Ular naga tersebut menitipkan sebuah keris kepada Raden. ular Naga berpesan agar Raden Joko Kusumo menjaga keris tersebut. Naga itu juga memberikan sebuah kertas. Kemudian ular Naga tersebut pergi terbang ke atas langit.
Raden Joko Kusumo pun mengambil keris serta kertas pemberian sang ular Naga. Ketika dilihat kertas itu terdapat tulisan berisi pesan bahwa, Raden Joko akan mendapatkan kebaikan dan keburukan di waktu dekat ini. Lalu dengan rasa ketakutan, Raden joko melanjutkan perjalananya.
Setibanya di rumah sang Guru ternyata ada sebuah pesan di depan pintu. "Wahai anak muridku, Guru sedang ada keperluan di desa."
Setelah membaca pesan itu, Raden Joko langsung kembali pulang.
Di sebuah desa, Guru sedang bertamu di satu rumah petani kecil milik sahabatnya. Di depan rumah tersebut diketuk lah pintu rumah sambil tengok kanan tengok kiri. Dibukalah pintu rumah, keluarlah seorang putri yang cantik. Melihat seorang putri cantik, sang Guru terdiam sambil melamun. Putri tersebut menyapa sang Guru dan bertanya kepadanya. "Hendak mencari siapa tuan Guru kemari?"
Sang guru terkaget, lalu ia menjelaskan maksud kedatanganya. Keluarlah sahabat sang Guru sambil menyapa, "Oh tamu agung rupanya? Mari masuk saudaraku!"
Masuklah sang Guru dan duduklah mereka di kursi kayu. Mengobrol lah kedua sahabat tersebut sambil tertawa bersendau gurau. Putri cantik pun keluar. Menyuguhkan dua gelas teh serta singkong rebus yang masih hangat. Lalu kembalilah putri cantik ke dapur.
Disela mengobrol, sang guru bertanya kepada sahabatnya tersebut. "Ngapunten kang, siapakah putri cantik tadi?"
"Ooh.., Putri cantik tadi adalah Arum Kusuma Wati. Anakku satu satunya," sahut sahabatnya.
Diambilnya segelas teh, lalu diminumnya teh tersebut. "Ssruup. Aah.. Apakah ia putri dari istri kamu yang itu?" ujar Guru.
"Sstt.. jangan keras keras. Sudahlah, jangan membahas hal itu di rumahku," jawab petani sambil berbisik.
Terbersit hati sang Guru untuk menjodohkan muridnya dengan putri temannya. "Saudaraku, bagaimana kalau anakmu saya jodohkan dengan anak muridku. Raden Joko Kusumo namanya?"
Tentu sebagai sahabat, petani tersebut tidak bisa menolak permintaan itu. Akhirnya perbincangan beralih membahas perjodohan Arum Kusuma Wati dengan Raden Joko Kusumo. Mereka pun setuju dan ditetapkan lah hari perjodohan nya.
Di balik pintu dapur, putri Arum Kusuma Wati mendengarkan pembicaraan Ayahnya dan sahabatnya tersebut. Ia penasaran karena terdengar perbincangan soal perjodohan. Duduklah putri Arum di belakang pintu. Lalu didengar lah pembicaraan Ayahnya dengan Bopo Guru. Sambil menggenggam kedua tangan di atas dada, Arum pun tersenyum. Karena Arum mendengar jika dirinya akan dijodohkan dengan Raden Joko.
Sambil tersenyum sendiri, Arum melanjutkan menguping kembali pembicaraan Ayahnya. Tiba-tiba raut wajah senyum putri Arum berubah menjadi kesedihan dan khawatir. Ternyata putri Arum tidak dijodohkan dengan Raden Joko Lelono tetapi dengan saudaranya Raden Joko Kusumo.
"Lantas, bagaimana dengan Raden Joko Lelono? Apakah ia tidak akan kecewa? Padahal mereka adalah saudara kandung."
Duduklah Arum di atas kursi meja makan di dapur belakang. Menetes lah air mata Arum. menangis karena takut dan cemas. Karena dia tahu kalau Raden Joko Lelono orangnya keras dan mudah marah. Setiap ada maunya harus tercapai. Sementara itu, Arum pun juga lebih mencintai Raden Joko Lelono. Arum sangat khawatir, kalau Raden Joko Lelono sakit hati.
Datanglah Ayah Arum ke dapur menghampirinya. Putri Arum kaget, karena ayahnya tiba-tiba muncul. Segeralah dihapus air mata agar ayahnya tidak tahu. Lalu sang Ayah menyampaikan hasil pembicaraannya dengan sahabatnya Bopo Guru. Ayah bercerita kalau Arum akan dijodohkan dengan Raden Joko Kusumo. Raden Joko adalah murid kesayangan dari Bopo Guru. Namun sang ayah melihat putrinya Arum kelihatan habis menangis. Ayah pun bertanya kepada putrinya, kenapa ia menangis.
Arum menjelaskan kekhawatirannya, bahwa Raden Joko Lelono itu saudaranya Raden Joko Kusumo. Jika Arum dijodohkan dengan Raden Joko Kusumo, bagaimana dengan saudaranya Raden Joko Lelono? Tapi sang Ayah sudah terlanjur menyetujuinya. Mau tidak mau perjodohan tetap dilaksanakan. Pernikahan pun akan digelar secepatnya. Ayah Putri Arum pun kembali ke depan menemui sahabatnya.
Bopo Guru dan Ayah Arum kembali menyambung pembicaraan tentang perjodohan anak dan muridnya. Hari pernikahan pun ditentukan. Setelah lama mengobrol, Bopo Guru berpamitan dengan temanya.
Hari berganti hari tanggal pernikahan Arum Kusuma Wati pun semakin dekat. Tapi, hati Arum semakin cemas dan khawatir berlebihan.
Suatu ketika, Arum disuruh ayahnya pergi ke pasar. Setibanya di pasar, Arum bertemu Raden Joko Lelono. Ia mendatangi Arum dengan membawa sesuatu ditangannya. Putri Arum sangat ketakutan. Jantung berdebar kencang.
Putri Arum yang berdiri di tengah pasar. Raden Joko Lelono menghampirinya. Dipegangnya tangan Arum. Jantung putri Arum menjadi semakin berdetak kencang. Di pasangkan lah sebuah bunga di telinga Arum. Putri Arum tiba-tiba berkata kepada Raden. "Maafkan saya Raden!"
"Kenapa Arum meminta maaf? Arum kan tidak punya salah!" Jawab Raden Joko.
Putri Arum pun bertanya lagi, "Jadi, Raden belum tau kalau Bopo akan menikahkan Arum dengan seseorang?"
Raden Joko Lelono kaget, dan seketika memegang kedua bahu Arum dengan kencangnya. "Apa, Kamu mau menikah?"
"I.. iya Raden." Jawab putri Arum dengan nada kesakitan dan takut karena pundaknya diremas Raden Joko.
Dengan nada tinggi Raden bertanya. "Siapa yang berani menikahi kekasih Raden Joko Lelono? Jawab Arum!"
Dengan terbata-bata Arum berkata, "Sa.. saya mau di nikahkan d.. dengan Raden Jo.. Joko.."
"Ha.. ha.. ha.. ternyata bapak kamu mau menikahkan Arum dengan saya. Tenang saja, putri Arum tak usah repot. Akan aku persiapkan semua pesta pernikahan kita." Raden Joko menyela perkataan Arum.
Karena hati Raden Joko Lelono merasa senang. Putri Arum pun dibelikan sebuah hadiah. Hadiah itu berupa cincin emas. Dipakaikan lah cincin tersebut di jari putri Arum. Arum tersenyum bahagia. Tapi didalam hatinya merasa khawatir. Jika nanti Raden Joko Lelono tahu yang sebenarnya apa yang akan terjadi?
Sembari tersenyum bahagia, Raden pergi meninggalkan Arum Kusuma Wati. Sementara hati Arum merasa lega. Sambil memegang dada dan menghembus nafas, Arum merasa tenang. Karena Raden Joko Lelono sudah pergi dari hadapannya serta Raden tidak jadi marah dengannya. Namun Arum khawatir, sambil memegang cincin pemberian sang Raden di jemarinya. Bagaimana jika Raden tahu kalau yang dimaksud tadi adalah saudaranya. Dengan hati yang tidak nyaman, Putri Arum segera melanjutkan belanjanya. Selesainya berbelanja Arum langsung pulang.
Pada hari berikutnya, datanglah Ayah Arum ke rumah Raden Joko. Ketika mau mengetuk pintu, keluarlah Raden Joko Lelono. Ayah dari putri Arum tersebut menyampaikan maksudnya. Ayah Arum datang untuk menyampaikan kabar kalau anaknya Arum Kusuma Wati akan dinikahkan dengan Raden Joko Kusumo. Dipersilahkan lah Ayah Arum masuk ke rumah. Lalu ayah Arum dipersilahkan duduk di kursi. Tiba-tiba Raden Joko Lelono mengambil keris pusaka warisan keluarga dicabut keris tersebut. Ditaruhnya di depan ayah Arum membuatnya menjadi khawatir. "Apa yang kau lakukan?"