" Sumiii, kami pulang.." seru Tarno dari sepeda motor bebeknya. Laguna sudah meloncat turun dan berjalan ke arah pintu depan ketika Sumi membukakan pintu dan menyambut dengan senyuman. Laguna langsung memeluk neneknya. "Wah ada yang pulangnya di jemput, senangnya, Nenek tadi pulangnya jalan kaki sendirian loh, kakek tidak jemput nenek." goda Sumi pada Tarno. Laguna hanya terkikik geli, sementara Tarno berusaha menjelaskan, " Maaf aku Ndak pulang dari siang, habis Pak Suban ngajak makan siang bareng ada yang mau dibicarakan, nggak taunya sampai sore ngobrolnya, tadi mau jemput Laguna juga, tapi sudah keduluan. Eh tau tau ketemu Laguna di hutan bakau, ya sudah bareng saja sama Kakek, masa kakek tinggal cucu kakek jalan sendirian sudah malam." kata Tarno panjang lebar. " iya gapapa kok, Laguna juga, kamu kesorean ya.. asyik bikin kerajinan lagi? kamu ini suka gak ingat waktu kalau sedang berkarya." kata Sumi sambil menepuk tangan Laguna, Laguna hanya mengangguk angguk sambil tertawa tersipu.
" Ya sudah, ayo masuk, aku sudah masak, cuci tangan dulu lalu kumpul di meja makan yaa" kata Sumi mengajak Laguna dan Tarno kedalam.
sesudah bersih bersih mereka langsung berkumpul di meja makan untuk memulai makan malam, seperti biasa sambil makan mereka saling menceritakan pengalaman mereka hari itu. Gosip dari Mbok Arti juga tidak lupa dibahas. "Kek, sudah dengar belum kabar wanita yang hilang Minggu lalu sudah ditemukan? sayangnya ketemu tetapi sudah meninggal" kata Sumi. "Iya aku sudah dengar, Kasihan dengan keluarganya, dengar dengar sedang hamil juga. Naas memang setiap ada orang yang hilang terseret arus." ujar Tarno, lalu Tarno seperti terlihat berpikir dan berkata pada Laguna, " Laguna kamu harus semakin berhati hati bila sedang mencari bahan bahan untuk keperluan daganganmu. Sementara ini kamu cari saja dulu di pantai, atau kamu beli saja dengan anak anak nelayan yang suka mencari kerang. Ombak sedang besar, arus juga selalu kuat, bahkan tangkapan ikan para nelayan agak berkurang dari biasanya. "
Laguna yang jelas keberatan langsung berkata dalam bahasa isyarat, gerakan dan mimiknya menunjukan keberatannya. ' Laguna selalu berhati hati kek, Laguna tidak pernah sembrono, Laguna adalah perenang yang handal, dan Laguna bisa merasakan arus sedang kemana, kalau sudah terlalu kuat Laguna akan bergerak ke tempat yang lebih tenang. Lagian kalau membeli bahan di anak anak nelayan hanya sedikit yang sesuai dengan kebutuhan dagangan Laguna kek..'
" Kakeknya ada benarnya Laguna, setahun belakangan ini banyak korban tenggelam dan terseret arus dan hampir sebagian besar wanita muda. " kata Sumi. ' tapi itu karena mereka berenang di tempat yang tidak diperuntukan untuk berenang Nek, dan mereka tidak tahu medan. kebanyakan pendatang yang hilang.' bela Laguna dengan bahasa isyarat. Sumi dan Tarno hanya bisa berpandangan bingung. "kami hanya khawatir saja sayang, sudah beberapa bulan belakangan ini banyak sekali korban korban terseret arus. Bukan hanya turis, wargapun ada yang hilang pada saat sedang melakukan pekerjaannya di laut, padahal sudah sehari hari melakukan kegiatan yang sama. Harus hati hati, tidak boleh lengah ya nak." ujar Sumi berusaha menenangkan Laguna. Laguna memberi isyarat kepada Kakek Neneknya bahwa ia akan selalu berhati hati.
"ya sudah, kakek sudah selesai, kakek mau mandi dulu, nanti kalau kalian sudah selesai bersih bersih juga Kakek mau bicara lagi ya, jangan tidur dulu." kata Tarno sambil mendorong kursinya ke belakang lalu beranjak menuju kamar mandi. Sumi dan Laguna langsung membereskan meja makan dan membawa piring piring kotor ke dapur. Di dapur Laguna meletakan piring piring itu dan langsung bertanya pada neneknya ' Nek, apa yang kakek ingin bicarakan ,kenapa tidak sekalian tadi waktu kita sedang makan' tanyanya dalam bahasa isyarat. " Nenek juga tidak tahu, mungkin ada yang penting ingin disampaikan kakek" kata Sumi dengan kening berkerut. 'semoga mengenai wanita yang bayinya hilang misterius ya nek, Laguna masih penasaran' Laguna memberikan isyarat pada neneknya sambil cengengesan. " huss kamu ini, penasaran kok dengan gosip, sepertinya bukan nak, kakek pasti sudah membicarakan itu dari tadi kalau kejadiannya memang benar seperti itu. jangan percaya semua yang dikatakan mbok Arti, kamu ini kayak baru kemaren saja kenal dengan tetangga kita.." kata Sumi menasihati Laguna. Laguna hanya cemberut dan mengangguk saja. Dalam hati ia membatin sendiri karena ia tahu neneknya juga senang mendengarkan gosip gosip Mbok Arti. Lalu merekapun melanjutkan pekerjaan membereskan dapur dalam diam dan benak bertanya tanya.
Setelah membereskan dapur Laguna langsung mandi, setelah itu ia ikut duduk bersama kakek neneknya di ruang keluarga yang sekaligus ruang tamu itu. " Jadi kakek mau ngomongin apa sih? tumben pakai disuruh ngumpul segala" tanya Sumi.
" Hahaha iya ya, terlalu formal ya, biasanya kakek langsung tembak saja ya kalau ada mau ya hahaha" kata Tarno salah tingkah, Sumi dan Laguna jadi makin bingung dengan tingkah Kakek yang tidak biasanya ini. " Ada apa sih kek, kok jadi salah tingkah begitu?" selidik Sumi. " Iya.. Sabar dong Sum, aku kan lagi mengatur kata kata.. haaahh.." kata Tarno sambil menghela nafas. Tiba tiba Laguna tersedak tawa, lalu menunjuk nunjuk kakenya, dengan bahasa isyarat ia berkata,' hayoooo.. kakek pasti punya salah sama nenek yaaa.. ayoo kakek ngakuuu..' setelah itu Laguna langsung cekikikan bersama neneknya. " iiihh.. siapa yang bersalah sama nenek, nenek tuh yang masih utang maaf ke kakek karena menghanguskan ayam goreng kesukaan kakek kemarin!" kata Tarno tidak terima. " ya ampun gitu aja masih diinget inget, lagian kakek juga yang nyuruh nenek pergi ke warung cepat cepat, nenek kan lupa lagi manasin ayamnya kakek!" kata Sumi tidak mau kalah. " errghh.. sudahlah, sebenarnya bukan itu masalahnya.. sebenarnya.." Tarno memberi jeda dengan menghela nafas kembali, ketika dilihatnya Sumi sudah akan nyerocos kembali, buru buru ia menambahkan," sebenarnya masalahnya ada di kamu Laguna."
Sumi langsung terdiam dengan kening berkerut tidak mengerti, Laguna hanya bereaksi dengan menunjuk dirinya sendiri dan membuat isyarat bertanya mengapa?
" Iya, kenapa Kek? Laguna tidak ada masalah kok, baik baik saja, usahanya lancar, anaknya sehat, kalau ini soal yang tadi, Laguna sudah bilang akan selalu berhati hati, Kakek lupa?" kata Sumi. " hhh.. bukan masalah yang tadi.. ini lebih ke masalah.. begini.. inilah kenapa hari ini kakek makan siang dengan pak Suban dan mengobrol sampai sore. Sebenarnya bukan mengobrol juga, karena banyak Juga yang dibicarakan selain obrolan biasa." Tarno menghela nafas lagi. Laguna masih menunggu dengan tegang, kenapa dirinya jadi pembicaraan kakeknya dan pak Suban yang mantan pak Kades juga itu. " Pak Suban kan baru didaulat jadi ketua adat di desa kita ini, nah dia sangat prihatin dengan kondisi pemuda kita yang banyak hijrah ke kota padahal daerah kita sendiri masih butuh di bangun, walaupun banyak pendatang dan investor investor asing tetapi kalau putra daerahnya sedikit lama lama adat istiadat desa kita ini bisa luntur. " jelas Tarno
" Lalu hubungannya sama Laguna apa pak, bukannya bagus Laguna tidak ikut ikutan ke kota, bahkan buka usaha sendiri disini?" kata Sumi yang langsung disambut dengan anggukan Laguna. " Ya berhubungan sekali, karena Laguna sampai sekarang belum menikah." kata Tarno dengan cepat. " Apa maksudnya? Laguna harus menikah gitu? apa hubungannya pak?" tanya Sumi semakin bingung. Laguna pun langsung menggunakan bahasa isyaratnya, ' Ini kan sudah zaman modern kek, wanita tidak menikah tidak apa apa yang penting bisa menghidupi diri sendiri, kakek dan nenek tidak usah khawatir, Laguna pasti akan mengurus kakek dan nenek jika sudah tua nanti. Laguna juga tidak bisa hidup tanpa lautan kek, jadi Laguna tidak akan pernah pindah dari tempat ini sampai Laguna mati. Pak Suban harus ya tidak usah khawatir, kenapa juga harus menikah?' tegas Laguna.
" Justru itu Laguna, Pak Suban memperhatikan dirimu, Wanita muda yang mandiri, punya usaha sendiri, putri daerah, tidak berencana kemana mana. Tidak ada niatan ikut ikutan adu keberuntungan di kota. Karena itu pak Suban meminta Kakek, untuk menjodohkan Laguna dengan putra pertama pak Suban, Satriyo." kata Tarno yang disambut dengan seruan kaget Sumi dan Laguna hanya saja yang satu menggunakan bahasa isyarat dan yang satu dengan suaranya yang keras, " Satriyoo!!"
" iya Satriyo, tahun lalu ia dipindahkan ke desa kita untuk mengepalai penangkaran penyu disini, sebelumnya dia ada di pulau sebelah." jelas Tarno.
" Tapi Satriyo itu kan duda pak, 5 tahun lalu istrinya juga terseret arus di pulau sebelah. Lalu usia mereka juga bukannya lumayan jauh?" tanya Sumi agak keberatan." Kakek belum mengiyakan kan?" tanya Sumi lagi khawatir.
"Ya belum, kakek hanya bilang, semuanya tergantung Laguna. Yang akan menikah kan Laguna. Intinya Pak Suban ingin Satriyo dan Laguna membentuk keluarga, punya anak dan nanti anak anaknya meneruskan usaha mereka disini. Meneruskan adat istiadat dan kepercayaan yang kita anut. Kalau Kakek pribadi tidak keberatan dengan nak Satriyo, tetapi kakek serahkan pada Laguna. Pemuda mana saja boleh asal masih dari desa kita dan tetap akan menetap di desa kita. Bagaimana menurutmu Laguna? dari tadi kamu diam saja?" kata Tarno. Laguna tersentak, sepertinya baru pulih dari rasa Syoknya. Laguna dan Satriyo punya sejarah masa lalu yang buruk, tetapi Laguna pintar menyembunyikan luka masa lalu itu sebagian Kakek Neneknya pun tidak tahu. ' Laguna butuh waktu untuk berpikir kek, Laguna permisi ke kamar duluan ya kek, Nek' kata Laguna dan ia pun langsung pergi memasuki kamarnya lalu mengunci pintunya tanda ia tidak ingin diganggu. Kakek Neneknya yang tiba tiba ditinggal oleh Laguna hanya bisa senggol senggolan siku saling menyalahkan.