Jadi itukah alasan Danique mau menikah dengannya? Hanya demi nama, jabatan, dan harta? Rachel sangat tidak menyangka. Keluarga Danique mengancam lelaki itu jika tidak menikah maka akan dicoret dari keluarga Van Berend, ancaman itu semakin ditekankan ketika mereka mengenal Rachel yang mereka anggap cantik dan cerdas. Ayah lelaki itupun tanpa perlu membuktikan sudah memberi predikat setia kepada Rachel.
Andai bukan karena Dewi Bulan menjanjikan kebahagiaan, Rachel ingin sekali kabur dari masalah ini. Tetapi Ia yakin Dewi Bulan tidak pernah mengkhianati janjinya. Rachel meyakinkan dirinya supaya kali ini mencoba bersabar lagi.
"Terima kasih atas kejujuranmu, Danique," ucap Rachel nyaris tanpa suara.
Danique tak menanggapi apapun, Ia kembali masuk ke ruang kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya. Rachel pun duduk di mejanya tak jauh dari resepsionis. Wanita office-look itu semakin lama semakin terbiasa melihat dirinya dan Danique ribut. Awalnya Ia selalu memelototi Rachel karena menganggapnya tidak sopan, namun setelah beberapa waktu akhirnya Ia juga tahu bahwa lelaki itu tidak sepenuhnya wajib dihormati.
Rachel menyelesaikan pekerjaannya dengan air mata yang ditahan-tahan, hingga mendampingi Danique ke mansion pun, Ia tidak juga berbicara. Kedua orangtua Danique dan beberapa anggota keluarga besar ada di sana. Mereka tengah membahas teknis acara pesta. Wedding Organizer yang dipesan oleh Rachel pun ada di sana, mereka berbincang-bincang dengan pihak keluarga.
"Semua sudah tinggal pasang, kami sudah survei hotel dan memastikan semuanya siap. Tetapi ada satu yang kurang, kami tidak menemukan foto pre-wedding Mr. Van Berend dan Miss Juvenil satupun, bahkan foto berdua yang eksklusif pun tidak ada," ucap seorang wanita yang nampaknya sudah akrab dengan Mrs. Van Berend.
"Oh, itu dia anaknya. Danique dan Rachel memang tidak sempat foto pre-wedding karena terlalu mendadak. Tetapi seharusnya mereka bisa sekalian foto pas fitting baju," seru Mrs. Van Berend sembari menunjuk Danique dan Rachel yang baru saja masuk ruang tamu.
Saat itu juga Mrs. Van Berend membuat anak dan calon menantunya terpaksa menunda pekerjaan demi foto-foto pre wedding mereka. Danique bukannya tidak sempat, hanya saja Ia malas melakukan hal remeh itu.
Rachel merasa nyaman setiap ada Mrs. Van Berend karena wanita itu satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Danique yang keras kepala. Jika tidak ada Mrs. Van Berend di rumahnya, tim wedding organizer yang datang tanpa diundang itu mungkin sudah diusir dari mansionnya. Pekerjaan Rachel pun terasa lebih ringan.
Apapun sikap Danique kepadanya, Rachel tetap menunggu saat-saat sakral itu. Di balkon apartemennya yang langsung menghadap ke langit, Ia menunggu Dewi Bulan hadir. Pengorbanannya yang sangat berat dan menguras air mata kini terbayarkan oleh jalan yang tidak terduga. Keluarga baru Pangeran Cuon lah yang memohon kepadanya supaya menikah dengan lelaki itu.
"Dewi, sebentar lagi hari sakral itu tiba. Kami akan bersumpah menjadi pasangan yang setia dan menjalin ikatan resmi," ucap Rachel.
Pesta yang orang-orang tunggu pun akhirnya tiba. Rachel dirias secantik mungkin, Ia sengaja tidak menggunakan cat rambut coklatnya dan menampakkan warna rambut aslinya. Ini adalah momen yang sangat berharga, Ia ingin menjadi diri sendiri meskipun orang-orang malah mengiranya Ia mengecat rambut menjadi kuning emas.
"Warna yang sangat indah, Miss," gumam perias saat memasangkan mahkota di rambutnya.
"Terima kasih," ucap Rachel tersenyum tipis.
Gaun putih gading berhias bunga-bunga berwarna kuning membalut tubuhnya. Rachel tidak lupa mengenakan kalung bermata biru itu, satu-satunya peninggalan ayah dan ibunya. Di sisi lain ruangan, Danique mengenakan tuxedo dirangkap jas yang menjadikannya nampak sangat berkarisma. Ada setangkai bunga yang disematkan di saku atas jasnya, menjadikannya nampak lebih elegan.
Semuanya sudah siap dan prosesi akad pun tiba, Danique mengucapkan janji nikah dengan sangat lancar. Rachel tak kuasa menahan senyum di sela-sela detik-detik bahagianya. Ia berusaha keras menahan air mata supaya riasannya tidak luntur.
"Saya berjanji akan menjaga Ananda Rachel Amerta Juvenil dengan sepenuh hati sebagai pasangan saya sehidup semati, mendampinginya saat bahagia maupun susah, serta tidak akan menyakiti fisik maupun batin apapun yang terjadi. Apabila saya melanggar perjanjian ini saya siap menerima konsekuensi apapun sesuai hukum yang berlaku," Danique bersumpah.
Darah seakan mengalir lebih deras, jantung memompa lebih kencang, udara di sekitar Rachel pun seakan membeku. Hampir saja, Rachel lupa caranya bernapas.
Ada gelegar petir dan kilat yang menyambar-nyambar di luar gedung, langit pun menurunkan hujannya. Tak ada siapapun di dalam gedung yang tahu bahwa di luar sana tiba-tiba terjadi hujan deras kecuali manik biru safir milik Rachel. Danique menggenggam tangan Rachel lebih erat, keduanya saling menoleh, mata mereka bertemu, sadar bahwa sumpah lelaki itu didengarkan oleh Dewa Langit.
Acara inti yang sangat sakral itupun usai, semua tamu dipersilakan berpesta. Rachel dan Danique tidak henti-hentinya bergantian berfoto bersama dengan tamu yang antre.
Tiba-tiba telinga tajam Rachel menangkap pembicaraan yang menyeret-nyeret nama Danique di sana.
"Oh, Danique-Danique. Hidupnya lawak sekali, seperti bukan lelaki saja. Tidak ada wanita yang setia padanya, kita lihat yang ini bertahan sampai berapa bulan," kalimat panjang lelaki muda itu disusul gelak tawa teman-temannya.
"Aku berani bertaruh, Ia hanya akan menikah satu bulan lalu dikhianati istrinya," sahut yang lain sembari mengacungkan jari telunjuknya.
Gelak tawa terdengar lagi.
"Kurasa tidak, kurasa dua minggu saja," kali ini lebih kencang, Danique pun sepertinya mendengar hingga Ia meloloskan desisan dari bibirnya.
"Kurasa hanya seminggu."
"Tiga hari."
Lagi-lagi gelak tawa membahana di sudut ruangan.
"Ah, aku percaya sebelum akad nikah pun wanita itu sudah closingan bersama lelaki lain. Hitung-hitung pertemuan paripurna," tuduhan itu sangat membuat Rachel tertohok.
"Sial!" umpat Danique.
Rachel menarik tangan Danique dan berbicara dengan wajahnya bahwa Ia tidak melakukan itu.
"Antara bodoh dan nasib, sejak dulu hanya Danique. Kita mah putus karena kita yang selingkuh, sedangkan Ia?"
Danique menepiskan tangan Rachel dan menghentakkan kaki menghampiri gerombolan itu. Mereka berpura-pura membicarakan kue pernikahan saat Danique tiba di dekat mereka. Rachel yang khawatir dengan emosi Danique, cepat-cepat menyusulnya sampai berkali-kali akan terjatuh karena hak sepatunya sangat tinggi.
"Danique, aku tidak melakukan itu. Aku berani bersumpah," ucapnya.
"Aku tidak bertanya," ketus Danique.
Sungguh menyakitkan, lelaki itu menikahinya dengan terpaksa. Kini pisau lain menyayat ulu hatinya karena lelaki itu terhasut oleh teman-temannya yang menuduh dirinya tidur dengan lelaki lain sebelum akad nikah tiba. Mantan-mantan Danique mungkin seperti itu, tetapi Rachel tidak. Sungguh menyakitkan, hanya karena kesalahan para mantan Danique, kini Rachel dicap sebagai wanita buruk oleh orang-orang.
"Ah, pengantin wanitanya cantik sekali," ucap salah satu dari mereka saat Rachel tiba di samping Danique.
Rachel langsung tahu bahwa lelaki itu tahu persis bagaimana kisah percintaan Danique.
"Pantas saja Danique mau dengannya, cantik sekali," yang lain mengamini.
"Katakan cantik sekali lagi, kusobek mulut kalian," Danique berujar dengan nada dingin.
"Oh," mereka berhenti dan hanya berkata 'oh'.
"Mungkin yang ini benar-benar gadis baik," bisik salah satu saat Rachel memaksa Danique kembali ke bangku pelaminan dengan menyeretnya.
Rachel tidak peduli apakah Danique benar-benar membelanya dari tuduhan itu atau justru sebaliknya. Yang penting Ia menjauhkannya dari mereka supaya emosi lelaki itu tidak kebablasan dan mengacaukan pesta.
***