Chereads / Sang Putri Naga dari Gunung Sindoro / Chapter 2 - Awal Cinta Raden dan Sang Putri

Chapter 2 - Awal Cinta Raden dan Sang Putri

Kisah ini berawal pada awal kerajaan majapahid silam. Masa itu, di era kerajaan Majapahid terdapat satu kisah seorang anak manusia yang beristrikan seekor Naga. Kisah ini berada di tanah Jawa bagian timur. Di wilayah itu terdapat satu kota bernama Sidoarjo. Di mana kota Mojopahitan. Di kota inilah terdapat satu desa yang memiliki nama tidak lazim dan menyeramkan. Desa ini bernama desa Syetan. Cukup aneh dan menyeramkan bagi masyarakat umumnya. Sampai sekarang di era 20 an desa tersebut masih ada.

Di sanalah terdapat satu keluarga yang kaya dan sangat dihormati oleh masyarakat. Masyarakat mengenalnya dengan keluarga Raden. Keluarga ini berisi dua orang bersaudara Raden Joko Kusumo adalah pemimpin di keluarga ini. Ia memiliki perangai yang lembut dan suka menolong orang lain. Raden Joko Kusumo suka membagi-bagikan hasil perkebunan miliknya kepada masyarakat sekitar. Raden Joko Kusumo memiliki satu saudara laki-laki bernama Raden Joko Lelono. Berbeda dengan saudaranya Joko Kusumo, Raden Joko Lelono memiliki perangai yang kasar, pelit dan tidak suka melihat orang meminta-minta. Joko Lelono suka sekali menyimpan dan menumpuk-numpuk harta. Mereka berdua adalah putra dari salah satu pejabat yang masih memiliki darah keturunan raja di salah satu kerajaan di tanah Jawa.

Mereka berdua memiliki hobi dan kepintaran yang berbeda. Raden Joko Kusumo ialah seorang yang suka dengan ilmu Kanuragan serta pusaka pusaka keramat. Ia juga memiliki ilmu kebal terhadap segala senjata tajam serta ilmu kesaktian lainya. Raden Joko Kusumo juga memiliki keris pusaka yang sangat sakti. Semua ini diperoleh dari seorang empu pembuat keris pusaka sekaligus sebagai gurunya.

Sedang Raden Joko Lelono memiliki hobi dan kepintaran yang sebaliknya. Ia suka belajar sastra dan ilmu ekonomi. Raden Joko Lelono ahli dalam membuat syair-syair yang indah serta ahli dalam perdagangan. Sayangnya ia hobi dan suka menggoda wanita-wanita cantik. Setiap kali ia menggoda wanita, pasti wanita tersebut terpesona dengan nya.

Suatu ketika Raden Joko Lelono berdagang di pasar. Ketika itu ada salah satu anak petani yang cantiknya luar biasa. Arum Kusuma Wati namanya. Ia adalah wanita tercantik di desa Syetan. Selain itu, ia juga menjadi kembang desa karena kecantikannya. Tidak perlu menunggu lama, Raden Joko langsung menggoda dan merayunya.

Dihampirinya putri Arum. Sembari menatap wajahnya, Raden Joko Lelono membacakan syair untuk putri Arum Kusuma Wati sang bunga desa.

"Inilah pagi yang indah, ketika bidadari hadir di hadapan. Putri cantik dalam perasaan, sinar sang hyang menggoda hamba.

"Wahai Dewi Surya, hendak kemana engkau pergi. Sudi lah sang Dewi menyinari hati hamba."

Putri Arum Kusuma Wati pun menjawabnya. "Indahnya puisi sampean Raden."

"Benarkah pujian Raden?"

Raden Joko Lelono kembali bertanya "Siapakah nama putri cantik ini?"

"Saya Arum Kusuma Wati Raden," sahut Nya dengan rasa malu sambil menundukkan pandangan.

"Hendak apa ke pasar sendirian?" Raden Joko Lelono kembali bertanya.

"Saya hendak belanja sayur dan keperluan dapur." Jawab putri Arum.

"Duh hai putri nan cantik, bolehlah jika Raden menemani Putri berbelanja?" tanya Raden Joko

"Tidak usah Raden, nanti dilihat orang malu." Sambil memegang tas belanja putri Arum menolak karena tersipu malu.

Raden Joko pun memaksanya, dipegangnya tangan putri Arum. Lalu diantarnya berbelanja. "Tak usah malu.. biar orang berkata apa, yang penting aku bisa menemanimu."

Akhirnya Raden Joko Lelono berhasil merayu sang bunga desa. Berjalanlah Raden Joko Lelono bersama putri Arum Kusuma Wati sembari sesekali merayunya. Selesainya berbelanja, mereka berdua langsung pulang. Sesampainya di rumah putri Arum Kusuma Wati, Raden Joko Lelono disambut seorang petani tua. Ia adalah ayah dari Arum Kusuma Wati. Ayah Arum terkejut. Hatinya gelisah, kenapa Putrinya diantar pulang dengan Raden Joko Lelono.

Raden Joko pun menjelaskan kepada ayah Arum Kusuma Wati. Bahwa ia merasa kasihan kepada putrinya. Ia tidak ada maksud apa-apa. Mendengar penjelasan Raden Joko Lelono. Ayah Arum pun senang merasa lega dan tenan. Setelah mengantar Arum Kusuma Wati Raden Joko Lelono berpamitan kepada ayah Putri Arum.

Sesampainya di rumah, Raden Joko Lelono masuk ke kamarnya. Diambilnya kertas dan tinta hitam. Disitulah  sebuah syair yang indah dibuat. Syair yang berisi pujian dan rayuan. Raden Joko mencoba merayu lewat tulisan surat untuk sang putri cantik yang menjadi kembang desa tersebut. Memuji atas keindahan tubuhnya yang anggun nan seksi. Memuji atas rona wajah yang cantik mempesona mata. Mata yang merona, hidung mancung bibir tipis nan seksi, kulit halus bagai sutra. Jalanya yang lemah gemulai.

Setiap hari nya Raden Joko Lelono selalu mengirimkan syair-syair cinta untuk Arum Kusuma Wati. Syair-syair itu dikirimkan setiap pekan. Sehingga membuat Arum Kusuma Wati semakin lama semakin terpesona.

Ketika menerima surat dari Raden Joko Lelono surat tersebut dibawa ke kamar. Dibacanya surat tersebut. Sambil tidur di atas ranjang. Suatu ketika saat putri Arum membaca syair-syair dari Raden Joko, tidak sengaja aya Arum Kusuma Wati melihatnya. Ayah Arum mengintip dari pintu kamarnya.

Ditempelkan telinga ayah Arum ke pintu kamar Arum. Terdengarlah Arum membaca surat. Lalu, dibukanya sedikit pintu kamar. Terlihat putrinya tiduran di ranjang.  Arum Kusuma Wati terlihat tersenyum sendiri. Lalu, di perhatikan lagi. Terlihat  tangan Arum di atas dada memegang sebua surat. Sambil menatap langit-langit rumah. Ia tersenyum sendiri.

Sang Ayah penasaran melihat putrinya bertingkah seperti itu. Dihampirinya putri Arum, lalu ditanya. "kenapa Arum tersenyum sendiri?"

"Bapak? Tidak apa-apa pak." Dengan rasa kaget dan takut Arum menjawab.

"Jangan berbohong di depan BOPOMU ini ndok! Bapak tadi sudah mendengar semuanya. Sahut ayah Arum.

Njih Pak. Arum cuma membaca surat ini dari Raden Joko." Sambil memberikan surat kepada ayahnya, Arum menjawab.

"Ndok, kita ini orang miskin, orang tak punya! Jangan berharap dan bermimpi di siang hari." Ayah Arum pun menasehatinya.

" Njih pak." Jawab nya dengan rasa hormat dan sedih. Arum pun menaati nasehat Ayahnya. Ia tidak mau kecewa di kemudian harinya.

Disisi lain, Raden Joko Kusumo saudara Raden Joko Lelono sibuk dengan belajar ilmu Kanuragan. Setiap pagi ia pergi ke sebuah bukit belakang desanya untuk menemui sang Guru. Suatu ketika, saat Raden Joko Kusumo hendak pergi ke tempat gurunya ia mengalami peristiwa yang aneh. Saat itu Raden Joko berjalan di tengah malah melewati hutan. Ketika berjalan dengan semangatnya, tiba tiba ia melihat satu cahaya yang sangat terang. Cahaya bersinar di balik sebuah pohon besar. Dihampirinya pohon tersebut. Semakin mendekat cahaya itu semakin terang. Raden Joko Kusumo semakin penasaran. Ketika sampai di balik pohon, Raden Joko Kusumo kaget sampai jatuh ke tanah. Ternyata cahaya tersebut berasal dari mahkota. Namun mahkota tersebut berada di atas kepala seekor ular naga yang sangat besar. Mendekat lah ular tersebut ke hadapan Raden Joko Kusumo. Tiba-tiba ular itu bisa berbicara. Sang ular naga mendesis di depan wajah Raden joko. Karena rasa takut di dalam hati, Raden terdiam tak bergerak.