Akhirnya Hanny pun sampai di kediaman nya, gak terlalu besar tapi terlihat sangat Asri.
Ibunya memiliki toko roti sebagai ladang penghasilan selama ditinggal oleh sang suami.
Hanny memiliki adik perempuan yang masih Sekolah Menengah Atas.
Saat Hanny membuka pintu rumahnya, ia melihat ibunya yang tertidur di sofa ruang tamu.
Hanny menghampiri ibunya seraya berkata
"I Love You Mom"ucap Hanny seraya mencium kening sang ibu, sehingga membuat sang ibu terbangun.
"Hai ... Nak, kau sudah datang?"ucap sang ibu seraya menatap sang anak.
"Ibu pasti lelah menunggu Hanny pulang, Hanny sudah mengabari ibu ... kalau Hanny akan pulang terlambat, kenapa Ibu masih menunggu Hanny"ucap Hanny seraya duduk di dekat ibunya, menggenggam tangan wanita yang begitu berarti dalam hidupnya.
Wanita yang selama ini ia kagumi dalam segala hal, terutama dalam kesetiaan.
Pasalnya banyak teman ayahnya bahkan teman ibunya yang ingin memperistri kan ibunya, namun ... sang ibu selalu menolak dengan alasan masih sangat mencintai sang suami, ayah dari kedua putrinya.
Hanny berharap ... jika Hanny memiliki suami, ia bisa memiliki suami seperti sang ayah, dan menjadi seperti ibunya yang setia dan mau berjuang bersama.
"Ada hal yang ingin ibu katakan padamu nak ..."ucap sang ibu membalas genggaman tangan Hanny.
"Apakah ini penting bu ... sehingga ibu tidak bisa menunggu besok untuk membicarakan nya sama Hanny?"tanya Hanny.
"Ini tentang wasiat ayahmu sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya nak"ucap sang ibu membuat Hanny terkejut dan tangannya memegang erat tangan sang ibu.
"Apa itu bu ... ?"tanya Hanny penasaran.
Terdengar ibunya menghela nafas dengan kasar, membuat Hanny yakin ini bukanlah wasiat yang biasa.
"Ayahmu memiliki sahabat baik, sangat baik, saat itu ... sahabat ayahmu memiliki penyakit ginjal, sehingga membuat ayahmu mendonorkan ginjalnya untuk sahabat terbaiknya, ibu sangat kagum dengan persahabatan ayahmu dengan Tuan Wilantara.
Mereka orang kaya ... tapi ... mereka sangat menghargai orang miskin, mereka sangat kaya tapi ... mau bersahabat dengan kita yang hanya dari kalangan tengah.
Suatu saat Tuan Wilantara melihat mu bermain dengan adikmu, beliau meminta mu untuk menjadi menantu nya sebagai balasan kebaikan ayah karena telah memberinya ginjal, sehingga beliau bisa sehat kembali.
Ayah mu ... menyetujui perjodohan itu nak ... dan seminggu yang lalu, Tuan Wilantara datang ke pada ibu dan menagih wasiat saat ayahmu berada dalam rumah sakit.
"Tara ... kau berjanji akan menjadikan putriku sebagai menantu mu, apakah aku bisa menagih janji itu"ucap Ayah Hanny.
"Tentu ... aku bahkan sangat ingat dengan ucapan ku itu, Sidqi ... kau sembuhlah ... maka di saat anak kita sudah dewasa kita akan menikah kan mereka"ucap Tuan Wilantara seraya menggenggam tangan Sahabatnya.
"Sepertinya tuhan tidak mentakdirkan aku untuk melihat pernikahan putriku, tapi ... Tara ... aku sangat berharap kau bisa menepati janji itu"ucap Sidqi seraya membalas genggaman tangan Tuan Wilantara.
"Apa yang kau katakan Sid ... kau akan sembuh, kau tidak boleh meninggalkan aku, kita sahabat akan menua bersama sampai kita punya cucu yang banyak"ucap Tuan Wilantara saat melihat wajah Sidqi yang sudah memucat.
"Panggil kan istriku ... dia harus tahu hal ini, sehingga ia bisa mengatakan ini pada putri ku nanti",ucap Sidqi
Akhirnya Tuan Wilantara memanggil Istrinya Sidqi yang sedang duduk bersama isterinya Wilantara.
"Ibu ... ayah minta maaf karena belum bisa menjadi suami yang baik buat ibu, belum bisa menjadi ayah yang baik buat anak-anak, Ayah titip kan anak-anak pada ibu, bimbinglah mereka dengan baik, jadikan mereka wanita seperti ibu, dan juga ... ayah sudah membuat perjanjian dengan Tuan Wilantara, Hanny ... akan menjadi menantu mereka saat dewasa nanti"ucap sang suami pada istrinya.
"Apa yang ayah bicarakan, ayah akan membimbing mereka ... ayah akan terus bersama kita, jangan menyerah ayah ..."ucap sang istri seraya menggenggam tangan Sidqi.
"Ini amanah ku buatmu istriku"ucap sang suami kala itu, hingga akhirnya ia memejamkan mata nya dalam kedamaian.
Tangisan pilu itu mengisi ruangan itu, sedangkan sang anak-anak mereka titipkan dirumah Wilantara, di sana ada banyak pelayan yang menjaga mereka.
Hanny dan Sagara pernah bertemu, hanya mereka tidak saling menyapa kala itu.
Sehingga mereka sama-sama melupakan wajah dan nama.
Flash ON
Hanny terdiam mendengar cerita sang
Ibunya Hanny menceritakan hari itu dengan deraian air mata.
Begitupun dengan Hanny, ia berusaha mengingat tuan Wilantara dan anaknya, namun ... berulang kali berusaha tidak ada bayangan siapapun yang muncul.
"Bagaimana nak ... ?"tanya sang ibu.
"Jika ini wasiat terakhir ayah, apa yang harus Hanny katakan bu ... "Hanny berusaha tidak menambah beban sang ibu, meski ia tahu ... hatinya ingin menangis, ia tidak akan tahu ... siapa pria yang telah dijodohkan dengan nya.
"Kalau begitu ... Hanny ke kamar dulu,bu, Hanny ingin istirahat"ucap Hanny seraya tersenyum pada sang ibu .
Dialah Hanny ... wanita yang selalu menyembunyikan kesedihannya di balik senyum indahnya.
Dialah Hanny ... wanita yang selalu terlihat ceria meski hatinya terluka.
Dialah Hanny ... wanita yang selalu terlihat tegar, meski ... hatinya sangat rapuh.
Sesampainya Hanny di dalam kamarnya, ia menjatuhkan bobot tubuhnya di tepi ranjang, ia mengambil ponsel lalu membuka situs untuk mencari siapa keluarga Wilantara.
Benar saja muncul beberapa nama dengan marga Wilantara, namun hanya satu yang menjadi pusat perhatian nya, karena Tuan Wilantara berfoto dengan Almarhum ayahnya.
Lalu Hanny mengklik data informasi tentang keluarga Wilantara, muncul beberapa foto keluarga dan di situ Hanny melihat wajah tampan yang ia fikir dialah anak yang akan di jodoh kan dengannya.
Namun ... Hanny tidak bahagia melihat wajah tampan itu, karena bagi Hanny ... pria yang berwajah tampan tidak mungkin masih sendiri dalam usianya saat ini.
Banyak keraguan yang berkecamuk dalam hati.
Namun ia bisa apa ... ia kini memasrahkan semuanya pada sang illahi.
Malam telah berlalu, pagi menyapa semua insan.
Begitu juga dengan Sagara dan juga Hanny, mereka sudah siap untuk melakukan rutinitas harinya.
"Temui dia dirumah sakit, baik-baik lah bicara dengannya, seminggu lagi kalian akan menikah" ucap Tuan Wilantara dengan tegas.
"Apakah harus secepat itu ... ?"ucap acuh Sagara menahan amarah dan kesal.
"Apakah kau masih mau menunggu hingga papa dan mama mu ini mati, baru kau memikirkan kami yang sudah tua ini ...?" ucap Tuan Wilantara dengan tegas.
"Bisakah kalian bertemu dulu dengan pilihan ku?"Sagara masih melakukan tawar menawar.
"Semakin kau menggenggam wanita itu, semakin papa ingin menjodohkan mu, kau juga harus bicara baik-baik dengan wanitamu, lepaskan secara baik-baik atau papa yang akan bertindak, jika kau masih kekeh untuk mempertahankan nya, maka ... !!"
"Cukup ... !!! jangan sentuh dia"ucap Sagara yang langsung meninggalkan kediamannya.
"Pa ... apakah tidak bisa bicara baik-baik dengan sagara ... ?" Mamanya menenangkan hati suaminya yang panas.
"Dia memiliki hubungan dengan sekertaris nya ma ... akan sulit bicara baik-baik dengannya saat ini"ucap sang papa,