkena tendangan Lina lagi, niatku ingin menggoda mereka. Tapi tak kusangka yang kuterima adalah sebuah pukulan lagi, sebenarnya aku ingin segera berteleportasi untuk terbebas dari kekangan ini, tapi ternyata tidak bisa kulakukan, bahkan juga menciptakan es, rasanya tubuhku masih lemas.
*****