Pemikirannya makin terputar balik. Padahal bolak-balik ibadah. Contoh kecilnya yang tepat di depan mataku, ternyata yang kelihatan selalu ibadah pun belum tentu bisa menghargai segala bentuk pemikiran.
Ia bolak-balil bincangkan ibadah, ia pun rajin. Tapi, mengapa mulutnya liar menghakimi orang lain di belakang orang tersebut? Jika dua mata, otomatis bicaranya beda. Seakan barbel 500ton bisa diangkat oleh lidahnya. Jika dihadapkan lebih dari dua pendengar yamg bukan alur ranah atau tak mengerti sepenuhnya, satu badam pesawat jet bisa diangkat dengan satu mulutnya.
.
Tapi, jika dihadapkan orangnya langsung, mulutnya seperti penuh dengan lem besi. Lidahnya seperti diikat dan ditanam paku bumi.
Kalau ada sepasang partisipan yg sudah di sugesti dongengnya, bicaranya cuma secuil sindiran. Terlebih jika penekanan dan sudut sudah sempit.
.
Setelah selesai sidang, kembalilah lidah dan mulutnya menari ballet, berjarak menjauhi meja sidang dan kembali menjadi juru bicara.
.