31 Desember 2017, Hari ini langit terlihat begitu cerah, aku hanya berharap semoga ini akan berlanjut sampai malam nanti. Aku tak ingin cuaca menghancurkan semua rencana yang telah kami persiapkan untuk malam tahun baru. Kami berencana untuk membuat pesta bakar-bakaran di rumah kos, bahkan temanku mengajak beberapa teman kampusnya juga, aku jadi tak sabar akan seberapa ramainya acara nanti. Kami semua yang berada di rumah kos mengumpulkan iuran dua hari yang lalu, untuk diberikan kepada Novri dan Abdur, karena Novri yang akan membeli persediaan ayam dan Abdur yang menyiapkan nasi nya. Sedangkan hari ini aku berinisiatif untuk menggunakan uang kas yang kami peroleh setiap minggunya dari penghuni lantai dua, untuk membeli bekal minuman dan beberapa cemilan.
"Uang kas e nggo tuku minuman yo?" tanya aku kepada Satrio, Rahman, dan Tri (para penghuni lantai dua rumah kos). Tri adalah teman kampus kami yang berada di kelas yang berbeda, kamarnya berada persis di sebelah kamar milik Rahman yang letaknya dekat dengan tangga. Sebetulnya ia memiliki sifat yang mudah bergaul, namun ia memiliki kebiasaan terlalu sering menutup pintu kamarnya sehingga kami jarang berinteraksi dengannya jika tidak dipanggil. Apakah ada sesuatu di kamarnya? entahlah... hanya dia yang tahu hahaha.
"Nek tuku ning endi zel?" tanya Satrio kepadaku.
"Paling yo ning Absenmart, sisan ndelok mbak kasire hehehe".
"Walah ndes... yoh aku melu!" pungkas Rahman dengan semangat yang membara.
"Kowe nek ono wadon ayu langsung gesit yo man hahaha" cetus Tri.
Sesampainya aku dan Rahman di Absenmart, yang jaraknya kurang lebih 100 meter dari rumah kos, kami langsung memarkirkan motor. Meskipun jaraknya tidak jauh, namun kami harus menempuh jalan yang memutar dengan tanjakan yang lumayan curam di jalan sekitar rumah kos, itulah kenapa kami tidak memilih untuk berjalan kaki. Saat kami memasuki Absenmart, kami tidak melihat sosok kasir yang kami dambakan, hanya ada satu kasir cowok yang sedang melayani seorang ibu dengan belanjaan yang lumayan banyak dan satu karyawan cowok yang sedang mengisi stok di rak bagian pojok. Memang mengecewakan, namun kami langsung menuju lemari pendingin untuk membeli minuman karena itulah tujuan utama kami.
"Nek tuku minuman opo zel?" tanya Rahman kepadaku.
"Sing enak opo bol? bug cola? funta? spirit?" tanya aku sambil melihat lihat isi lemari pendingin.
"Sing murah wae" cetus Rahman dengan santainya.
"GASSSS!!!! CARI DISKOONNN!!!!" ucap aku dengan semangat anak kos yang membara.
Begitu kami selesai mengambil tiga botol minuman dengan ukuran super besar, kami langsung menuju kasir, namun sejenak kami melihat mbak kasir yang kami idamkan sedang berdiri di luar dengan menggunakan jaket hitam bersama dengan seorang pria.
"Wah iku mbak e wis duwe monyet ndes" ujar aku kepada Rahman sambil berbisik.
"Wasem tenan, pupus sudah harapanku" ucap Rahman sambil melihat ke arah mbak kasir tersebut.
"Pupus ndasmu i" ucap aku sambil berjalan menuju kasir untuk membayar.
Setelah kami pulang ke rumah kos, aku langsung membawa minuman tersebut dan menaruhnya di dalam kulkas agar tetap dingin sampai acara tiba. Ketika hari menjelang sore, kami berempat pergi untuk makan, biasanya kami makan di warung padang merah. Warung padang dengan rasa yang lumayan enak dan harga yang sangat terjangkau untuk anak kos, serta letaknya yang tidak jauh dari Absenmart yang aku kunjungi siang tadi. Meskipun disini memiliki harga yang murah, tidak setiap hari kami makan disini, kami selalu berganti tempat tiap waktu agar tidak bosan dengan rasanya.
Sampai waktu malam tiba, tepatnya sekitar pukul 8 malam, beberapa teman kampus mulai berdatangan. Mereka langsung menuju kamar milik Rahman, kamar yang sudah biasa dijadikan tempat berkumpul. Kami berbincang-bincang sampai setibanya Widi, Novri, Abdur dan pacarnya membawa persiapan untuk acara malam ini, bahkan Widi berinisiatif untuk membawa martabak telor dan kue bandung (biasa disebut terang bulan atau martabak manis pada umumnya) sebagai pelengkap suasana. Aku dan Julian (teman kampusku) menyiapkan alat-alat untuk bakar-bakaran, kami memilih lokasi yang berada di balkon lantai dua, tepatnya di area kosong di sebelah kamar mandi, yang biasa kami jadikan sebagai tempat cuci piring atau gelas karena area tersebut memiliki keran, sebagai tempat untuk memanggangnya. Tempatnya yang cocok karena berada di tempat yang terbuka, dan sangat mudah untuk membersihkannya ketika selesai acara. sementara Satrio dan Rahman membersihkan ruang tengah lantai dua sebagai tempat untuk makan bersama, yang lain asyik bermain kartu di meja yang berada di balkon lantai dua. Ketika arang sudah membara, Novri membawakan ayam yang sudah di bumbui berkat bantuan ibunya Abdur, untuk dibakar olehku dan Julian, lalu Tri pergi menuju kulkas di lantai satu untuk mengambil minuman. Saat semua ayam telah matang, aku memberikan sebuah ide konyol kepada Julian dan Novri.
"Nov, tolong ambilin martabak telor dong kesini"
Tanpa merasa curiga, Novri pergi ke ruang tengah dan mengambil bungkus martabak telor untuk dibawa ke tempat memanggang.
"Bara-nya jangan dimatikan dulu jul, aku mau bakar martabak hehehe"
"Lah emangnya enak zel?" tanya Julian dengan penuh penasaran.
"Coba aja dulu, siapa tau enak hahaha" pungkas aku dengan raut wajah licik.
"Gak beres nih anak" ujar Novri dengan sedikit keheranan.
Aku pun mengambil 1 potong martabak telor dan mengolesnya dengan bumbu ayam yang masih tersisa, lalu ku panggang sampai bumbunya meresap. Tidak butuh waktu lama, martabak telor panggang pun matang. Saat aku mencicipi martabak telor tersebut, ternyata rasanya memang enak. Bahkan saat itu juga, Julian dan Novri bergegas untuk mencobanya juga sampai mereka kaget kalau ternyata aku tidak berbohong.
"Wah iya beneran enak ndes" ucap Novri sambil menikmati martabak tersebut.
"Kalo tau enak gini, harusnya beli martabak telor yang banyak ya haha" cetus Julian.
"Nanti ayamnya gak laku bol haha" ucap Novri.
"Awas jangan sampe yang lain tau, ini resep rahasia kita bertiga aja hehe" ujar ku dengan sedikit berbisik-bisik kepada mereka berdua.
Ketika ayam bakar dan nasi sudah disiapkan, kami semua berkumpul bersama di ruang tengah dan menikmatinya dengan lahap. Sungguh suasana malam yang indah, berkumpul bersama teman seperti ini memang sangat layak untuk dijadikan kenangan bersama. Sampai jam menunjukkan pukul 12 malam, terdengar suara kembang api dari luar. Aku, Rahman, dan Novri mengobrol di balkon sambil merokok dan memandangi langit kota Semarang.
"Nov, kalo tahun baru-an di daerah asalmu gimana?" tanya aku dengan penasaran.
"Di Sumatera? ya gak se-meriah disini, karna daerah asal ku bukan di kotanya" ujar Novri sambil mematikan rokoknya.
"Halah gak usah jauh-jauh ke Sumatera zel, di tempatku di Boyolali yo biasa aja haha" ucap Rahman.
Setelah kami selesai merokok, Widi dan Satrio menghampiri kami yang berada di balkon untuk mengajak kami mabar (main bareng) Dota 2, kami pun bersemangat dan kembali ke kamar masing-masing untuk mengeluarkan laptop dan bermain di ruang tengah. Sebelum bermain, kami semua membereskan sisa-sisa acara sampai bersih seperti semula. Kami bermain secara bergantian, dan menghabiskan waktu hingga pukul 4 subuh. Widi, Abdur, dan pacarnya pun segera pulang, sementara Julian, Novri, dan Rizal tidur di ruang tengah dengan beralaskan tikar, serta Aku, Satrio, Rahman, dan Tri kembali ke kamar masing-masing. Saat suasana mulai sepi, aku berniat untuk tetap melek sambil memainkan laptopku sampai pagi. Namun ketika aku ingin minum, aku melihat stok air minumku ternyata sudah habis, bahkan air minum bekas acara semalam pun bernasib sama. Tenggorokan ku terasa kering, aku bergegas pergi menuju kulkas lantai satu. Semua lampu sudah dimatikan, aku harus berhati-hati dalam melangkah, Aku tidak ingin membangunkan mereka yang sudah tertidur. Sesampainya di kulkas lantai satu, aku membuka pintu kulkas dan isinya kosong, kecuali botol minuman yang berada di pojok paling bawah, yang aku terima dari seseorang yang tidak kukenal tempo hari. Tanpa berfikir panjang, aku pun langsung meminumnya, karena tenggorokanku yang mulai tidak nyaman karena rasa haus. Aku meminumnya sedikit, lalu aku menutup pintu kulkas dan membawa minuman tersebut ke kamarku. Saat aku telah sampai di dalam kamar ku, kepalaku mulai terasa pusing. Aku tidak yakin jika minuman ini ada alkoholnya, bahkan baunya pun tidak menyengat, tidak tercantum tulisan alkohol pada botol minuman tersebut. Namun seiring waktu, saat aku mencoba untuk menahannya, kepalaku justru bertambah semakin pusing hingga pandanganku semakin meredup. Aku mulai berbaring di kasurku sambil memegang kepalaku, bahkan detak jantungku terasa semakin cepat. Apa ini racun? tanyaku dalam hati, aku mulai tidak dapat berfikir secara rasional. Seketika pandanganku semakin gelap dan gelap, aku mencoba untuk tidak menahannya dan mulai tidur. apakah aku tertidur? atau pingsan? aku bahkan berfikir jika aku sudah mati. Semua indera ku menjadi mati, aku hanya melihat kegelapan di depanku, aku tak dapat menggerakkan tubuhku. apa yang sebenarnya aku minum? aku merasa penuh dengan rasa penasaran dan penyesalan.