"Yeay!"
"Hu!"
"Hore!"
Begitulah teriakan demi teriakan yang keluar dari mulut para siswa kelas IX SMP Jaya Baru. Hari ini adalah hari kelulusan bagi mereka.
Para siswa pun saling berjabat tangan satu sama lain tanda memberikan selamat.
"Selamat hari kelulusan sayang!"
"Selamat juga atas pencapaian 5 besar nilai UN!" ucap Jeff pada Salma.
"Makasih sayang!" sembari memberikan senyuman hangat pada kekasihnya itu.
Yaa, bisa dibilang 'cinta monyet' untuk anak seumuran mereka berpacaran. Namun, tidak demikian.
Jeff dan Salma telah saling mengenal dekat dari kelas VII dari awal masuk SMP. Dan mereka pun juga menjadi teman satu kelas VII selama 2 tahun.
Jeff telah menaruh rasa kepada Salma sejak masih kelas VII. Namun, Jeff tidak berani untuk mengungkapkan perasaannya. Terlebih, terlalu lucu untuk anak seusianya yang baru menginjak bangku SMP menyatakan cinta.
Jeff malah sempat menuliskan nama Salma pada buku temannya. Alhasil, temannya lah yang malah berhasil pacaran dengan Salma. Namun, setelah 2 tahun berpacaran Salma dan Beni , teman Jeff tadi akhirnya putus.
Salma memang gadis yang cantik dan pintar. Banyak yang menyukai dirinya.
Hingga saat setelah Salma putus dari Beni, banyak yang mengejarnya.
"Perasaan baru kemarin aku mengenalmu disini, sekarang udah mau lulus aja." ucap Salma bersedih pada Jeff.
"Enggak papa dong! Kan udah waktunya. Kamu aja yang telat putus sama Beni" jawab Jeff setengah meledek.
"Kok gitu?" tanya Salma bingung.
"Ya iyalah.. Kalau kamu putus sama Beni dari dulu, kita bisa pacaran dari dulu juga kan. Lebih lama dari ini." jawab Jeff menjelaskan.
"Ihhhh, kamu mah.." ucap Salma sambil mencubit tangan Jeff.
"Auh sakit sayangg!" jawab Jeff kesakitan.
"Makanya, jangan suka ngeledek ih!" perintah Salma sebal.
"Iya iya ampun!" jawab Jeff dengan sedikit tertawa.
Jeff dan Salma masih meneruskan candaan mereka di taman sekolah.
"Jeff, ayo pulang! Udah pacarannya!" teriak Aldi dari kejauhan.
"Iyaaaa bentar!" jawab Jeff.
"Pulang yuk, nggak enak juga kalau dilihat guru" ajak Jeff pada Salma.
"Hayuk!" jawab Salma bersemangat karena ia juga sudah lelah ingin istirahat.
"Besok masih masuk nggak sih?" tanya Salma pada Jeff sembari berjalan menuju luar sekolah.
"Kalau yang masih ada keperluan yang belum diselesaikan ya masuk. Main-main juga nggak papa kan menikmati waktu-waktu terakhir di sini" jawab Jeff sambil tersenyum pada Salma.
"Eh iya, kalau aku besok nggak masuk." tambah Jeff.
"Kenapa?" tanya Salma kaget.
"Besok aku harus ke SMK 02 buat ngurusin pendaftaran, tadi sempet mau lupa." jawab Jeff.
"Jadi beneran kita bakal pisah sekolah?" tanya Salma sambil memberhentikan langkahnya dan menatap Jeff dalam.
Jeff tidak menjawab, ia hanya mengelus rambut Salma dan tersenyum. Tanda ingin menjawab "iya" namun begitu berat untuk ia ucapkan.
"Hayuk, kamu udah ditunggu ayahmu." ajak Jeff pada Salma yang sejenak terdiam tadi.
Salma pun juga tak menjawab, ia hanya menunduk dan meneruskan langkahnya.
Sampai di gerbang sekolah, mereka akan berpisah arah karena Jeff harus ke parkiran terlebih dahulu mengambil sepeda sedangkan Salma telah dijemput sang Ayah.
"Dah.." ucap Jeff sambil melambaikan tangannya pada Salma.
Salma hanya tersenyum dan berbalik arah berjalan menuju sang Ayah yang sedari tadi telah menunggunya.
"Ayo Yah!" ucap Salma sambil menaiki sepeda membonceng Ayahnya.
"Lama sekali keluarnya nak, kan teman-temanmu sudah keluar dari tadi." tanya sang Ayah.
"Tadi Salma jajan Yah, nggak taunya ternyata udah pada pulang." jawab Salma dengan nada rendah.
"Ya udah. Pegangan ya!" perintah sang Ayah.
"Baik Yah!" jawab Salma.
Sepanjang perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah, Salma masih memikirkan dan seakan tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya dan Jeff akan berpisah.
Jeff akan meneruskan pendidikannya di SMK sedangkan Salma yang pintar dan selalu mendapat peringkat ini akan melanjutkan ke SMA.
Jeff sendiri memang sudah membulatkan tekad untuk melanjutkan ke SMK karena ia ingin fokus pada pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
Sedangkan Salma masih belum mendaftarkan dirinya ke sekolah manapun, namun rencana ia dan keluarganya adalah ke SMA. Tantenya menjadi salah satu Guru di SMA itu dan saudara-saudaranya banyak yang meneruskan ke SMA.
Selain pertimbangan itu, Salma nantinya memang diharapkan bisa melanjutkan pendidikannya sampai bangku kuliah. Maka dari itu, banyak yang mendukung Salma untuk masuk ke SMA.
Salma yang tak punya pilihan lain ini mau tidak mau harus meneruskan ke SMA, dan sekolahnya ini akan berjarak jauh dengan SMK tempat Jeff meneruskan pendidikannya.
"Dah sampai! Ayo turun!" perintah sang Ayah membuyarkan lamunan Salma.
"Oh iya Yah. Udah sampai ya?" jawab Salma dengan gugup dan bingung.
"Ya ini udah sampai, gimana sih? Tadi ngelamun ya?" tanya sang Ayah.
"Enggak kok, tadi ngantuk aja." Salma berkelit dan langsung turun dari sepeda masuk dalam rumah.
"Assalamualaikum." salam Salma sambil berjalan menuju kamar tanpa mencari keberadaan sang Ibu seperti biasanya.
"Wa'alaikumsalam. Loh! Kok langsung ke kamar. Enggak nyari-in Ibu dulu seperti biasanya." jawab sang Ibu sambil bertanya-tanya sendiri.
"Salma lagi kecapekan Buk!" ucap sang Ayah yang baru masuk ke dalam rumah.
"Tadi aja udah ngantuk di perjalanan pulang." imbuh sang Ayah.
"Oh, ya udah kalau cuma kecapekan." jawab sang Ibu lega sambil berlalu menuju dapur untuk menyiapkan makan siang keluarga mereka.
Tok tok!
Tok tok!
Tok tok!
Ketukan pintu itu tak mendapat sahutan dari dalam kamar Salma.
Sang Ibu pun membuka pintu dari luar dan ternyata tidak dikunci.
"Astaga! Masih berantakan kaya gini udah dipake buat tidur." gumam sang Ibu.
"Salma, bangun!" Ibu membangunkan Salma yang tidur terlelap dalam posisi tengkurap.
"Iya Buk! Bentar deh, masih ngantuk ini." jawab Salma dengan mata masih tertutup.
"Jangan males-malesan dong! Kamu udah mau masuk SMA, yang disiplin dikit dong! Dimulai dari hal-hal kecil kaya gini." cerewet sang Ibu.
Mendengar perkataan sang Ibu, Salma pun langsung membuka matanya. Ia langsung teringat akan sekolah barunya dan hubungannya dengan Jeff. Ia malah melamun dan tidak segera bangun.
"Hey, kok malah bengong!" gertak sang Ibu sambil menaruh tas Salma dari tempat tidur ke atas meja.
"Iya iya buk, ini bangun." jawab Salma dengan lesu.
"Mau mandi dulu atau makan dulu?" tanya sang Ibu.
"Kalau mau makan dulu ya cuci muka sama tangan dulu. Sekalian ganti baju." tambah sang Ibu.
"Iya Ibu." jawab Salma dan ia bergegas membersihkan dirinya ke kamar mandi.
Selesai membersihkan diri, Salma langsung menuju dapur untuk mengambil makanan.
"Itu persiapan buat pendaftaran ke SMA gimana? Udah dibuka belum pendaftarannya? Kapan?" tanya Ibu sangat ingin tahu.
"Ah ibu, Salma baru mau makan. Nanti dulu deh nanyanya. Bisa-bisa Salma nggak jadi makan loh ini." jawab Salma sambil mengerutkan keningnya.
"Haha, iya sayang maafin ibu ya. Ya udah kamu makan dulu! Ayahmu sudah makan tadi, ibu juga masih kenyang. Tadi sarapannya udah agak siang." jawab Ibu sambil mengelus rambut Salma.
"Jadi Salma makan sendiri nih?" tanya Salma sebal.
"Ya nggak papa dong." jawab sang Ibu santai.
"Ya udah deh, Salma juga udah lapar." jawab Salma sambil mengambil nasi.
"Ibu tinggal nyapu teras dulu ya." pamit sang Ibu.
"Iya Bu." jawab Salma sambil lahap menyantap makanannya.
Hoah! Salma menguap kemudian merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya.
Saat akan memejamkan matanya, perhatian matanya beralih pada handphone-nya.
Pada layar handphone tampak notifikasi chat dari kontak bernama "J". Yah, itu adalah dari Jeff.
"Tidur ya? Kok nggak ada chat dari tadi pulang sekolah?" chat dari Jeff terbaca oleh Salma.
Salma langsung tersadar akan chat dari Jeff yang belum ia balas.
"Maaf ya, tadi kecapekan sepulang sekolah. Sampai enggak pegang handphone." balas Salma.
"Iya gapapa kok. Santai aja. Tapi coba deh kamu ke jendela bentar!" Jeff menyuruh Salma dan Salma pun langsung menuju ke jendela.
Lambaian tangan lelaki berkaos hitam yang sedang menaiki motor terparkir itu membuat Salma tersenyum bahagia dengan pipi yang memerah.
Ternyata Jeff berada di seberang jalan depan rumah Salma. Jeff tidak berani masuk ke dalam rumah Salma karena orang tua Salma sangat protektif. Untuk membuat Salma fokus akan pendidikannya, orang tuanya tidak membolehkan ia dekat apalagi sampai berpacaran dengan laki-laki. Tetapi, Salma tetap saja ngeyel dan berpacaran diam-diam dengan beberapa teman sekolahnya. Yah alasannya untuk membuat ia semangat pergi ke sekolah.
Salma dan Jeff pun hanya bisa berpandangan dari kejauhan dan saling tersenyum bahagia.
Tak lama Salma mendapat sebuah chat.
"Habis bangun tidur rambut berantakan gitu aja tetap cantik!" chat berisi pujian itu ternyata dari Jeff di seberang jalan sana.
"Kamu nih bisa aja deh!" jawab Salma singkat untuk menutupi rasa salah tingkahnya.
"Ya udah ya, aku lanjut perjalanan ke SPBU ya! Mau isi bensin. Kamu lanjut tidurnya ya!" balas Jeff sambil berpamitan.
"Iya, hati-hati ya! Terimakasih udah mampir di depan rumah. Hehe." balas Salma memberikan senyum manis pada Jeff di seberang jalan.
"Haha sama-sama cantik!" balas Jeff kemudian ia terlihat menghidupkan sepeda motornya dan kembali melambaikan tangan pada Salma untuk berpamitan.
"Da!" ucap Salma lirih sambil melambaikan tangan juga pada Jeff.
Perasaan bahagia pun semakin membuncah saat Jeff perlahan pergi. Ia melompat kegirangan di dalam kamar. Betapa bahagia yang dirasakan Salma sungguh sangat sederhana.