"Katakanlah satu hal yang bisa membuatku percaya, jika benar adanya kau meninggalkannya karena memang untuk kebaikan kalian bersama"
Kila menghela napas panjang setelah mulutnya lelah karena memarahi Kafka yang tak bukan adalah lelaki yang berdiri dihadapannya saat ini, menolak untuk percaya atas pembelaan atas kelakuannya memutuskan pacarnya seenak jidatnya saja, lelaki seperti apa yang tengah Kila hadapi ini? Lelaki pengecut yang hanya mampu membuang wanita seenaknya, ketika wanita tersebut bersujud mengemis dan menangis untuk mempertahankan hubungan dan cintanya.
Kila merasa muak dan hendak pergi dari hadapan lelaki yang terdiam seribu bahasa di hadapannya, lelaki yang dengan segala perbuatan yang telah dilakukannya, masih saja dianggap sahabat oleh Kila.
"Bisakah kau melihat dari segala sisi La?"
Dilangkah kelima lelaki tersebut berhasil menghentikan langkahnya, dengan kalimat yang menimbulkan senyum sinis di bibir Kila.
"I'm sick of you guys. Mind your business, I'm done" ucap Kila lalu memantapkan kakinya untuk melangkah pergi dan tak lagi berhenti.
***
"Aku sungguh mencintanya Kil, aku belum mampu untuk berpisah dengannya, aku belum terbiasa tanpanya, dan tak akan pernah bisa" ucap wanita yang terlihat sangat pucat dah menyedihkan, yang hanya mampu berbaring ditempat tidur, yang sudah hampir seharian tidak mau makan ataupun minum.
"Cinta seharusnya tidak membuatmu menjadi bodoh Ayu" ketus Kila.
"Kau tak mengerti rasanya menjadi aku! 1 tahun bukan waktu yang sebentar untuk melepaskannya dengan senyuman" ucap Ayu, terdengar jelas suara lemah tak berdaya yang keluar dari mulutnya, Kila lantas membawa Ayu kedalam pelukannya.
Ya... aku tidak mengerti ... aku benar-benar tidak mengerti.... batin Kila.
"Aku tau, mungkin memang benar, semua orang mengutuk hubungan kami Kil... semua orang tertawa atas penderitaanku akibat Kafka yang berselingkuh"
"Ssttt.... sudah Yu, sudahlah..." Kila berusaha untuk membuat Ayu tidak mengingat Kafka lagi, Ayu tidak boleh lagi menangis, Kila merasa capek melihatnya menangis ketika sedang bersamanya.
"Kenapa kau masih perduli Kil?"
pertanyaan yang keluar dari mulut Ayu menarik perhatian Kila, pertanyaan yang juga selalu menghantui Kila, Mengapa ia masih perduli?
"Anggap saja ini bukan bentuk keperdulian, anggaplah ini hanya rasa ingin tahuku, mengapa kau dan Kafka, berakhir seperti ini" jelas Kila.
"Aku tahu kau perduli, seberapa jauhnya kita melangkah berjauhan Kil, aku tahu, kapanpun aku kembali dan butuh pundak untuk bersandar, kau akan meminjamkan pundakmu." Ucap Ayu yakin.
Kila menghela napas panjang.
"Kau sahabatku, begitu pun Kafka.. kalian sahabatku, walaupun aku pernah kalian campakkan" balas Kila yang mampu mengunci rapat mulut Ayu.
Benarkah ini bentuk perduliku? atau sekedar rasa ingin tahu? atau bahkan kemenangan kami. batinnya.
***
"Mereka beneran putus Kil?" Syifa salah satu sahabat setia Kila bertanya dengan penuh semangat.
"Hmm" jawab Kila seadanya, Syifa mengguncang-guncangkan bahu Kila seakan dia benar-benar ingin tahu keseluruhan cerita.
"Detail please!" rengeknya.
"Kafka selingkuh" jawab Kila lagi, dia merasa jawabannya tersebut sudah cukup untuk menjelaskan segalanya.
"Mampusin gak nih?"
"Bodo" Kila menyeruput minuman Syifa yang terasa menyegarkan ditenggorokannya.
"Kil, bayangin satu sekolah tahu mereka putus! Aku yakin Ayu bakalan dijadiin bulan-bulanan mereka! apalagi penyebabnya karena diselingkuhi Kafka" ucap Syifa penuh semangat.
"Syif please... dont be so mean. Keep your mouth"
"Emang mereka minta dirahasiain?"
"Engga sih, cuma yaudah lah kasian juga"
"Iya sih kasihan."
Hening beberapa saat. Kemudian Syifa membuka topik kembali, "Kau percaya Kafka selingkuh?" tanya Syifa.
"Kau?" Kila kembali bertanya.
"Semua orang tahu si bucin Kafka cinta mati sama Ayu, sulit rasanya percaya dia selingkuh" Syifa berpikir keras kemudian melihat kearah Kila.
"Now what?" tanya Kila
"Udah dengar cerita Kafka?" Tanya Syifa kembali.
"Why should I do that?"
"You should! to make it clear Kil!"
"Kau pikir kita masih harus perduli dengan mereka berdua?"
"Aku tahu kau perduli, seberapapun kau bilang kau membenci mereka, come on! seorang Kila pasti akan selalu ada rasa perduli."
"Oh Damn it! such a bullshit" Kila memaki.
Ntah untuk siapa makian tersebut, mungkin untuk dirinya sendiri.
Syifa tertawa melihat raut wajah Kila yang kesal.
###