"Saya ingin menemui Presiden Direktur kalian – Rafael Abraham."
Kedua penjaga itu langsung saling bertatapan saat mendengar hal itu. Sebelum kemudian sedikit menyeringai memandang Edwin.
"Maaf, Pak. Tapi apa Anda sudah membuat janji pertemuan sebelumnya? Karena Presiden Direktur kami bukan seseorang yang bisa ditemui dengan sembarangan."
"Sekarang kan jam makan siang? Apa kalian tidak bisa memanggilnya saja?" Edwin bertanya dengan emosi. Dia menyadari tatapan mereka yang merendahkannya.
"Tetap tak bisa, Pak. Mohon maaf."
"Yang benar saja?"
"Memang tidak bisa, Pak. Mohon maaf. Jadi Anda silakan pergi. Anda baru bisa menemui beliau kalau sudah membuat janji."
Edwin sebenarnya sudah sangat emosi. Dia menengadah memandang gedung tersebut.
"Kalian hanya mempersulit saja, bukan? Katakan pada Rafael kalau saya hanya akan menemuinya paling lama selama lima menit. Apa benar-benar tak bisa? Jangan berbohong."