Chereads / Bos Mafia Kejam dan Jingga / Chapter 3 - Bab 03. Perkenalan.

Chapter 3 - Bab 03. Perkenalan.

Aku, panggil saja Alcandor. Seorang 'Bos Mafia Kejam' yang tersembunyi di dalam kota besar. Aku bisa saja membunuh siapa pun yang menyenggol kulit dan perasaanku dan aku tidak takut dengan hal apa pun yang mengancam nyawa ku. Tapi jangan, tapi jangan orang yang telah menolong diriku dan menyelamatkan nyawa ku di saat hujan badai mengguyur seisi Bumi. Aku memang bukan orang baik, tapi setidaknya aku memiliki sedikit rasa kasihan dan rasa terimakasih dengan orang yang telah menolong diriku.

Aku melajukan mobil pribadi milikku meninggalkan gedung yang penuh dengan mayat orang tidak layak untuk hidup di muka Bumi ini.

Kedua mata ku menatap lurus ke jalan, kedua tangan fokus mengemudi. Aku terus melajukan mobilku dengan sangat kencang menuju kota kecil yang membutuhkan jarak tempuh 3 jam dari kota ini.

3 jam sudah berlalu, pukul 18:45 sore. Akhirnya aku sampai di kota kecil di mana diri ku di serang secara membabi buta. Aku memperlambat mobil yang aku kendarai, saat mobil ku masuk ke pusat pasar yang berada di tengah kota dimana banyak orang yang masih melakukan aktivitas. Kedua mata ku menjadi liar, aku mencari wanita penjual koran yang tadi siang berjualan di pasar ini. Tapi aku tak menemukan wanita itu.

Aku mengepal tangan kananku, memukul stir kemudi. "Sial." Keluhku di dalam mobil. Aku menghidupkan mesin mobilku kembali. "Sebaiknya aku pergi saja, besok aku akan kembali lagi." Ucapku sendiri. Aku memutar stir kemudi meninggalkan pusat pasar yang berada di tengah kota.

Mobil sengaja aku lajukan pelan agar aku bisa bertemu dengan wanita yang aku cari, kedua mata terus liar menatap sekeliling tempat dan lorong kecil yang berada di pinggiran toko. Karena hari mulai gelap, aku pun melajukan mobilku dengan kecepatan sedang.

Kedua mataku tiba-tiba terusik dengan 4 orang pria yang sedang mempermainkan seorang wanita di dalam gang sepi dan juga gelap. Aku menghentikan mobilku, kedua mata melirik sedikit ke dalam gang dan 4 pria yang sedang mengelilingi wanita yang sedang duduk di atas trotoar dalam gang sepi.

Sudut bibir atas aku naikan sedikit. "Dasar manusia tidak bermanfaat, bisa-bisanya mengeroyok seorang wanita." Ucapku masih memperhatikan permainan dari 4 orang pria dari dalam mobil Jeep rubicon serba hitam milikku.

"Tolong…tolong." Terdengar suara wanita meminta tolong dari gang sepi tersebut. Wanita tersebut berdiri, ia berusaha melarikan diri dari 4 pria yang mengepung dirinya. Tapi dirinya tidak mampu menghadapi kekuatan dari 4 pria yang mengepung dirinya sehingga dirinya tidak bisa kabur.

Rambut panjang menutupi wajahnya, sehingga aku tak bisa melihat jelas siapa wanita tersebut dari sebrang pasar. 2 di antara pria tersebut menarik kedua tangan wanita tersebut, memepetkan tubuhnya ke dinding, kedua lengan wanita tersebut di pegang oleh 2 orang pria, 1 orang pria sedang membuka gesper miliknya, 1 orang pria menyibak rambut yang menutupi wajahnya.

Kedua mataku membesar saat aku tahu siapa wanita yang saat ini sedang mereka permainkan, tanpa pikir panjang aku keluar dari mobil, langkah tegap berjalan mendekati mereka.

"Ba…jingaan." Teriakku.

Bam…

Buk..

Bam..Bam.

Aku melayangkan kaki kananku ke seluruh kaki dan tubuh 4 orang pria tersebut, kedua tangan melayangkan bogem mentah tepat di wajah, dan perut. Setelah aku cukup puas melampiaskan kekesalanku, lengan kanan yang masih terbalut perban terasa denyut, perut dan punggunggu ku juga. Aku menundukkan sedikit tubuhku, tangan kanan memegang perut yang masih terbalut perban.

"Akh. Kenapa rasa sakitnya belum juga hilang." Keluhku pelan.

Saat aku masih merasakan perih bekas luka yang aku dapatkan, kedua telingaku mendengar isak-tangis yang terasa pilu.

"Hiks…Hiks."

Wanita tersebut sedang duduk, kedua kaki di tekuk, kedua lengan di letakkan di atas kedua lutut, wajah bersembunyi di balik kedua lengan.

Aku mencoba menarik nafas, aku berusaha untuk tidak menghiraukan rasa sakit yang aku rasakan. Aku berjalan mendekati wanita tersebut, aku jongkok di depannya.

"Apa yang sedang kamu tangisi?"

"Aku sangat takut." Sahut wanita tersebut dengan suara gemetar.

"Apa yang kamu takutkan?"

"Kesucianku yang akan hilang dengan sia-sia." Sahut wanita tersebut polos.

"Hahaha." Jawaban yang tak pernah aku pikirkan sama sekali dari seseorang. Wanita ini sangat polos sehingga ucapannya membuat aku tertawa geli. Aku terpingkal-pingkal hingga kedua tangan memegang perut, bokong duduk di atas trotoar. "Emang penting?" Tanyaku kembali.

Wanita tersebut mengangkat wajahnya, kedua pipi di basahi cairan bening, kedua tangan menyekak kasar ingus dan cairan bening.

Wanita tersebut mengangguk. "Penting." Ucapnya polos. Kedua mata basah menatap wajahku yang masih ingin tertawa.

4 pria yang mengganggu wanita tersebut sudah tidak bernafas, mereka terbujur kaku dengan tubuh di penuhi luka dan memar.

Aku berdiri, tangan kanan mengulur. "Aku Tedy. Kamu siapa?" Ucapku memperkenalkan nama yang sengaja aku samarkan dari nama asli ku. Itu semua karena aku tak ingin ada orang lain yang mengetahui siapa nama asli ku dan aku harus menutup rapat-rapat identitas ku.

"Jingga. Nama aku Jingga." Sahut wanita tersebut menyambut uluran tangan kananku.

"Kalau begitu mari aku antar kamu pulang."

"Ti-tidak perlu, rumahku tidak jauh dari sini. Aku bisa pulang sendiri." Sahut Jingga menolak tawaranku. Ia berdiri, mengambil tangan kanannya kembali. Kedua tangan membersihkan baju yang kotor, ia mengulurkan tangannya ke sebrang jalan. "Rumah aku di sebrang sana, tempat di simpang tiga belok kanan terdapat gubuk kecil milikku." Ucap Jingga memberitahu diriku dengan sedikit gugup. Jingga menundukkan sedikit tubuhnya. "Aku permisi pamit pulang dulu."

Aku tertegun, kedua mataku menatap kepergian wanita polos yang lupa siapa diriku. Jingga. Ia, itu dia nama wanita yang telah menolong diriku. Aku sangat hafal suara wanita yang menolong diriku, meski aku tidak melihat langsung wajahnya tapi aku sangat yakin suara lembut dan tangan hangat itu adalah dirinya.

Apa yang membuat wanita tersebut melupakan wajahku?

Drrt…drttt.

Suara dering ponsel milikku membuyarkan pikiran dan lamunanku, saat aku tersadar aku sudah melihat Jingga berbelok arah dari simpang tiga ke sisi kanan, arah jalan rumah yang ia beri tahu kepadaku.

Dering ponsel terus berbunyi, aku segera mengambil ponsel dari dalam saku kemeja milikku, kedua menatap nomor pribadi milik anak buahku, tangan kanan menekan tombol hijau.

["Halo." Sahutku dari sini.]

["Halo, Bos. Maaf jika saya mengganggu. Saya sudah mencari tahu siapa nama gadis dan alamat rumahnya. Gadis itu bernama Jingga, dia tinggal tak jauh dari pusat pasar yang berada di tengah kota. Dari tengah kota menuju jalan sedikit sepi terdapat simpang tiga, rumahnya belok ke sisi kanan kalau dari pusat pasar yang berada di tengah kota." Ucap salah satu anak buah yang aku suruh mencari tahu informasi siapa nama wanita yang menolong diriku.]

["Aku baru saja bertemu dengan dirinya. Aku tutup panggilan telepon, kalian cari tahu terus informasi siapa dalang selain mereka." Tegasku memberi perintah baru kepada anak buah.]

["Baik, Bos."]

.

.

Aku segera menyimpan ponsel ke dalam saku jaket milikku. Kedua kaki berlari ke sebrang jalan dimana mobil milikku terparkir. Aku membuka pintu mobil, aku menghidupkan mesin mobil dan langsung melaju kencang menuju arah jalan yang di berikan anak buahku.

Saat aku memasuki jalan menuju rumah Jingga, aku memperlambat mobilku. Kedua mata menatap seorang wanita paruh baya berdiri di hadapan Jingga, tangan kanan menarik rambut panjang Jingga hingga tubuhnya terjatuh di atas trotoar jalan. Aku mengeratkan kedua tangan memegang stir kemudi mobil.

"Kenapa wanita ini sungguh lemah. Apa dirinya tidak bisa membela dirinya sendiri sehingga membiarkan orang lain untuk menyakiti dirinya." Gerutu sendiri di dalam mobil.

Aku segera keluar dari mobil, kedua kaki aku langkahkan mendekati Jingga yang masih duduk di atas trotoar jalan. Aku mengentikan kedua kakiku di belakang Jingga. Kedua mata menatap tajam wanita paruh baya yang berdiri di depan dirinya.

"Jingga. Ternyata kamu wanita simpanan! Kenapa kamu tidak bilang jika kamu memiliki om tampan seperti pria yang di belakang kamu." Ucap wanita paruh baya tersebut.