Keesokan harinya.
Julian bangun lebih awal karena dia mendengarkan suara ponselnya yang berdering cukup keras, kemarin malam dirinya harus tidur di ruang tamu dan rasanya sungguh tidak nyaman, dia tidak percaya dengan yang dirinya lakukan sekarang, dia awalnya berpikir mungkin akan membaik.
Tapi situasi benar-benar memburuk, seakan semua masalah datang secara bersamaan, panggilan masuk itu dari salah satu asisten ayahnya, yang mengatakan jika pria itu mengalami insiden penembakan dari orang yang tidak di kenal saat dalam perjalanan pulang.
Tentu saja walau dia membenci ayahnya tetap saja jika terjadi sesuatu padanya dia akan selalu khawatir sebagai satu anak yang dia miliknya, saat ini Julian sulit bingung.
Hari ini dia punya rencana untuk menemui ibunya, karena kemarin dia sudah mendapatkan semua identitasnya jadi dia tidak bisa menunda, mungkin saja wanita itu akan pergi dan dirinya tidak punya waktu banyak.