*Lanjutan dari:
"tentang perlawanan sengit dari emosional dan pengelolaan fikiranku sendiri"
.
Faktor utamanya tentu sebab Sang Khaliq, yang masih memberikan hati kecil ini dapat meredakan debaran jantung yang begitu emosionalnya.
Bukan cuma saya, beberapa diantara yang lainnya pun pernah betnasib sama. Atas ketidakharmonisan dalam keluarga.
Mau itu keluarga inti, atau sanak-saudara.
Sungguh beruntung bagiku, keluarga intiku (ibunda) kami berjalan begitu harmonis. Tapi tidak dengan sanak-saudara.
Kalau dikira aku bodoh sebagai penyebar aib keluarga sendiri,
Sungguh, aku tak prrduli sama sekali.
Karena apa?
Pun ia menyebarkan bercerita apapun tentang hal pribadi keluarganya sendiri, dari semua "Aib Keluarganya, sampai mengorek kotoran buruk dan kesalahan seseorang"
Sialnya lagi, ia bercerita pada masyatakat lingkup sekitar, pada teman-teman yang ia hampiri.
Dan, konyolnya, pun temannya dikorek dibongkar diumbar kesalahan, kejelekkan serta aibnya pada teman lainnya.
Ini menjadi habbit.
Padahal, dulu ia di didik begitu baik sekali, terlebih etika dan sopan santunnya.
"dulu"