"Kamu yang sabar ya, Raf. Tegarlah. Aku yakin kok kamu bisa melewati semua ini. Apalagi karena kamu punya aku di sini, di mana aku akan selalu mendampingi kamu. Aku tidak akan ke mana-mana."
Serra mengatakan itu sambil mendekap pundaknya. Rafael tampak hanya tenang saja, walaupun rasa tak nyaman yang sama kembali memenuhi dadanya. Sebelum kemudian memaksakan senyuman kepada Serra.
"Ya. Makasih, Serra."
Dekapan itu terlepas. Kedua orang yang pernah terikat oleh cincin sakral pertunangan itu tampak saling tersenyum satu sama lain.
'Kenapa Rafael tiba-tiba jadi lembut begini ya terhadapku?' Serra bertanya lagi di dalam hatinya. 'Sepertinya karena memang hatinya sedang rapuh atas apa yang menimpanya saat ini. Dia sedang tak punya pegangan siapapun lagi saat kedua orang tuanya pergi, sementara ini saat-saat tersulit di hidupnya. Mungkin itulah sebabnya dia mulai membuka hati lagi untukku. Apalagi karena dia juga telah membenci Luna.'