"Itu semua pasti gara-gara aku kan, Mas?" Jeni mengeluarkan pertanyaan yang benar-benar mengiris hati. Jeni tampak memeras air matanya. Kesedihan itu kembali saat mengingat dosa masa lalu yang telah diperbuatnya.
Wili segera mengusap pipi Jeni, menghapus air matanya.
"Kamu jangan bicara seperti itu. Setiap takdir manusia telah tercatat dalam catatan Tuhan. Kita manusia hanya bisa berusaha saja. Ada pun jalannya, memang mungkin harus seperti itu. Kamu jangan menyalahkan diri sendiri. Yang paling penting, kamu senantiasa memperbaiki diri," kata Wili dengan bijaksananya.
Jeni mengangguk, sepertinya merasa tenang lagi kemudian kembali berkata, "Aku menyesali kebodohanku itu, Mas. Andai waktu bisa diulang, tentu aku akan berpikir seribu kali untuk melakukan hal bodoh itu."