"Sepertinya semuanya sudah siap, jadi ayo kita hadapi ujian ini."
Ryouta dan yang lainya pun mulai masuk ke pintu di hadapan mereka masing-masing secara bersamaan dan ujian mereka pun di mulai disana.
Setelah memasuki pitu itu, cahaya terang pun menyelimuti dirinya, lalu saat cahaya itu perlahan-lahan menghilang, di hadapannya telah berdiri seorang kesatria suci yang mengenakan Armor putih dengan sedikit warna ungu, berjubah ungu, bersenjatakan sebuah Holy Long Sword dan juga sebuah perisai berkata kepadanya,
"Aku adalah Holy Knight Gregorius, akan menjadi lawan mu dalam ujian ini, untuk melihat apakah kau pantas ataukah tidak hanya di tentukan dari ujian ini," ucapnya kepada Ryouta.
"Baiklah jika menurut mu aku perlu di uji, maka ayo mulai saja ujiannya," ucap Ryouta pada Gregorius.
"Ujian ini tidaklah mudah, kau harus membuktikan jika diri mu pantas untuk menerima kekuatan ku, dengan cara bertarung dan mengalahkan diri ku."
"Meskipun aku tidak tau kenapa, tapi baiklah, aku akan melawan mu," ucap Ryouta menarik pedangnya dan bersiap untuk melawan Gregorius.
Holy Knight Gregorius
LV: Unknow
Status: Unknow
"Sepertinya statusnya tidak di ketahui, tapi jika aku bertarung serius, maka aku tidak bisa mendapatkan informasi darinya, sebaiknya aku bertarung sambil bertanya kepadanya," ucapnya dalam batin.
"Baiklah, kita mulai ujiannya." Gregorius melesat dengan cepat menghantamkan perisainya ke arah Ryouta.
"Itu tidak akan berpengaruh pada ku, tapi aku ingin menanyai mu satu hal, meskipun kita sedang bertarung."
"Baiklah, aku akan mendengarkan ucapan mu setelah pertarungan ini selesai, Justice Shield Bash!"
"Phantom Phantasma Arrow!, Aku ingin bertanya kepada mu, apa kau mengetahui tentang kuil Empat Dewi?" Tanya Ryouta sambil terus menembakan anak panah kearah Gregorius.
Setelah mendengar kata itu, Gregorius pun menancapkan pedangnya lalu bertanya kembali pada Ryouta,
"Kenapa kau mencari kuil itu?"
"Aku ingin mencari informasi tentang Seven Sin of Hell, untuk membantu kerajaan Deltras, dan juga untuk mengetahui kelemahan mereka."
"Begitu ya, buktikan pada ku jika kau benar-benar ingin menuju ke kuil itu, maka kau harus menunjukan Empat Kristal yang menjadi tanda bahwa kau telah berhasil melewati ujian dari empat Dewi."
"Ahh... Baiklah, apa kalung ini cukup untuk membuktikannya," ucap Ryouta memperlihatkan kalung empat kristal yang dia dapat saat menyelesaikan ujian dari Fricilia, Victoria, Erina, dan Chisaki.
"Bagus jika kau sudah mendapat kalung itu, maka ujian ini tidak perlu di lanjutkan, karena kau sekarang berada di ruang bawah tanah Kuil Empat Dewi Agung, baiklah jika kau ingin mencari informasi, aku akan mengantarmu ke perpustakaan Empat Dewi Agung." ucap Gregorius pada Ryouta.
************************************
"Ku ucapkan selamat datang di sini, aku adalah Ikarus sang tombak suci, dan aku adalah yang akan menguji mu."
"Jadi kau adalah yang akan menguji ku, baiklah aku siap untuk ujian itu, karena aku sudah berjanji kepada yang lainya bahwa aku akan melakukan yang terbaik," ucap Ruby pada Ikarus.
"Aku bisa merasakan tekat mu itu, biarkanlah tekat mu membawa mu melewati ujian ini." Ikarus memutarkan tombaknya lalu menghentakkan ujung tombaknya ke tanah dan seketika ruangan itu berubah menjadi ruangan terbuka yang di kelilingi oleh awan dan langit biru cerah.
"Baiklah, apa kau sudah siap? Jika kau sudah siap, ayo lawan aku dan buktikan tekat mu."
"Jika itu yang kau mau, akan aku buktikan, kemampuan ku."
Setelah beberapa jam bertarung, Ruby mulai terlihat kelelahan, tapi meskipun dirinya kelelahan, tetapi tekatnya untuk menang sangatlah besar dan karena tekatnya itu, Ikaros pun mengakui dirinya lalu berkata,
"Tekat mu yang tidak pernah menyerah membuktikan kau layak menerima kekuatan ku," ucap Ikaros menyerahkan sebuah bola cahaya kepada Ruby.
Setelah Ruby memegang bola cahaya itu, bola itu berubah menjadi sebuah nuncaku yang bernama Ikaros nuncaku.
Di pintu berikutnya, terlihat Mio dan Milia sedang bertarung melawan para penjaga disana, dan setelah beberapa jam bertarung akhirnya mereka pun mendapatkan pengakuan dari kedua Penjaga yang tersisa, lalu mereka juga mendapatkan senjata yaitu, Artares Sword, dan Ardos Knuckles.
Setelah ujian selesai, Ryouta dan yang lainya pun keluar mulai keluar dari keempat pintu itu, dan di luar pintu itu terlihat Ren sedang menunggu mereka kembali.
"Yo, maaf membuat mu menunggu lama," ucap Mio pada Ren
"Sepertinya kalian sudah melewati ujian itu."
"Yah begitulah, ujian itu memang cukup sulit tapi itu sesuai dengan apa yang di dapat."
Setelah selesai berbincang, keempat guardian itu pun berkata kepada Ryouta dan yang lainya,
"Mulai dari sekarang perjalanan kalian akan cukup sulit untuk dilalui, tetapi kami yakin kalian dapat menghadapi apapun dengan kekuatan kalian yang sekarang."
"Ahh... Kau memang benar, tidak ada yang akan menghalangi kami kali ini," ucap Ryouta dengan percaya diri.
"Baiklah jika kalian berkata begitu, semoga kita bisa bertemu lagi di suatu waktu yang akan datang," ucap keempat guardian itu lalu menghilang seketika.
************************************
Setelah para guardian itu menghilang, mereka pun tiba-tiba dipindahkan tepat di depan gerbang masuk kota Logsverial. Saat sampai di depan gerbang masuk kota Logsverial, Ryouta pun memutuskan untuk berpisah dengan Ren dan yang lainya lalu berkata,
"Semuanya, kurasa kita harus berpisah disini, aku sudah mendapatkan informasi yang ku cari, sekarang sudah waktunya aku kembali ke kerajaan Deltras untuk memberitahu kan informasi yang ku dapat."
"Jadi kau akan kembali ya Ryouta, kurasa disini akan terasa sepi tanpa diri mu, janggan lupa untuk berkunjung kapan-kapan ya, aku dan yang lainya akan menunggu mu."
"Ahh... Aku pasti akan berkunjung menemui kalian kapan-kapan, jadi sampai jumpa lagi ya Milia, Ruby, Mio, dan Ren, semoga kita bisa bertemu lagi nanti," ucap Ryouta berjalan duluan masuk ke dalam kota dan menuju ke penginapan untuk mengambil barang-barangnya.
************************************
Setelah beberapa hari perjalanan dengan kapal dari kota Logsverial, kini dirinya telah tiba di pelabuhan kerajaan Deltras. Setibanya di kerajaan Deltras, hari pun sudah mulai gelap, akhirnya Ryouta pun memutuskan untuk mencari penginapan untuk istirahat malam ini.
"Malam ini aku akan istirahat sebentar di penginapan, dan besok aku mungkin akan mencoba memberikan kejutan kepada Rui," ucap Ryouta sambil berjalan menuju ke penginapan.
Sesampainya di penginapan, dirinya pun memesan satu kamar biasa untuk satu hari, lalu setelah selesai memesan dan membayar biaya sewanya, Ryouta pun mulai menuju ke kamarnya untuk istirahat. Beberapa jam berlalu, dirinya tiba tiba terbangun mendengar orang-orang sedang membahas tentang beberapa petualang yang menghilang saat pergi berburu di dalam hutan saat malam hari.
"Sepertinya aku harus membantu mereka, yosh waktunya beraksi," ucapnya keluar dari kamarnya lalu mengatakan kepada pemilik penginapan bahwa dia akan keluar sebentar.
Setelah keluar dari penginapan, dirinya pun bergegas menuju ke dalam hutan untuk mencari petualang yang menghilang itu. Setibanya di dalam hutan yang gelap, Ryouta pun mulai merasakan bahwa ada beberapa musuh mendekat dengan cepat.
"Sepertinya ada beberapa musuh yang mendekat, sebaiknya aku bergegas menemukan para petualang itu sebelum mereka, Night Vision," ucap Ryouta mengunakan skillnya untuk melihat dengan baik dalam gelap.
Setelah cukup lama menjelajahi hutan dirinya pun menemukan beberapa petualang yang pingsan dan terluka, tanpa memikirkan apapun Ryouta pun mengunakan sihir Ice Wall miliknya untuk melindungi mereka. Setelah selesai melindungi mereka, dirinya pun mulai pergi untuk memburu para monster itu.
"Yosh sepertinya mereka sudah aman disini, baiklah waktunya memburu monster itu."
Beberapa jam berlalu setelah Ryouta berkata bahwa dia akan memburu monster, beberapa Goblin dan Orc pun datang dan mengepung dirinya.
"Hoho, sepertinya kalian mengepung ku ya, tapi itu percuma, karena kalian akan lebih dulu mati disini, Dark Slash." Ryouta memutar Black Scythe milikinya lalu memotong semua monster yang mengepungnya sekaligus dalam satu serangan.
"Ini terlalu mudah, kalian bukanlah tandingan ku."
Setelah pertarungan selesai, dirinya pun memutuskan untuk pulang ke penginapan, tetapi saat akan berjalan menuju arah keluar hutan, empat buah shuriken melayang ke arahnya, dan dengan cepat Ryouta pun mengganti Black Scythe of Abyss miliknya dengan Gregorius Shield untuk menahan serangan shuriken itu.
Dari kejauhan terlihat tiga orang gadis sedang mengepungnya dan berusaha untuk menangkap dirinya, tetapi belum sampai beberapa menit bertarung, mereka bertiga sudah di kalahkan lebih dulu oleh Ryouta.
************************************
Keesokan paginya, setelah kejadian tadi malam, dirinya pun memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di sekitar kerjaan Deltras, lalu saat berjalan memasuki sebuah tavern, ketiga gadis yang menyerangnya tadi malam muncul lagi, tetapi kali ini mereka bersama seorang gadis berambut pirang panjang dengan telinga rubah berwarna pirang dan coklat di ujungnya mulai mengarahkan pedangnya ke arah Ryouta sambil berkata,
"Persis seperti yang di katakan Michi, Rēene dan Miyuki, kau adalah orang mencurigakan yang waktu itu menyerang mereka, menyerah lah sekarang, jika tidak kau akan menyesalinya," ucap gadis itu dengan tatapan tajam kearahnya.
"Aku menolak, lagipula aku tidak salah apapun."
"Baiklah jika itu yang kau katakan, bersiaplah menerima akibatnya."
"Baiklah, sepertinya aku bisa sedikit bermain main dengan mu, majulah," ucap Ryouta pada gadis itu.
Pertarungan pun mulai terjadi di antara mereka, tetapi saat akan melakukan serangan balik, gadis itu pun mengingat bentuk senjata milik Ryouta, lalu dirinya pun berhenti menyerang lalu menjatuhkan senjatanya kemudian berlari memeluk Ryouta sambil berkata,
"Onii-chan, aku tau suatu saat kau pasti akan kembali kesini, dan menemui ku."
"Jangan-jangan kau itu Rui?"
"Kau benar onii-chan, ini aku Rui, sudah lama sekali sejak onii-chan pergi aku mulai merasa kesepian, ah tapi sekarang onii-chan sudah kembali, aku sangat senang bertemu kembali dengan onii-chan," ucap Rui sambil memeluk Ryouta.
"Umm... Ano, maaf menggangu reuni kalian, tapi ketua, bisa kau jelaskan apa yang terjadi," ucap Rēene pada Rui.
"Baiklah, mumpung kalian disini akan ku ceritakan semuanya."
************************************
Setelah mendengar cerita dari Rui, mereka bertiga pun kagum dengan kemampuan Ryouta yang telah di ceritakan, lalu setelah mendengar cerita itu, Miyuki pun menatap ke arah Ryouta lalu berkata,
"Shisho, tolong ajari aku untuk menjadi lebih kuat," ucap Miyuki sambil menundukkan kepalanya.
"Aku juga ingin di latih oleh Ryouta-san untuk jadi lebih kuat," jawab Rēene yang juga ingin menjadi lebih kuat.
"Aku rasa aku juga perlu ikut berlatih, karena kemampuan ku yang sekarang masih belum cukup," ucap Michi sambil mengepalkan tangannya.
"Onii-chan, bagai mana kalau kita semua berlatih di istana kerajaan Deltras, mungkin nona Chisaki bisa ikut untuk melatih kami bersama mu," ucap Rui memberikan usulannya.
"Ah... Baiklah, kurasa itu bukan ide yang buruk, tapi kurasa aku bisa melatih kalian sore ini bagai mana?"
"Itu ide yang bagus onii-chan, kami akan menunggumu di sore hari nanti di hutan."
Sore hari pun tiba, Ryouta bersama partynya Rui sudah berkumpul di luar hutan yang tidak jauh dari istana, dan dari sana pelatihan pun dimulai.
"Baiklah pelatihan kali ini adalah untuk melatih kemampuan menyelinap kalian, aturannya sederhana saja, kalian harus bisa menyerang ku secara diam-diam tanpa suara dan juga berusahalah untuk menyembunyikan kebenaran kalian dari ku," ucap Ryouta menjelaskan aturan untuk pelatihan mereka.
"Sepertinya itu cukup mudah, aku yakin kami bisa memenangkan ini dengan cepat," ucap Rēene dengan percaya diri.
"Kurasa kalian belum tau apa-apa tentang latihan dari onii-chan, kalian tidak mungkin bisa dengan mudah menyerangnya secara diam-diam."
"Pasti akan mudah, Ryouta-san memiliki banyak celah untuk di serang, dan sepertinya dia terlihat tidak terlalu waspada terhadap sekitarnya."
"Aku rasa kita tidak akan bisa menang dengan mudah, meskipun Shisho memiliki banyak celah, tapi aku merasakan kalau dia menyembunyikan sesuatu," ucap Miyuki yang mulai waspada dan curiga terhadap pergerakan Ryouta.
"Baiklah, sepertinya kalian sudah siap, mari kita mulai pelatihannya."
Setelah berkata begitu, Rui dan partynya mulai berpencar dan masuk ke dalam hutan sambil berusaha menyembunyikan kebenaran mereka.
"Yosh sepertinya aku yang akan pertama memenangkan ini," ucap Rēene dengan percaya diri bergerak dengan cepat untuk menyerang Ryouta.
"Seperti yang ku duga, kau terlalu percaya diri dan tidak merasa curiga sedikitpun pada ku," ucapnya menahan serangan dari Rēene lalu membantingnya ke tanah.
"Seperti dugaan ku, Shisho memang merencanakan sesuatu, meskipun dirinya memiliki banyak celah serangan, tapi kita tidak mungkin bisa mendekatinya," ucap Miyuki yang masih bersembunyi dan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.
"Sudah hampir gelap, baiklah kurasa mereka akan jauh lebih baik saat malam," ucap Ryouta yang mulai menunggu Rui dan yang lainya untuk menyerang.
Saat hari sudah mulai gelap, Michi yang tidak bersembunyi pun menghadap Ryouta lalu berkata,
"Aku bukanlah tipe orang yang suka bersembunyi, jadi aku ingin melawan mu dengan beradu pukulan."
"Baiklah jika itu yang kau mau, ayo lakukan."
Beberapa jam setelah saling beradu pukulan, Michi yang mengakui kekalahannya pun berkata,
"Sepertinya aku masih perlu melatih kekuatan ku, karena sekarang aku masih terlalu lemah."
"Kurasa kau hanya perlu memperkuat teknik beladiri mu, latihan ini adalah untuk membuat mu belajar dari pengalaman tentang kesalahan yang kau buat," ucap Ryouta mengulurkan tangannya untuk membantu Michi berdiri.
Setelah membantunya berdiri, terlihat Miyuki berhasil melakukan serangan terhadapnya, tetapi Ryouta berkata kepadanya,
"Kecepatan dan kesenyapan mu memang cukup bagus, tapi kau terlalu terbawa suasana, lalu kau lupa meningkatkan kewaspadaan mu," ucapnya lalu menyerang balik Miyuki dan mengunci pergerakannya.
"Baiklah, kurasa sekarang tinggal Rui, aku harap dia bisa belajar dari kesalahan kalian bertiga," ucap Ryouta sambil menunggu Rui muncul.
Saat sedang menunggu, beberapa shuriken pun bermunculan dari balik pepohonan sebagai serangan pembuka.
"Ini lebih baik dari yang ku harapkan, mengunakan shuriken sebagai serangan pembuka dan sekaligus pengalih perhatian, kau benar-benar hebat Rui, tapi itu tidak akan lama, Light Shoot." Panah cahaya pun di tembakan ke udara untuk menerangi area sekitar hutan yang gelap agar memudahkan untuk menemukan Rui.
Saat Ryouta berfikir bahwa Rui ada di dalam hutan, beberapa shuriken pun dilontarkan lagi untuk mengalihkan perhatian dan saat shuriken dilontarkan untuk keduakalinya, terlihat salah satu katana milik Rui pun ikut di lemparkan, lalu dirinya pun muncul dari belakang Ryouta sambil berkata,
"Sepertinya aku yang menang kali ini onii-chan."
"Kau terlalu cepat untuk mengatakan itu Rui, karena ini belum berakhir." Ryouta membalikan badannya lalu mulai berusaha mengunci pergerakan Rui.
"Aku bukan lah Rui yang dulu lagi onii-chan, aku sudah jauh lebih kuat dibandingkan yang dulu, dan sudah waktunya menunjukan mu skill yang ku pelajari sendiri, Replay," setelah Rui menyebutkan kata Replay, dirinya pun lepas dari Ryouta lalu dirinya mulai menahan lengan Ryouta dan menjatuhkan pedangnya ke tanah.
"Dengan ini aku yang menang kan? Onii-chan," ucapnya sambil tersenyum.
"Ahh... Kau benar-benar hebat Rui, ini pertama kalinya aku di kalahkan oleh mu, dan dengan ini kurasa pelatihan kali ini selesai."
~Bersambung~