"Udah siap semua berkasnya? Nggak ada yang kurang?" tanya Ibu saat Salma mengambil tas di dalam rumah.
Yah, hari ini adalah hari pertama dibukanya pendaftaran calon peserta didik baru di SMA N 03. Salma sangat bersemangat bangun sedari azan subuh untuk memastikan semua berkas siap.
"Udah Buk, Salma berangkat dulu ya!" pamit Salma sambil menjabat tangan ibunya.
Perjalanan ke SMA N 03 ditempuhnya dalam waktu cukup singkat karena jaraknya hanya 3 km. Salma berangkat diantar ayahnya. Untuk mengemudi sepeda motornya sendiri sebenarnya Salma sudah mampu, tapi ibunya tidak memperbolehkan dengan alasan mengkhawatirkan keselamatan Salma.
Salma yang sudah terbiasa dengan larangan-larangan dari sang Ibu hanya bisa mengi-iyakan.
Akhirnya sampai di gerbang masuk SMA N 03.
"Ayah tunggu sini ya, nanti kalau perlu Ayah kamu jemput Ayah disini ya!" kata sang Ayah sambil membuka helmnya.
"Iya Yah, aku masuk dulu." jawab Salma sambil menjabat dan mencium tangan Ayah.
Salma pun melangkahkan kakinya masuk ke calon sekolah barunya itu. Sendirian, karena saat itu ia tidak janjian dengan Shena atau teman lain untuk berangkat bersama.
Baru tiga langkah Salma tempuh, ia mendadak berhenti. Melihat luas ke arah sekolah itu, ia terdiam.
Salma membayangkan banyak hal yang akan ia lalui di tempat baru ini. Mendapati banyak orang baru, dan pastinya tidak ada sosok Jeff di hari-harinya nanti.
Tiba-tiba Salma yang terdiam itu ditabrak bahunya dari belakang oleh seseorang yang juga sama-sama berjalan menuju dalam sekolah itu.
"Auh!" Salma terkejut dan sedikit sakit.
Ia menengok ke belakang dan terdapat seorang siswa laki-laki juga memegangi bahunya tanda juga merasa kaget dan sakit bertabrakan dengan Salma.
"Maaf mbak, maaf! Enggak sengaja, ini didorong temen nih makanya sampai nabrak." jawab laki-laki itu sambil menunjuk teman di sampingnya.
"Iya." jawab Salma ketus karena ia sudah tidak lagi mood untuk mengungkapkan rasa kaget dan sebalnya.
Salma membalikkan badan dan kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk ke sekolah itu.
Salma berjalan masuk dengan batin yang masih sebal dengan siswa laki-laki tadi.
"Sialan. Kenapa kagetnya masih kerasa sih. Kalau bukan karena mau daftar sekolah udah gue bentak tuh cowo." batin Salma berkecamuk.
Rasa sebal Salma seketika hilang saat sudah berada di dalam sekolah. Menyaksikan banyak siswa baru yang juga mendaftarkan diri di sekolah itu sama seperti dirinya. Salma langsung mempercepat langkah agar ia masih mendapat kuota calon peserta didik baru.
Sebenarnya Salma tidak perlu khawatir jika tidak kebagian kuota calon peserta didik baru, karena ia sudah menitipkan angket formulir pendaftaran pada saudara sepupunya yang juga menjadi guru di sekolah itu. Namun, Salma masih harus mengisi formulir pendaftaran yang sama sesuai prosedur yang diberlakukan.
Berhenti sejenak dari mengisi formulir dan melihat sekitar, Salma belum juga menemukan sosok Shena. Namun entah apa yang ada di pikiran Salma sampai ia tidak terpikirkan untuk mengecek hp nya dan menghubungi Shena.
"Ini yang lain pada punya temen, lah ini gue sendirian. Shena kemana sih? Udah jam segini. Ya kali tuh bocah bangun kesiangan sampai sesiang ini belum berangkat." gumam Salma sendirian.
"Mohon bagi yang sudah mengisi formulir agar segera dikumpulkan untuk melanjutkan langkah berikutnya adik-adik!"
Seruan panitia pelaksana itu membuat Salma semakin bingung dan cemas akan Shena yang belum datang.
Terpaksa Salma harus segera mengumpulkan formulir ke meja depan panitia. Namun, baru dua langkah maju tiba-tiba ada yang menepuk pundak Salma sambil terdengar suara terengah-engah.
"Bentar dulu tungguin!" suara Shena menghentikan langkah Salma.
"Gila lo dari mana aja sih?" tanya Salma sebal.
"Lo yang gila, gue chat lo sampai telfon lo dari tadi. Gue nungguin lo di depan pintu hall." jawab Shena menjelaskan.
"Lah gue nggak lewat hall." jawab Salma kaget.
"Terus lo lewat mana? Enakan lewat hall lurus sampai sini." tanya Shena yang juga terheran-heran dengan Salma.
"Tadi gue masuk lewat samping hall. Yang ada gerbang kecil itu. Soalnya tadi di depan hall itu gue ditabrak dari belakang sama cowok nggak jelas. Makanya gue jadi nggak fokus sama jalan." Salma menjelaskan.
"Siapa cowoknya?" tanya Shena ingin tahu.
"Nggak tau deh, nggak penting juga. Sekarang cepetan lo ambil formulir terus isi!. Gue tungguin deh ngumpulin nya." perintah Salma pada Shena.
"Oke, bentar ya!" Shena segera mengambil formulir dan mengisinya.
Selesai mengumpulkan formulir, mereka segera mengumpulkan berkas-berkas dokumen penting. Sembari menunggu teman-teman lain yang masih menyiapkan dokumen, Salma mengecek hp di dalam tasnya yang sedari tadi tidak ia lihat.
Banyak panggilan tak terjawab dari Shena juga beberapa chat, dan terdapat pula chat dari Jeff. Ia meluangkan waktu untuk membalas chat dari Jeff.
Hari itu Jeff juga pergi ke SMK 02 untuk melakukan pendaftaran calon peserta didik baru. Tak sulit rasanya untuk Jeff pisah sekolah dengan Salma. Karena Jeff terkesan cuek dan melanjutkan ke SMK adalah cita-citanya dari dulu.
Sebenernya di SMK tempat Jeff melanjutkan sekolahnya ini tidak terdapat siswa perempuan. Semua laki-laki karena memang sekolah itu dikhususkan untu siswa laki-laki.
Walaupun terkesan cuek dan tidak terlihat sedih berpisah sekolah dengan Salma, namun Jeff sangat menyayangi Salma. Jeff juga yakin bahwa dirinya bisa setia dan fokus untuk belajar tanpa menyakiti hati Salma.
Selepas dari SMK nanti Jeff berharap bisa langsung mengikuti program penyaluran kerja di SMK 02 itu. Besar harapannya, karena Jeff ingin hubungannya dengan Salma bisa berlanjut terus ke jenjang yang lebih serius. Mengingat hal itu, pikiran Jeff sudah sangat jauh memikirkan dirinya nanti yang harus bisa bekerja agar bisa memiliki Salma seutuhnya dan selamanya.
Jeff yang juga masih berada di calon sekolah barunya itu duduk menunggu perintah dari panitia untuk tahapan selanjutnya.
Ia duduk memegang hp membuka galeri fotonya dan memandang foto Salma. Yah, tentunya sambil senyum-senyum sendiri. Ia juga menunggu balasan chat dari Salma yang dari pagi juga belum dibalas.
"Kamu baik-baik ya di sana!" gumam Jeff sambil memandang foto sahabat yang akhirnya menjadi kekasihnya itu.
Berselang hitungan detik, masuk notifikasi chat. Ternyata dari Salma, dia membalas chat Jeff dengan mengirim foto dirinya tersenyum manis menunjukkan gigi gingsul nya.
"Manis banget sih! Jangan senyum-senyum mulu ya di situ. Takut ada yang tertarik loh." balas Jeff memuji juga khawatir pada Salma.
Tidak bisa dihindari rasa takut Jeff kehilangan Salma begitu besar. Besar harapannya agar Salma tidak tergoda dengan cowok lain teman barunya nanti.
"Enggak lah. Di sini tampang wajahnya pada rese semua deh. Aku aja pengen cepet-cepet pulang ini." balas Salma mengeluh.
Jeff hanya tersenyum membaca chat Salma, sambil mengetik balasan pesan bertuliskan
"Dasar kamu, jangan ngeluh terus ih nggak baik sayang. Dah ya, nanti kalau udah pulang langsung pulang istirahat ya cantik."
Salma pun juga tak kalah senyum-senyum sendiri berbalas pesan dengan Jeff.
"Iya sayang, kamu juga hati-hati ya nanti kalau pulang." balas Salma.
Melihat langit yang cerah ia iseng memfoto langit itu dan mengirimkan pada Jeff dengan kalimat penuh makna.
"Kita masih menatap langit yang sama, pada langit aku titipkan rindu yang teramat dalam untuk sahabatku yang juga kekasihku ini."
Terkesan berlebihan tapi itulah ungkapan hati bocah yang baru akan masuk SMA dikala sedang jatuh cinta.
Jeff yang membuka dan membaca chat dari Salma itupun langsung tersenyum haru. Ditatapnya langit dan ia merasakan perasaan haru yang begitu dalam. Ia ingin menangis namun tidak mungkin karena banyak orang di sana.
"I really miss you, miss your smile and your happiness." balas Jeff singkat, ia terlalu haru sampai tidak tahu akan membalas apa selain ungkapan rindu.
Setelah membalas chat itu, Jeff segera pulang karena sudah ada perintah untuk pulang dari panitia. Ia bergegas pulang bersama Beni dan memasukkan hp nya dalam tas.
Salma yang mendapat ungkapan rindu dari Jeff hanya bisa menatap tulisan chat itu begitu dalam. Berat rasanya bagi Salma, namun ia harus bisa menjalani ini.
"Enak kali ya Sal bisa jadi anggota OSIS. Ya nggak enak sih, tapi kelihatan berwibawa gitu. Ngurusin ini itu, ya pasti capek sih. Tapi kok gue pengen ya Sal." gumam Shena sambil melihat anggota-anggota OSIS yang ikut membantu mengurus pendaftaran calon peserta didik baru.
"Gimana kalau nanti kita ikut organisasi OSIS. Kira-kira gimana pendapat lo? Lo mau nggak?" tanya Shena pada Salma.
Salma tidak menjawab dan masih memandangi hpnya, seakan tidak mendengarkan omongan Shena.
"Sal?"
"Sal?"
"Sal!" Shena sedikit menggertak sambil mencubit lengan Salma.
"Auh sakit gila!" Salma merintih sambil memandang Shena sebal.
"Makanya kalau diajak omong tuh jangan diam aja." jawab Shena sambil melotot.
"Emang omong apaan sih lo?" tanya Salma santai.
"Astaga beneran nggak denger tadi. Emang lo ngelamun apa sih? Sampai gue bilang aja nggak denger nggak fokus." tanya Shena sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Salma.
"Ih apaan nggak usah deket-deket deh. Diliat orang nggak enak, ntar disangka kita ghibah." jawab Salma dengan nada sedikit bercanda.
"Ya cepet jelasin lo tadi kenapa? Apa yang lo pikirin? Apa harus nih gue lapor Jeff kalau hari ini lo ngelamun nggak jelas dan gue tanya ke dia apa penyebabnya, gitu?" tanya Shena juga dengan nada bercanda.
"Ya nggak usah kali! Tadi tuh gue bales chat nya Jeff, terus gue kepikiran aja. Kangen gitu sama dia." jawab Salma menjelaskan.
"Pantes sampai nggak fokus." Shena tersenyum kecut.
"Lo minat nggak masuk organisasi OSIS?" tanya Shena mengulangi pertanyaannya tadi.
"Apa? Kalau gue sih enggak ya. Sama sekali nggak minat. Tuh liatin, para anggota OSIS yang sok sibuk itu. Nggak indah banget di mata gue ini." jawab Salma menunjukkan ketidaksukaannya.
"Kok gue pengen ya? Tapi ya gue sadar sih, kondisi kesehatan gue nggak memungkinkan untuk ikut organisasi itu." jawab Shena lesu, karena memang Shena mengidap penyakit endometriosis.
"Shen, udah deh nggak usah neko-neko. Gue nggak setuju juga kalau lo ikut organisasi, apapun. Kesehatan lo yang utama, sekolah aja yang bener sampai lulus nggak usah ikut organisasi." Salma menasihati Shena.
"Iya deh. Gue juga nggak jadi pengen." jawab Shena.
"Bagi yang sudah mengumpulkan berkas, diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Untuk menunggu hasil pengumuman yang akan dibagikan tiga hari lagi. Baiklah adik-adik terimakasih untuk antusiasnya hari ini!" seruan panitia terdengar kepada calon peserta didik.
Salma dan Shena akhirnya pulang, mereka memilih untuk keluar sekolah belakangan agar tidak berdesakkan.
Saat menunggu untuk keluar dari sekolah, Salma melihat salah satu anggota OSIS yang ikut saat sosialisasi SMA N 03 ke SMP nya kala itu.
"Ganteng dan berwibawa." gumam Salma terpesona.
Mendengar ada yang memanggil namanya kemudian cowok itu menoleh, diketahui ternyata nama cowok itu adalah Yudha.
"Oh namanya Yudha." gumam Salma sambil tersenyum sendirian.
"Cukup tau nama sama mengagumi aja loh." ucap Shena sambil menyodok bahu Salma dengan bahunya.
"Iya iya. Orang cuma kagum aja. Lagian gue juga nggak pernah jatuh cinta beneran hanya karna tampang. Buktinya mantan gue sama pacar gue saat ini nggak ganteng. Haha." jawab Salma dengan nada bercanda.
"Kok belum pada pulang ini dek?"
Suara laki-laki itu terdengar lembut di telinga. Tak sangka jika yang sedang dibahas itu sudah ada di depan mata dan menyapa kedua ABG itu.
"Aaa.. aaa.. ini kak masih nunggu biar nggak berdesakkan keluarnya." jawab Salma gugup.
"Iya kak, nih juga kalo udah longgar kita pulang kok." jawab Shena lebih santai.
"Oh ya udah. Mari!" ucap Yudha sambil berlalu dari hadapan Salma dan Shena.
"Iya kak." jawab Shena.
Salma terdiam, terpesona dengan wibawa dan ketampanan kakak kelas itu. Tapi tak perlu khawatir, rasa kagum Salma tidak akan sampai pada rasa cinta.
"Udah longgar nih. Yuk keluar!" ajak Salma.
"Yuk!" Shena setuju dan mereka pulang ke rumah masing-masing.