Chereads / Pernikahan Impian Betari / Chapter 2 - Video yang Viral

Chapter 2 - Video yang Viral

Reksa membuka mata dengan perasaan canggung. Dia berada di kamar yang asing baginya. Namun yang pertama dilihatnya adalah ayahnya dan ... Rasti. Wajah Rasti tampak sembab.

"Bangun! Apa maumu sebenarnya?" hardik Pak Hartawan.

Reksa berusaha bangkit. Rasa sakit di kepalanya masih tersisa meski tak seberat sebelumnya.

"Aku di mana?"

"Apa maksudmu di mana? Kamu meniduri gadis lain di hari pernikahanmu! Bagaimana kamu bisa berbuat sememalukan itu!"

Reksa terkesiap. Pandangannya beralih ke arah Rasti tajam. Dia kah yang dimaksud ayahnya telah ditidurinya? Bagaimana bisa? Dia bahkan tak ingat secuil kejadian itu. Dia bahkan merasa janggal bagaimana dirinya bisa berada di kamar Rasti, perempuan yang selalu dia hindari karena risih dengan perilakunya yang agresif. Reksa melihat penampilannya yang berantakan melalui pantulan cermin besar. Dia segera merapikan diri. Tak lupa meraih jas yang teronggok di ujung sofa. Reksa berniat pergi dari tempat itu.

"Reksa, kamu mau kemana?"

"Aku tetap akan melanjutkan pernikahan."

"Omong kosong! Pernikahan sudah dibatalkan dan sekarang kamu harus bertanggung jawab pada Rasti!"

"Aku tidak melakukan apa pun!"

Plak!

Tamparan itu mendarat di pipi Reksa. Pak Hartawan merasa tidak perlu ada tawar menawar lagi. Reksa harus patuh kali ini.

"Aku tidak pernah memaksamu berjodoh dengan Rasti meski selama ini, kami ingin. Tapi dengan kejadian ini tak boleh ada alibi lagi. Akutidak pernah mendidikmu berbuat serendah itu terhadap perempuan!"

"Om, tak perlu memaksanya. Meski dia nanti menikahiku, aku takut Reksa hanya akan menyia-nyiakanku. Aku hanya akan lebih menderita," lirih Rasti dengan ke akting seolah-olah dia benar-benatr tertindas.

"Itu tidak akan terjadi!"

***

Video yang telah tiga hari trending topik di internet segera mengundang rasa penasaran para pemburu gosip maupun berita. Mereka terus mengorek identitas dan asal-usul pengantin wanita yang malang tersebut. Mereka bahkan dengan cepat mendapatkan informasi tentang Betari dan menyerbu ASTANA Corp, perusahaan tempat Betari bekerja selama ini. Akan lebih mudah bagi mereka berburu informasi di sebuah perusahaan daripada mendatangi ke rumah tinggalnya. Mereka mencegat para karyawan yang baru datang di luar pagar berharap mendapatkan topik yang beragam dari rekan kerja di perusahaan bergengsi tersebut. Beberapa staf bawah menerima begitu saja para wartawan itu sehingga menciptakan kerumunan.

Agha Digdaya, Pimpinan ASTANA Corp melihat mereka saat mobilnya akan memasuki area perusahaan. Dia bertanya pada arah satpam.

"Ada apa itu?"

"Ada wartawan, Pak."

"Ada urusan apa mereka?"

"Mereka mencari staf ASTANA Corp yang sedang viral di internet."

"Oh ya? Masalah apa?"

"Pesta pernikahannya batal karena pengantin pria kabur."

Agha menggeleng, alisnya berkerut, "Incredible!"

Agha segera berlalu. Akhir-akhir ini kualitas informasi di internet memang mengalami hantaman yang luar biasa. Segala hal remeh temeh dijadikan topik untuk viral. Baru akan melangkah ke elevator, Frisa mengejarnya.

"Pak, salah satu staf mengajukan pengunduran diri mendadak. Kita perlu segera merekrut staf baru."

"Se-urgent itu?"

"Tentu saja. Kita sedang menangani proyek, jika tidak segera digantikan orang lain, tentu akan repot."

"Kita bicarakan nanti. Hari ini pengacaraku akan datang untuk mengurus dokumen perceraianku. Kita akan membahas staf baru jika urusanku sudah selesai."

"Oh, baiklah Pak." Frisa berhenti, sementara Agha masuk ke elevator dan naik ke ruang kerjanya.

Saat Agha menyalakan laptop dan mulai memeriksa email, dia tiba-tiba teringat perkataan satpam tentang salah satu staf di ASTANA Corp yang viral. Dia pun mencari di kotak perambahan. Akhirnya menemukan video yang dimaksud. Agha segera menelusuri identitasnya dan mendapatkan nama Betari Kahiyang. Setelah itu, dia menelusuri data karyawan perusahaan dengan nama tersebut. Dalam sekejap, Agha sudah mengetahui latar belakang Betari berdasarkan CV-nya. Agha sedang fokus hingga tak menyadari berapa lama seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya. Saat pintu terbuka, itu adalah Hendrik, pengacara yang ditunggu.

"Selamat pagi, Pak Agha."

"Pagi, maaf membuat anda menunggu. Silakan masuk!"

"Oh iya, aku ingin menyampaikan bahwa semuanya sudah beres," kata Hendrik sambil mengeluarkan dokumen dari tas jinjingnya.

Agha mengembuskan napas, memandangi lembar surat perceraiannya dengan Karenina. Akhirnya hubungan mereka hanya sampai di sini. Perempuan yang sangat obsesif dan visioner itu tidak akan cocok dengannya. Jika terus terikat dalam satu hubungan juga tidak ada gunanya. Karenina pencinta kebebasan. Bebas dalam hal apapun. Bahkan soal partner tidur. Agha sangat kecewa menerima kenyataan itu hingga menawarkan perpisahan dengan Karenina. Tak disangka, mantan istrinya itu langsung menyetujui. Bagai burung yang lepas dari sangkar, begitu Agha mendaftarkan perceraian mereka ke Pengadilan Agama, Karenina segera melesat. Bahkan dengar-dengar wanita itu merayakannya di klub malam bersama circle sosialitanya. Benar-benar liberal.

Agha mulai mencemaskan dirinya sendiri. Bagaimana pun, dirinya pria normal dan menjunjung nilai religius. Dia menginginkan sebuah keluarga untuk meneruskan silsilah. Umurnya tak lagi bisa disebut muda, sebab telah melewati kepala tiga. Akan ada banyak perempuan yang mau bahkan menawarkan diri dengan senang hati padanya. Namun, Agha tidak ingin mengulang kegagalan rumah tangganya seperti saat bersama Karenina. Wanita yang awalnya begitu terobsesi untuk memiliki Direktur ASTANA Corp, merasa tak puas begitu menerima kenyataan Agha Digdaya tak bisa mengimbangi gaya hidupnya. Hal yang paling mendasar dari Karenina yang bertentangan dengan prinsip Agha adalah, wanita itu tidak mau memiliki anak. Dia tidak mau direpotkan oleh urusan di rumah ketika sedang berada di luar. Dia tidak mau terkekang.

"Kalau begitu, saya permisi Pak." pamit Hendrik.

"Oh, oke. Silakan!"

Sepeninggal Hendrik, Agha duduk kembali di kursi kerjanya. Layar komputer masih menampilkan berbagai informasi tentang pernikahan gagal staf ASTANA Corp yang dirambahnya tadi. Agha menelepon Frisa agar ke ruangannya. Frisa segera datang.

"Jadi, gimana tadi tentang karyawan yang akan mengundurkan diri itu?" tanya Agha begitu Frisa muncul.

"Sebenarnya sangat disayangkan mengingat dia adalah seorang data scientist yang handal, tapi jika dia tetap bekerja, kurasa etos kerjanya juga pasti akan berubah. Bagi kalangan umum, hal seperti itu adalah pukulan yang traumatik."

"Hmm..., " Agha manggut-manggut, "Aku akan menemuinya secara pribadi."

"Anda akan mempertahankannya?"

"Kita lihat saja. Semua kembali ke kualitas dirinya sendiri. Seberapa tangguh karakternya untuk mempertahankan diri dari guncangan. Jika dia cepat diruntuhkan oleh guncangan ini, ya sudah. Dia kalah dan tamat. Tapi Jika dia punya keinginan untuk menang, kita bantu dia berjuang."

Frisa tersenyum. Agha memang selalu memiliki sisi magnetik yang membuatnya tertarik. Kali ini, dia merasa sedikit iri pada wanita yang mendapatkan kata-kata super tersebut. Meski dia tahu, Agha baru saja resmi bercerai, namun pria itu bukan tipe pria yang akan mudah ditakhlukkan.