Chereads / The CEO and His First Love / Chapter 30 - Mengusut Pelaku

Chapter 30 - Mengusut Pelaku

Seperti yang diharapkan, kedua petugas itu pun setuju untuk memberikan rekaman dari beberapa kamera pengawas yang diinstal di sekitar jembatan fly over. Mereka terus mewanti-wanti bilang pada Rafael untuk tidak membocorkan hal ini. Tentu saja setelah menerima uang suap yang cukup besar dari CEO Raftech sekaligus calon pewaris perusahaan besar Abra's Group itu.

Pria itu membawa rekaman menuju perusahaannya. Walaupun hatinya sangatlah penasaran tentang isinya, namun ia harus mengurus kerjaan dulu seharian itu. Sehingga akhirnya ketika sudah sampai di rumah barulah dia memiliki waktu untuk memeriksanya.

"Aku mengerjakan beberapa hal penting malam ini, Ma. Jadi aku nggak akan ikut makan malam bersama kalian. Aku akan minta dibawakan ke kamar saja. Tolong sampaikan itu ke Papa ya?"

Itulah yang Rafael katakan saat bertemu Bertha di depan pintu masuk kediaman mereka. Yang tenti saja membuat ibunya semakin khawatir.

"Memangnya kamu mengerjakan apa? Apa ada hal yang berat yang kamu lalui baru-baru ini?"

Rafael tentu saja tak akan merahasiakan ini dari orang tuanya selamanya. Hanya saja saat ini belum waktu yang tepat untuk mengatakannya.

"Ini soal kerjaan, Ma. Jangan khawatir. Aku bisa melaluinya." Rafael berkata begitu sambil melanjutkan niat berjalan menuju kamar. "Pokoknya nanti sampaikan hal itu pada Papa ya, Ma. Karena aku juga akan mematikan ponselku biar nggak diganggu."

Rafael akhirnya memasuki kamarnya. Menyisakan Bertha yang memandangnya masih dengan ekspresi prihatin. Memikirkan beberapa kemungkinan yang telah dia curigai bersama dengan suaminya.

Sementara itu di kamarnya, Rafael meletakkan barang-barang itu di atas sofa. Pria itu pun langsung pergi membersihkan dirinya ke kamar mandi. Harus menghilangkan kegerahan ini sebelum mungkin perlu memutar otaknya untuk memecahkan misteri yang ada.

Tak sampai lima belas menit, pria itu sudah keluar lagi dari kamar mandi. Dia tampak hanya mengenakan celana panjang rumahan, sementara tanpa atasan. Hanya sebuah handuk putih yang dikalungkan ke leher demi mengeringkan rambutnya yang basah.

Pria itu akhirnya bisa berhadapan lagi dengan laptopnya. Lalu dia mulai mengeluarkan dua USB berisikan data yang didapatkannya dari petugas pengawas keamanan di jalan raya tadi.

Maka Rafael pun memutar salah satu USB pertama. Yang untungnya berasal dari kamera utama yang semalam membuatnya paling penasaran. Jadi bisa langsung memeriksa hal yang paling ingin dia pastikan.

31 Agustus 2020

Itulah tanggal yang tertera pada bagian atas kiri layar. Tanggal yang juga masih berada di kepalanya sebagai petaka terbesar di hidupnya.

Rafael mencocokkan dengan jam saat kecelakaan itu terjadi. Di mana akhirnya dia menangkap sosok yang dia cari-cari.

'Segerombolan preman? Apa memang hanya kejahatan acak?'

Rafael memutar ulang video beberapa menit lebih awal. Kembali ke saat-saat orang-orang itu mulai berdatangan.

Ada empat orang yang datang, di mana mereka sampai dengan mengendarai dua motor matic. Di mana hal itu sudah langsung menarik perhatian Rafael seketika.

"Tubuh mereka terlihat besar-besar.. tapi mengendarai mobil yang tidak sesuai dengan postur mereka? Apalagi karena pakaian mereka yang identik dengan denim yang tidak cocok sama sekali. Seakan motor-motor ini adalah motor pinjaman?"

Dia mengabaikan dulu kejanggalan itu untuk sesaat. Sebelum kemudian kembali fokus pada rekaman video.

Terlihat kalau orang-orang itu sibuk mengobrol sambil memperhatikan jalan di bawah sana yang memang sudah lumayan sepi, mengingat sekarang sudah lewat jam satu malam. Namun walau begitu mereka telah mengeluarkan alat laser tersebut, saat kembali saling mengobrol dengan salah satu yang tampak menghubungi seseorang.

"Mereka terlihat mencurigakan. Ini tampak tak seperti sebuah kejahatan yang random. Malah seperti… mereka tengah menunggu target yang ingin mereka sasar?"

Memang hanya sedikit mobil yang melintas di jalanan bawah. Namun mereka benar-benar tak menaruh minat sama sekali. Mereka baru selesai berunding saat mobil Rafael mulai terlihat. Di mana tampak terburu-buru membuka bungkus laser yang masih baru itu.

"Pria paling kanan juga langsung menyelesaikan pembicaraan di telepon saat mobilku datang. Mereka semua mulai bersiaga, saat mobil milikku datang. Lalu… mereka juga mulai menyalakan laser itu, lantas mengarahkannya ke mobil milikku."

Dan… brak!

Kejadian nahas itu tak bisa dihindari. Mobil Rafael menghantam kaki jembatan fly over, di mana kemudian orang-orang itu tampak bergegas meninggalkan lokasi itu.

"Ini tidak usaha pembunuhan. Ini jelas sekali… usaha untuk mencelakai orang lain. Mereka memang sengaja menyasar diriku." Kemarahan berkumpul lagi di dada Rafael. Dia merasa sangat geram dengan semua ini. "Tapi siapa mereka? Kenapa? Kenapa dia melakukan itu kepadaku? Melihat tampilannya aku nggak merasa punya urusan dengan orang-orang ini. Mereka bukan tipe yang ada urusannya denganku. Sehingga ada kemungkinan besar kalau mereka… adalah orang-orang yang dibayar untuk melakukannya. Pertanyaan siapa? Siapa orang licik yang telah menginginkan kematianku pada waktu itu?"

Rafael berpikir sejenak, lalu kemudian segera mengambil ponselnya. Dia lalu menghubungi asisten atau orang kepercayaannya yang telah ikut dengannya selama beberapa bulan ini. Satu-satunya orang yang menurutnya bisa membantunya.

"Halo? Kamu di mana? Bisa kamu datang ke rumah saya sekarang juga?"

***

Beberapa hari kemudian.

"Nomor-nomor itu tak bisa dilacak, Pak. Sepertinya mereka memang sengaja menggunakan kendaraan dan bahkan nomor pelat palsu demi membingungkan penyidik."

Informasi dari asistennya itu membuat Rafael terdiam. Dia memandang serius pria di depannya itu.

"Berarti ada kemungkinan mereka memang sudah terbiasa melakukan hal yang sama?" tanya pria itu tak lama.

"Sepertinya begitu, Pak. Mereka sepertinya memang sudah profesional."

Helaan napas kembali terdengar dari mulut sang CEO. Berusaha tetap tenang sambil menepis segala kemarahan yang kembali menyala di hatinya.

"Tapi pasti ada titik terang lain, bukan? Kamu nggak menemuiku hanya dengan tangan kosong seperti ini?" tanya Rafael lagi tak lama kemudian.

"Untungnya kami memang menemukan sesuatu yang menarik, Pak. Sesuatu yang… sepertinya akan sangat membantu Anda mendapatkan segala jawadan yang Anda cari selama ini."

Tentu saja Rafael jadi sangat tertarik mendengar hal itu. Asistennya terdengar akan memberi tahu tentang sesuatu yang begitu besar. Hal ini membuatnya menjadi semakin penasaran saja.

"Jadi… pada awalnya kami masih sangat sulit mengidentifikasi para pelaku. Sebab seperti yang sudah Anda tahu, mereka sengaja memakai topi sehingga wajah mereka tidak terlalu terlihat di kamera. Namun… salah satu ahli IT yang kami tugaskan, terus berusaha menemukan solusi untuk mencari jalan keluar. Di mana kemudian… mereka berhasil menangkap sedikit bagian tato dari ujung lengan dari salah satu pelaku. Di mana kemudian menjadi petunjuk baru yang berusaha kami pecahkan."

Anak buahnya itu sempat diam sejenak. Namun kemudian dia melanjutkan:

"Dan… kami menemukan pelaku sebagai salah satu anggota dari Geng 'Black Phoenix' yang merupakan salah satu gerombolan geng motor yang menguasai beberapa kawasan di Ibu kota. Mereka nyatanya memang memiliki sejenis tato yang menjadi identitas untuk perkumpulan mereka. Selama beberapa hari, kami berusaha menyelidiki soal geng tersebut. Di mana kemudian kami mengenali pimpinan dari geng itu merupakan orang yang pada malam itu mengarahkan lasernya ke mobil Anda, Pak. Kami mengidentifikasinya dari bentuk tubuh serta gerak-gerik badan."

Rafael terus mengangguk. Menunggu setiap detail yang dia inginkan dari semua ini.

"Selama beberapa hari mengikuti mereka, nyatanya kami terus menemukan fakta mengejutkan, Pak. Di mana salah satunya… kami melihat pelaku atau pimpinan geng ini sering mendatangi sebuah bar di kawasan pusat kota. Dan… di sana… kami melihatnya bertemu dengan seseorang yang sangat familier dengan Anda."

"Siapa?" Rafael menjadi tidak sabaran.

"Pak Gino, Pak. Mantan Wakil Presiden Direktur dari perusahaan ini."

***