Saat sedang melamun memikirkan kehidupannya yang rumit, telepon di depan Luna berdering. Gadis itu dengan cepat menepis pemikiran barusan dan mengangkat panggilan tersebut. Biasanya Erinalah yang menghubunginya kalau ada yang berkaitan dengan Rafael yang harus diurus.
"Halo?"
'Halo, Mbak Luna. Saya boleh minta tolong tidak ya?'
"Ada apa, Erina? Apa ada masalah?"
'Hm… ini, Mbak. Mesin fotocopy di lantai ini tiba-tiba saja tidak berfungsi, padahal ada beberapa file penting yang harus diperbanyak agar bisa ditanda-tangani Pak Rafael hari ini. Saya tahu seharusnya tak boleh menyuruh Mbak begini, tapi… saya juga harus mengerjakan hal lain yang tak kalah mendesak. Sehingga—'
"Nggak papa. Biar saya saja. Kebetulan saya juga nggak ada pekerjaan karena telah menyelesaikan tugas dari Tuan Muda."
'Beneran nggak apa-apa, Mbak? Saya sebenarnya nggak enak.'
"Nggak papa. Beneran deh. Saya akan segera keluar. Siapkan saja bahannya."