Chereads / Laguna / Chapter 2 - Chapter 1

Chapter 2 - Chapter 1

25 tahun kemudian..

kampung tempat Laguna tinggal dan bertumbuh dewasa kini sudah tidak menjadi perkampungan lagi. Seiring kemajuan teknologi dan pemerataan pembangunan dari pemerintah pusat, daerah mereka sekarang lebih dikenal dengan daerah konservasi penyu sekaligus daerah wisata. Dengan banyaknya hotel dan cottage yang dibangun banyak dari warga lokal yang semula nelayan beralih profesi menjadi pelayan hotel, penjual kerajinan tangan, pedagang, bisnis rumah makan dan masih banyak lagi bisnis bisnis lain yang terkait dengan pariwisata. Belum lagi ada tempat penangkaran penyu yang baru dibangun 5 tahun belakangan ini, ilmuwan dan pengamat biota laut selalu berdatangan ke tempat mereka. Keindahan alam yang alami, kebaikan hati dan kepolosan warganya juga menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan hidup di tempat Laguna dibesarkan.

Seiring dengan kemajuan pembangunan dan teknologi, mereka saat ini sudah mempunyai rumah sakit, sekolah, dan pelabuhan tersendiri.

kemajuan ini sangat dimanfaatkan oleh warga lokal, anak anak mereka kini bisa bersekolah, termasuk Laguna, sekarang mereka sudah tidak buta teknologi. Tetapi ada efek samping dari kemajuan ini, pertama, ada banyak pendatang yang tinggal dan berbaur menjadi warga lokal, pendatang ini ada yang sadar dan mengikuti kearifan lokal, ada juga yang tidak. Sehingga angka kejahatan di pulau itupun meningkat, walau tergolong relatif aman dibandingkan dengan pulau lainnya, tetapi tetap saja diperlukan penegak hukum. Akhirnya berdirilah kantor polisi dengan anggotanya yang hanya 10 orang, itupun setengahnya merangkap penjaga pantai.

kedua, karena sudah melek teknologi banyak pemuda dan pemudi lokal yang tergiur dengan kehidupan di kota dan memilih pindah dari kampung halaman mereka. Sehingga kebanyakan pemuda yang tinggal disana adalah pendatang.

Lain ceritanya dengan Laguna yang saat ini telah tumbuh menjadi gadis manis dengan rambut hitam legam berombak, kulit kuning langsat, hidung Bangir, bola mata bulat, bulu mata lentik dan alis lebat rapi teratur. sayangnya ucapan si nenek dukun beranak menjadi kenyataan, Laguna memang tumbuh menjadi gadis yang cantik, tetapi sama sekali tidak bisa bicara. Setelah didirikan rumah sakit di desa mereka, Tarno dan Sumi memeriksakan kondisi Laguna dan mengapa ia tidak dapat berbicara. Ternyata Laguna tidak mempunyai pita suara, Laguna bisa mendengar karena tidak ada yang salah dengan telinganya, tetapi sepatah katapun tidak dapat keluar dari bibirnya. Hal ini membuat Laguna tidak mempunyai banyak teman, karena bahasa isyarat bukan bahasa yang lazim digunakan di desa mereka berada. Akhirnya kemana mana Laguna harus membawa kertas dan pena untuk dapat berkomunikasi dengan orang orang di sekitarnya. Walaupun bisu, Laguna tidak kehilangan semangat belajar, tumbuh menjadi wanita yang tangguh dan gigih, pantang menyerah. Tidak seperti pemuda pemudi lainnya dari desa mereka, setelah mengantongi gelar sarjana, Laguna kembali ke kampung halamannya. Selain ia tidak tega meninggalkan Kakek Tarno dan Nenek Sumi sendirian di hari tua mereka, Laguna merasa tidak bisa jauh jauh dari laut kesayangannya. Menempuh pendidikan di kota rasanya seperti ada yang mengekangnya, tetapi begitu pulang dan melihat laut walaupun hanya dari jauh, rasanya seluruh tubuhnya terasa ringan dan Laguna dapat bernafas lebih lega.

Tentu saja tumbuh besar di tepi laut membuat Laguna mahir berenang dan menyelam, ia bisa menahan nafas lebih dari semenit didalam air. Dan keahlian ini sangat berguna untuk mencari kerang, teripang laut dan terkadang mutiara. Laguna sangat senang membuat kerajinan tangan dari hasil laut. Hasil kerajinannya ia jual untuk membantu meringankan uang sekolah. Karena itu saat ini Laguna menjalankan bisnis kerajinan tangan dan membuka tokonya sendiri. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara menyukai hasil karya tangannya yang indah dan otentik. Sumi terkadang ikut membantu menjaga toko apabila Laguna harus ke laut untuk mencari bahan bahan untuk kerajinan tangan yang ia buat. Sumi dan Tarno tidak pernah melarang Laguna ke laut, hanya mereka membuat Laguna berjanji untuk tidak pergi ketika langit sudah gelap. Mereka takut kejadian yang dialami Naira terulang kembali.

Siang ini Laguna baru saja selesai mencari bahan untuk kerajinan tangannya. Cepat cepat ia membasuh diri dari asinnya air laut dan berganti pakaian, lalu memasak makan siang untuknya dan Kakek Neneknya, karena pagi ini Sumi membantu menjaga toko, jadi Laguna yang memasak agar neneknya tidak usah memasak lagi saat pulang ke rumah. Sedangkan Kakeknya sebentar lagi pasti akan pulang dari pertemuan adat desa mereka dan pasti lapar, maka Laguna sekalian memasak untuk kakeknya juga. Setelah itu dibawanya barang barang hasil buruannya di laut pagi ini menuju toko sekaligus bengkel tempat Laguna membuat kerajinan tangannya.

' Selamat siang Nenek, bagaimana pagi ini? Nenek lelah?' sapa Laguna dengan menggunakan bahasa isyarat begitu memasuki toko. Sumi menyunggingkan senyum di wajahnya yang sudah keriput, " Laguna kau sudah datang nak.. Pagi ini agak sepi, mungkin karena ini hari Senin nak. dari pagi hingga siang ini baru ada 4 orang yang mampir, 3 orang turis dan yang seorang lagi mbok Arti, hehehe" kata Sumi sambil tertawa mengingat teman sekaligus tetangganya yang sangat suka bergosip itu. Laguna memberikan senyum manisnya pada nenek, ia tau neneknya dan mbok Arti senang sekali bergosip, dan ia tidak menyalahkan mereka, apalagi hiburan di pulau ini kalau tidak ada yang dibicarakan dengan seru. Dan orang orang senang sekali berbicara dengan Laguna walaupun kadang Laguna tidak bersuara atau membalas perkataan mereka, mereka hanya butuh didengarkan, dan kebetulan Laguna adalah pendengar yang baik. Baru saja Mbok Arti dibicarakan, yang punya nama datang lagi dengan tergopoh-gopoh ke toko Laguna.

" Sum, Sum..eh disitu rupanya kau Sumi, eh Laguna juga sudah datang.. Sumi kamu sudah dengar belum?" cerocos Mbok Arti yang hanya di balas senyuman oleh Laguna. " ada apa sih Ti, aku udah mau pulang, Sekarang gantian Laguna yang jaga toko, emangnya ada kejadian apa sampai tidak bisa menunggu sampai di rumah.. rumah kita kan sebelahan looh" ujar Sumi sambil geleng geleng kepala melihat temannya yang kalau sudah dapat suatu kabar yang menghebohkan pasti tidak sabar menceritakannya pada orang lain. " Eeeealah.. karena kita sebelahan rumahnya aku harus kasih tau kamu duluan, masa aku kasih tau orang lain dulu baru kamu yang terakhir Sum, padahal kamu yang paling dekat. Lagian aku habis ini mau ketemu Bu Ilah, istri Pak Kades, mau kasih tau kabar ini juga." kilah Mbok Arti. Laguna menelengkan kepalanya ke arah mbok Arti dengan tertarik, kalau mbok Arti sampai harus bergosip dengan Bu Ilah, pasti ini gosip bukan sembarang gosip. Dan tampaknya Sumi pun langsung tertarik, Ia tidak jadi pulang, malah menarik kursi untuknya dan temannya itu duduk. " Sini..sini.. duduk, ayo cerita ada apa sih, jadi penasaran aku kan!"ujar Sumi.

Laguna memberi isyarat pada Sumi yang menyatakan bahwa Sumi belum makan siang, Sumi hanya melambaikan tangannya menyuruh Laguna diam. Laguna hanya geleng geleng kepala melihat neneknya yang raut mukanya sudah amat pengin tahu itu.

" Kamu tahu kan perempuan hamil yang hilang dari pulau sebelah Minggu lalu? yang hilang di laut ketika berenang sore hari? ingat gak Sum?" dengan nada yang sering dipakai mbok Arti kalau hendak memulai gosip. Sumi hanya mengangguk angguk bersemangat. "Naaaaah, tadi pagi.. jenasahnya sudah ditemukan tersangkut di pepohonan bakau Sum!" kata Mbok Arti, "Tapiiii... ada masalah Sum" mbok Arti berhenti sejenak ingin melihat reaksi Sumi. Sumi yang sudah sangat ingin tahu langsung bertanya," masalahnya apa Ti, bukannya bagus sudah ketemu, jadi keluarganya tidak terkatung katung tidak tahu keadaan wanita itu"

" Naahhh.. tadi kan aku cerita kalau yang hilang itu adalah wanita hamil... tapi tebak yang ditemukan apa... Bukan wanita hamil!!!" jelas Mbok Arti yang bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri. Laguna langsung menangkap kepalanya dari kerajinan yang dikerjakannya, Sumi langsung berteriak terkejut," Masa sih.. mungkin wanita yang lain lagi kali, salah orang!"

"Tidak Salah orang Sum, keluarganya sudah mengidentifikasi bahwa memang wanita yang sama, wong pakaiannya juga sama, sampai tanda lahirnya juga sama. Hanya saja bayi yang didalam kandungannya tidak ada lagi.. hiihhh.. ngeri yaa.. masa melahirkan didalam laut yaa.. apa mungkin yaa?" seru mbok Arti sambil memijit mijit dagunya.

" masa sih.. aku gak percaya, masa bayinya bisa tiba tiba hilang, melahirkan kan perlu mengejan, masa orang tenggelam bisa melahirkan, eh tapi sekarang cara melahirkan sudah macam macam yaah" ujar Sumi sambil berpikir. "makin dipikirkan aku makin bingung dan ngeri juga, tapi aku punya gosip lanjutan Sum, heheheh " kata Mbok Arti sambil mengacungkan telunjuknya. "apa lagi Ti?" ujar Sumi. " Kita pikir kan waktu kita mendengar ada wanita hamil hilang Minggu lalu itu pasti menyedihkan buat suaminya ya Sum, inget Ndak kamu?" tanya Mbok Arti. " ingat, trus.. suaminya hilang juga?" tanya Sumi. " Bukaan.." kata Mbok Arti sambil mengibaskan tangannya," Ternyataaa.. wanita itu tidak menikah Sum... alias wanita itu hamil diluar nikah Sum. Wanita itu cuma tinggal sama bapak ibunya, umurnya juga masih 18 tahun loohh.. baru masuk kuliah, tapi gak tau siapa yang menghamili, apakah teman kuliah atau turis atau.." mbok Arti terus saja nyerocos berspekulasi dengan berita gosip yang dibawanya. Ia tidak memperhatikan wajah Sumi yang tiba tiba pucat dan tiba tiba diam. Ia terlihat seperti teringat sesuatu yang menyedihkan. "Sum kok diem Sum, kenapa Sum?" tanya Mbok Arti polos. " hah? oh.. enggak.. aku kok lapar ya Ti, aku ingat belum makan siang, aku mau pulang dulu ah Ti, mau makan." kelit Sumi. " Ohhh.. ya sudah, aku juga pamit ya, mau ke Bu Ilah, sampai ketemu nanti ya" Mbok Arti melangkah keluar toko sambil melambai pada Sumi, Laguna sudah dilupakan keberadaannya. Karena bisu, Laguna sering dianggap tidak ada, dan orang lain terkadang lupa kalau Laguna masih bisa mendengar walau tidak bisa berbicara.

Sumi membereskan bawaannya dengan raut muka sedih. Laguna memberi isyarat dengan tangan untuk menarik perhatian neneknya. ' Nenek ingat Bunda Naira ya Nek?' tanya Laguna dengan bahasa isyaratnya.

" Ah tidak kok, hanya selintas terbersit di pikiran saja , Nenek kangen sekali. Umurnya sama dengan bundamu ketika meninggal" ujar Sumi. ' sudah tidak usah dipikirkan, sudah berlalu, bunda juga sudah beristirahat dengan tenang kan nek, jangan dipikirkan.. sekarang nenek pulang dan makan siang ya nek, jangan sampai nanti nenek sakit. setelah itu istirahat yaa Nenek sayang' kata Laguna dalam bahasa isyarat lalu ia memeluk neneknya. " Iya sayang.. untung ada kamu Nak, kamu mirip dengan Bundamu, cantik sekali." kata Sumi sambil menjentikkan telunjuknya ke hidung Laguna, Laguna langsung tersenyum senang, lalu melambai pada neneknya yang meninggalkan toko menuju rumah. Ia mendesah, dalam hatinya bertanya tanya mana kabar yang benar dan mana yang hanya gosip belaka dari berita yang dibawakan mbok Arti. Biasanya Mbok Arti cenderung menambah nambahkan berita yang ia dapat supaya pendengarnya semakin bersemangat. " haah. paling juga besok sudah ada di koran" kata Laguna dalam hati, lalu ia melanjutkan pekerjaannya. Dan memang hari itu agak sepi, Hingga sore harinya, hanya ada dua pelanggan yang mampir ke toko Laguna. Tapi Laguna tidak berkecil hati, ia malah senang karena tidak terganggu ketika membuat karya kerajinan tangannya untuk menambah stok barang dagangan di tokonya. Sepi pelanggan tidak membuat produktivitas Laguna menurun, lagian selalu ada hari esok, dan hari esok selalu lebih indah dari hari ini, setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Laguna.