Jeremi, Jeni dan Dewi akhirnya berangkat menuju rumah sakit. Tak lupa mengunci pintu mereka bertiga masuk ke dalam mobil Jeremi yang sudah terparkir di depan rumah kontrakan Jeni.
Ada rasa pilu yang ada di dalam dada Jeni. Entah rasa apa itu. Rasa khawatir berlebih berkecamuk di dalam dada Jeni mengingat kondisi Wili yang saat ini masih belum dia ketahui.
Pagi buta ini dengan hembusan angin dingin menggelitik kulit siapa saja yang berani menyapanya.
Mereka bertiga yang ada di dalam mobil nampak terpaku dalam kekhawatiran masing-masing. Jeni yang hanya diam dan memikirkan keadaan Wili, sama halnya dengan Jeremi. Namun bagi Dewi, ia tetap saja merasa ragu.
Perjalanan yang lumayan lancar telah mengantar mereka ke depan rumah sakit Cahaya Medika sebagai mana yang telah disebutkan Mery saat lewat sambungan telephone tadi.
"Di sini, Mas?" Jeni bertanya sebelum dia turun.
