Klak. Suara pintu dibuka.
Putri membuka pintu mobil dan berdiri di samping mobilnya sambil melihat sekitar, ia berjalan menghampiri beberapa mahasiswa yang sedang berjalan ke arahnya.
"Permisi Mas, kantin disebelah mana yah?" tanya Putri.
"Dari sini Mbak lurus aja, nanti belok kanan, terus belok kiri lagi, ke kanan lagi, nanti ada kolam Mbak belok kanan lagi, nanti pas di kolam Mbak jangan mandi, itu kolam ikan bukan kolam renang," beritahu Mahasiswa tersebut dengan memberikan gestur tangan sesuai arah yang akan dilalui.
"Mbak mahasiswa baru, apa pindahan?" ucap salah satu mahasiswa dibelakang mahasiswa yang menunjukkan arah.
"Bukan Mas, saya kesini mau nyariin orang tapi lupa jurusannya apa," terang Putri menjelaskan maksud kedatangannya.
"Siapa namanya Mbak?" tanya mahasiswa yang menunjukkan arah.
"Namanya Alpha, kulitnya agak putih, tingginya sekitar 177-180cm, badannya agak berisi, wajahnya ganteng, senyumnya manis, dan sifanya minus," beritahu Putri kepadanya.
"Oh Alpha, kebetulan saya teman satu jurusannya, dia mah kalau jam segini gak bakalan ada di kampus, palingan udah pulang ke tempat kos atau gak basecampnya."
"Kebetulan banget, punya nomor handphonenya gak?" tanya Putri.
"Punya kok Mbak, mau sekalian alamat kosnya? Biar lebih gampang nyariinnya," jawab Mahasiswa tersebut bertanya balik.
"Boleh Mas, Terimakasih," sahut Putri sambil tersenyum ramah.
Mahasiswa tersebut mengambil secarik kertas dari tasnya dan menuliskan nomor telepon serta alamat kos Alpha lalu memberikannya pada Putri.
Tumben banget ada cewek nyariin dia, mana cakep pula, saudaranya bukan yah? Tapi gak mirip sama sekali. Ucap mahasiswa tersebut dalam hatinya sambil memperhatikan Putri dari belakang yang berjalan kembali masuk kedalam mobilnya.
Sementara itu Alpha yang sedang berada di atap sebuah gedung, masih membayangkan kejadian yang dialaminya, kejadian itu masih menyisakan kesan indah di benaknya dan ia menatap langit sore sambil memikirkan kembali kejadian minggu lalu saat dimana ia memeluk Putri sambil menonton film.
Ketika sedang mengingat kejadian kemarin, tiba-tiba handphonenya berbunyi dua kali, panggilan pertama tidak dihiraukan.
When the stars line up and you catch a break, people think you're lucky but you know its grace. Suara nada dering handphone Alpha.
Alpha mengambil handphonenya, menjawab panggilan tersebut dengan berat hati karena manggangu khayalannya dan duduk ujung atap gedung dengan kaki terjuntai kebawah.
Alpha menaikkan nada suaranya. "Hallo, siapa ini?!"
"Jangan marah gitu Al," jawab si penelepon disisi lain.
"Iya, kalau boleh tahu ini siapa, ada perlu apa?" tanya Alpha yang masih merasa kesal.
"Ini aku Putri, lagi dimana Al?" tanya Putri.
Menurunkan nada bicaranya. "Oh Mbak, dikira siapa, lagi di luar."
"Maksud Mbak itu diluarnya dimana? Nanya tempat, bukan malah jawab di luar doang!" tukas Puti yang geram.
"Lagi di tempat teman, ada apa memang? Mbak dapat nomor saya dari siapa?" tanya Alpha yang merasa penasaran.
"Dari teman kamu, tadi Mbak ke kampus nyariin kamu, eh taunya udah pulang kata teman kamu, ada perlu aja sama kamu," tutur Putri menceritakannya.
Alpha sedikit menggodanya. "Cie si Mbak tanya-tanya, suka yah? Lagian udah sore, ngapain juga masih di kampus."
"Ge'er banget kamu Al, Mbak cuman mau ngajak kamu makan, membalas kebaikan kamu waktu itu." Timpal Putri.
"Oh gitu, nanti aja yah Mbak, saya lagi ada kerjaan," ucap Alpha mengelak dengan halus.
"Iya Al, lagian Mbak tahu kok tempat kos kamu, nanti malam Mbak main kesana."
"Gak usah ke tempat kos saya Mbak! Nanti aja kalau malam mau ketemu telepon aja!" bentak Alpha sambil mematikan penggilan tersebut.
Setelah mematikan panggilan telepon tersebut, Alpha turun dari atap dan menyalakan sepeda motor seraya berkendara menuju tempat kosnya, namun di tengah perjalan dia terjatuh karena mengerem mendadak akibat seekor kerbau melintas dengan sembarangan tanpa melihat ke samping kiri atau kanan terlebih dahulu.
Krii-iiit, Ba-aak, Buu-uuk, Gedebuk, Dung, Cee-ees. Suara sepeda motor yang menghantam aspal dengan Alpha yang terpental.
Alpha yang terbaring diaspal mencoba untuk berdiri namun lengan kirinya terkilir, karena adrenalin yang terpacu membuatnya tidak merasakan sakit.
Ia membaringkan dirinya beberapa saat untuk mengembalikan kekuatannya.
Saat Alpha sedang berbaring dipinggir jalan, ada seorang pengemudi mobil menghampiranya dan bertanya.
Pengendara mobil bertanya dengan cemas, "Gak apa-apa Mas?"
"Gak apa-apa Pak, cuman luka sedikit doang kok," jawab Alpha sambil melihat kaki dan tangannya yang terluka.
"Yaudah kalau gak apa-apa Mas," ucap Pengemudi mobil yang berjalan kembali menuju mobilnya.
Alpha berdiri dan kembali menaiki sepeda motornya dan melanjutkan perjalan ke tempat kos dengan luka ditubuhnya.
Setibanya di tempat kos, ia langsung masuk kedalam kamar dan membuka bajunya sambil berdiri di depan cermin melihat bagian tubuh mana saja yang terluka.
Dari refleksi di cermin, terlihat sebuah kalung menggantung di lehernya dengan bandul knuckle brass.
Ia hanya mengalamai luka ringan karena ia terjatuh dan terpelanting ke tanah.
"Aw, telapak tangan, sikut, dengkul, dada, sama muka gua keknya luka, lah tapi kan muka gua pakai helm, oh iya, gua memang udah jelek bawaanya, hahaha," ucap Alpha sambil tertawa.
Alpha berjalan ke kamar mandi untuk membesihkan lukanya sekalian mandi.
Sehabis mandi ia mengobati lukanya dengan betadine dan alcohol, adrenalin yang mulai habis membuatnya kembali merasakan rasa sakit yang luar biasa dari luka-luka tersebut terutama lengan kirinya.
Bangsat sakit banget, keburu gak yah kalau gua ke pijat tradisional dulu? Pijat dulu aja deh. Tanya Alpha dalam hati sembari menatap ke arah jam dinding.
Alpha berjalan keluar dari kosnya menuju rumah pemilik kos-kosan tersebut untuk bertanya mengenai tukang pijat tradisional terdekat yang biasa mengobati luka akibat terkilir.
Alpha berteriak dari depan gerbang seperti menanggil teman sepermainannya pada saat kecil. "Permisi, Om Adi."
"Siapa? Oh kamu Al, ada apa?" tanya Om Adi menghampiri Alpha dan membukakan gerbang.
"Iya Om."
Alpha berjalan masuk ke rumah Om Adi dan duduk di kursi teras depan.
Saat Om Adi di dapur untuk menyiapkan kopi, Alpha membuka jaketnya dan menaruhnya di sampingnya.
Selesai membuat kopi, Om Adi kembali menuju teras dengan kopi di tangannya dan terkejut ketika melihat tubuh Alpha penuh dengan luka.
"Kamu kenapa? Abis kecelakaan? Ayah kamu udah tahu?" ucap Om Adi dengan wajah yang khawatir akan kondisi Alpha. "Om telepon Ayah kamu dahulu, biar mereka datang kesini."
Alpha mencoba mencegahnya agar tidak menelepon ayahnya. "Jangan Om, gak usah telepon Ayah."
"Loh kenapa? Masa anak dari teman Om kecelakaan, terus Om gak ngasih tahu," tanya Om Adi. "Lagian Ayah kamu sudah menitipkan kamu ke Om," ujar Om Adi mengambil handphonenya dan menelepon Ayahnya Alpha.
Om Adi memberitahukan kondisi Alpha kepada Ayahnya dan mereka bertiga berbincang mengenai kondisinya.
"Kayaknya tangan aku terkilir, tukang pijat di daerah sini sebelah mana yah?"
"Dekat kok, Mang Asep yang biasanya suka pijat kayak gitu, kamu tunggu disini aja biar Om yang panggil dia kesini," jawab Om Adi yang berjalan keluar rumah untuk memanggil Mang Asep.
Tak berapa lama, Om Adi pun kembali bersama Mang Asep yang berjalan disampingnya.
Mang Asep mulai melakukan pijatan pada lengan Alpha yang di ikuti suara erangan darinya karena luka yang tak sengaja terpegang oleh Mang Asep saat sedang dipijat.
Selesai di pijat, Alpha kembali ke kamar kosnya dan merebahkan diri diatas kasur.
Ia menatap langit-langit dengan tatapan kosong dan handphonenya berbunyi menandakan ada panggilan masuk.