"Lagipula... Ibu tidak yakin menyerahkan Hana padamu," sambungnya sambil melihat jijik dari ujung kaki hingga kepala Claude. Tampilan Claude memang seperti anak nakal. Tidak seperti Dokter Ling yang selalu terlihat rapi kapan pun, di mana pun.
Perkataan dan tatapan Ny.Berlinda diterima dengan buruk oleh Claude. Untuk yang kesekian kalinya ibunya ini memandang dia seperti, dia ini membawa setumpuk sampah di tubuhnya.
"Ibu, jangan keterlaluan pada Claude," bela Dokter Ling.
"Jangan membelanya terus. Di masa lalu dia selalu membuatmu susah. Sekarang kalau dia tahu diri, bukankah seharusnya mengalah?" ucap kejam Ny.Berlinda. Dia tidak memberikan Claude kesempatan untuk menyukai Hanabi.
Claude terdiam dengan segudang kebencian di dadanya. Napasnya sesak. Dia merasa tercekik oleh perkataan ibunya sendiri. Menurutnya, yang bisa menentukannya hanya diri Hanabi, bukan ibunya.
Ny.Berlinda langsung memalingkan pandangannya. Dia tidak mau gula darahnya naik gara-gara putera keduanya ini.