Orang-orang hanya pandai berbicara, tanpa tahu apa yang terjadi sebelumnya. Apa yang mereka tahu tentangku? Tentang keluargaku? Bagaimana bisa, mulutnya begitu mudah mengeluarkan kalimat-kalimat buruk itu? Gerutu gadis bermata indah. Sepanjang perjalanan menuju tempatnya bekerja, mulutnya tak henti ngomel.
Rupanya suasana pagi hari yang indah, tak serta merta membawa keceriaan dalam hatinya. Meski langit tampak membiru, hati gadis itu tetap saja kelabu. Entah kenapa suasana hatinya selalu berbanding terbalik dengan suasana alam. Seolah dia dan alam adalah dua hal yang saling bertentangan.
Banyak hal yang disukainya justru malah tidak disukai kebanyakan orang. Salah satunya adalah pergi bekerja dengan berjalan kaki. Seperti bule. Meski begitu, ia tidak suka jika harus berjalan berdampingan dengan sengatan matahari. Entah kemana perginya awan-awan itu. Kalau sampai siang nanti tak kunjung muncul juga. Sudah bisa dipastikan akan menjadi siang yang sangat terik. Hal yang tidak begitu disukainya. Cuaca terlalu panas, seringkali membuatnya pusing, jika berlama-lama beraktifitas diluar ruangan. Gadis itu memang tak tahan dengan terik matahari yang berlebih. Bahkan jika disuruh memilih, dia lebih memilih kedinginan dari pada kepanasan. Ia lebih bisa menahan dingin dari pada menahan panas.
"Astaga.. ini baru jam 09.00 kenapa udah panas sekali?" gerutunya sambil melihat arloji hitam di pergelangan tangan kirinya.
Setelah itu dia mengamati orang-orang disekitarnya. Semua tampak normal. Sepertinya hanya dirinyalah yang bersikap berlebihan. Hanya dia yang berusaha menutupi kepalanya dengan cardigan dan tas cangklong hitamnya. Beberapa detik berlalu, dia baru menyadari sikapnya itu terlalu berlebihan. Iya memang panas. Tapi nggak seharusnya gue begini. Ini terlalu berlebihan.
Setelah berjalan sekitar lima belas menit, dia sampai di tempat kerjanya. Tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Itulah kenapa dia lebih suka berjalan kaki, ketimbang naik kendaraan.
"Hei, Gadisss," teriak seseorang dari kejauhan.
Dia menoleh cepat. Mencari sumber suara. Tak lama Keyra datang menghampiri.
"Key… Lo ngagetin gue aja."
Mereka berjalan berdampingan menuju ruang ganti.
"Baiklah, maafkan aku nona. Ok, langsung aja. Kesalahan pertama, lo telat di tempat baru. Dan yang kedua, semalam ngeluyur kemana aja? Kenapa lo nggak angkat telfon gue," tanyanya setengah berisik sambil mengamati sekitar.
"Pertama, gue nggak perlu minta maaf ke elo perkara gue telat. Karena elo bukan bos gue. Dan yang kedua, gue nggak keluyuran."
"Ya, terus?"
"Nggak ada terus."
"Tapi telfon gue nggak lo angkat. Nggak biasanya elo begitu."
"Astaga, Keyra elo bawel banget ya. Semalem gue ketiduran, Key. Gue lagi sakit kepala. Puas?"
"Ok. Alasan diterima. Sekarang ayo kita kerja."
"Gue dari tadi udah siap. Tapi elo nanya mulu."
Keyra hanya membalas dengan senyuman tipis.
Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai seorang housekeeping di salah satu hotel ternama di Jakarta Selatan. Ini adalah pengalaman pertamanya bekerja. Agak sulit, tapi dia berkeyakinan penuh bahwa dia bisa melakukannya dengan baik.