Sementara Laguna dan Kakeknya menunggu di luar, Safira mencari akal bagaimana berbicara dengan Satriyo tanpa Satriyo mengetahui bahwa Nivi adalah anak Safira. Safira juga tidak ingin Satriyo mengetahui mengenai Juno. Safira merasa bahwa Satriyo yang sekarang berbeda dengan Satriyo yang dulu dikenalnya. Apakah kehilangan dirinya benar benar membuat Satriyo berubah menjadi dingin dan tidak berperasaan? pikir Safira. " Yo.. ,Satriyoo.. aku mendengar ada anak kecil menangis, katanya dia disekap. Dimana dia Yo? Aku kan sudah bilang, bahwa kami tidak bisa disekap di air yang mati dan tidak ada oksigen. Tolong anak itu Yo, tolonglah.. tangisannya kencang sekali. " kata Safira melalui pikirannya langsung ke Satriyo. Mendengar suara Safira, Satriyo menghentikan pekerjaannya di komputer. Ia berbalik dan memandang Safira, " sudah 30 menit anak itu kusekap di ruang sebelah, kamu baru dengar sekarang? Lagipula aku mau bereksperimen, seberapa lama anak itu bisa bertahan." kata Satriyo cuek. Safira terkesiap ngeri. " sejak kapan kau jadi manusia tidak berperasaan begini Satriyo, cepat bebaskan anak itu! dia cuma anak anak, teganya kau Satriyo!" bentak Safira. " Aku ini ilmuwan Safira, ada spesies baru dihadapanku masa aku diam saja, jiwa ilmuwanku tergelitik Safira! Lagipula siapa yang duluan kejam, berpura pura sudah tiada selam 5 tahun dan ternyata masih hidup dan hidup dengan tenang serta menjadi putri duyung? Siapa yang tega?"kata Satriyo kejam. " Aku tidak punya pilihan Satriyo! Tolonglah Satriyo, kumohon.. aku tidak tahan mendengar tangisannya." desak Safira, " setidaknya anak itu bisa satu kolam denganku saja." bujuk Safira kembali. " Hmmm, aku tidak akan menggabungkan kalian, karena siapa yang tahu apa yang kamu ucapkan barusan benar atau tidak, apakah yang ku tangkap barusan anak kecil atau mata mata. Begini saja, aku akan membebaskan duyung kecil itu ke kolam anak penyu kalau kau berjanji memberitahuku beberapa hal mengenai spesies mu." kata Satriyo dengan mata berkilat. Safira yang tidak rela spesiesnya diketahui oleh Satriyo dan rekan rekannya mencoba menawar, " aku akan memberitahukan 2 hal saja!" kata Safira. "5" ujar Satriyo. "3" kata Safira, " baiklah 3 hal,pegang janjimu, dan jangan coba coba menipuku dengan memberitahukan hal hal yang bisa kulihat seperti bisa telepati atau bernafas dalam air. Beritahukan yang lain!" hardik Satriyo. "Kang Eman, Kang Rolis, bawa duyung kecil yang kita tangkap ke kolam anak penyu, nyalakan arus kecil dan oksigennya !" perintah Satriyo. Kang Eman dan Kang Rolis segera keluar kabin dan melaksanakan perintah atasan mereka. " Nah mereka sudah melaksanakannya. beritahukan padaku 3 hal yang kau janjikan padaku." kata Satriyo. " Aku akan beritahu kalau anak itu sudah berhenti menangis tandanya dia sudah ada di kolam penyu!" kata Safira tak mau kalah. " baiklah, aku tunggu" balas Satriyo. " Laguna, bisakah kau rahasiakan pada Nivi kalau aku ada disini juga? aku tahu mungkin anakku akan merasa sendirian, tapi aku tak ingin melambungkan harapannya atau membuat ia semakin nekat melawan anak buah Satriyo. Aku merasa Satriyo sudah gila, dia tidak seperti yang kukenal dahulu! skrg Satriyo berubah kejam, bahkan ia hendak membunuh Nivi untuk dijadikan eksperimen, tapi aku berhasil membuat kesepakatan, semoga aku bisa tetap menjaga Nivi tetap hidup sampai kalian bisa menolongnya." kata Safira pada Laguna. " baik kak Safira, jaga dirimu, berhati hatilah. " kata Laguna. " Aku melihat Nivi dipindahkan ke kolam anak penyu, Nivi bilang ia bisa bernafas lebih lega sekarang, dan ia senang bisa bertemu dengan penyu penyu kecil yang lucu." Lapor Laguna. " Kak, kalau fajar tiba aku harus pergi untuk memberi laporan pada Juno, jadi hanya kakak yang bisa mengawasi Nivi. " tambah Laguna. "Iya tidak apa apa, bilang pada Juno untuk melaporkan segalanya pada ayah tirinya, jenderal Raka." sahut Safira lalu memutuskan koneksi dengan Laguna. " baik, anak itu sudah tenang sekarang, aku akan memberitahumu sekarang." kata Safira pada Satriyo. Satriyo tersenyum penuh kemenangan. Selama ia menyekap Safira, mantan istrinya itu tidak pernah mau mengungkapkan apa apa mengenai spesiesnya. Satriyo menganggap yang dihadapannya ini bukanlah istrinya melainkan spesies lain yang harus diamati, diselidiki dan dipelajari bagaimanapun caranya. Ia sudah lama menganggap istrinya sudah meninggal, walaupun setiap hari merindukannya, tetapi Satriyo tidak sudi menganggap Safira yang sekarang adalah istrinya yang dulu. " Baik, ayo sebutkan!" ujar Satriyo. " Pertama, kami adalah bangsa yang bertugas untuk menjaga lautan." sahut Safira. " Menjaga bagaimana? dan jawabanmu tidak dihitung sebagai yang kedua ya!" kata Satriyo. " ya menjaga lautan tetap seimbang, walau akhir akhir ini semakin susah karena manusia semakin serakah dan jorok, limbah dan sampah yang manusia ciptakan setiap hari mengotori laut dan membunuh banyak sekali biota laut. " ujar Safira berapi api. " Baiklah, lalu yang kedua bagaimana? "Kata Satriyo. "kedua, Kami adalah bangsa yang matrilineal." Sahut Safira, " dan ketiga kami adalah mahkluk ciptaan Gusti yang maha Kuasa" sahut Safira cepat. "Apaaa!!! berikan aku informasi berguna! informasi macam apa itu!" kata Satriyo marah, Berikan aku informasi yang lain, atau aku bunuh duyung kecil diluar sana!!"
" Kan sudah kesepakatan kita aku hanya memberi tahu 3 hal padamu dan sudah kulakukan. Bukan salahku kalau bukan itu yang kamu mau!" ujar Safira berani. " Beraninya kamu mempermainkan ku! aku akan.." tiba tiba ucapan Satriyo terputus oleh dering telepon genggamnya. Satriyo mengangkatnya, "selamat Malam ibu,.. ya ibu, sebentar lagi aku akan pulang.. baik ibu.. ya Bu..baik." Satriyo menutup teleponnya. " Kita lanjutkan besok pagi, aku harus segera pulang ke rumah, ibu menungguku!" Lalu Satriyo berlalu dari hadapan Safira dengan cepat. Safira mendengar suara kasar Satriyo memberi perintah kepada anak buahnya agar menjaga tangkapan mereka.
"Laguna awass, Satriyo keluar kabin hendak pulang!" seru Safira mengingatkan Laguna.
Laguna yang sedang asik berbincang dengan kakeknya langsung melompat ke balik pepohonan lebat dan semak semak diikuti oleh Tarno. Tak lama kemudian sebuah Jeep milik penangkaran keluar melalui pintu pagar dekat persembunyian mereka.Untungnya pagarnya tidak cepat cepat ditutup. Ketika Jeep tersebut sudah berbelok di tikungan cepat cepat Laguna dan Tarno masuk ke dalam. Laguna langsung menuju ke kolam anak penyu, sedangkan Tarno berjaga jaga jangan jangan anak buah Satriyo akan kembali. Benar saja tak lama kemudian seorang anak buah Satriyo berjalan menuju pagar dan menutupnya, lalu kembali menyalakan aliran listrik sehingga saat ini jalan keluar mereka tertutup. Laguna dan Tarno yang bersembunyi dibalik tumpukan tong tong besar saling berpandangan. " Bagaimana ini kek, pintunya tertutup." kata Laguna dengan pikirannya. " satu satunya jalan hanya lewat laut. Masalahnya, bagiaman membawa Nivi ke laut? apakah ia bisa bertahan tanpa air sampai kita sampai ke laut? Lalu bagaimana dengan Safira?" ujar Tarno.
" Safira, kami bersama Nivi didalam penangkaran dan saat ini kami terjebak, kami tidak bisa keluar dari sini karena sudah dikunci dan dialiri listrik. Satu satunya jalan adalah ke laut, tapi jaraknya kurang lebih 1 km, Menurutmu apakah Nivi akan bertahan jika kugendong?" tanya Laguna. Safira terdiam beberapa saat, " Riskan Laguna, tetapi aku lebih khawatir dengan Nivi jika terus berada disini. Satriyo sudah dua kali mengancam akan membunuh Nivi demi mendapatkan informasi dariku. aku mencemaskan keselamatannya." kata Safira. Tarno mencolek Laguna, lalu menunjuk pada gulungan karet hitam yang tidak digunakan. " Ah kita bisa menggunakan itu lalu dibasahi dengan air dan menggulung Nivi didalamnya. Lalu kita bawa sambil berlari ke laut, apakah kakek kuat? atau biar Laguna yang menggendong Nivi?" tanya Laguna. " Jangan kita gotongan saja. lebih ringan dan cepat." jawab Tarno. Laguna menyampaikan rencana tersebut kepada Safira. " Mungkin bisa dilakukan Laguna, kuserahkan Nivi padamu, tetapi Bisakah kau menemani Nivi sampai bertemu dengan Juno dan Raka? perairan dekat penangkaran ini pasti asing bagi Nivi, aku takut ia tersesat" Pinta Safira. " Baiklah aku akan menemaninya." kata Laguna.
Laguna pun memanggil Nivi dan menjelaskan rencana mereka untuk kabur. Nivi ketakutan, tetapi lebih ketakutan lagi bila ditinggalkan sendirian, karena itu dengan berat hati ia menyetujui.