Chereads / UnReach / Chapter 13 - 13. Ketahuan kau Michael

Chapter 13 - 13. Ketahuan kau Michael

Sepanjang jam pelajaran di sekolah aku lewati begitu saja. Tak ada ketertarikan seperti biasanya dengan materi dan catatanku. Tobias sesekali mengusikku dengan rengekannya dan berbagai pertanyaan tentang beberapa materi yang tak ia mengerti.

Sudah berkali-kali aku tegaskan padanya, jika ingin bertanya dan mendapatkan jawaban yang memuaskan, lebih baik bertanya langsung pada guru, bukan padaku. tapi ia berkata lebih nyaman mendapatkan jawaban dariku meski itu masih meragukan.

Sebenarnya hal ini jugalah yang memotivasiku untuk belajar dan mengetahui lebih banyak dari anak lain. Sehingga, saat tobias bertanya aku bisa menjawabnya dengan benar. Aku merasa bangga, ketika ia berpikir bahwa aku tahu segalanya. Pengakuan tobias, orangtuaku dan orang-orang di sekitarku membuatku merasa bahwa aku istimewa. Maka itu, aku harus terus berusaha mewujudkan ekspektasi mereka.

Aku ingin menjadi lebih istimewa lagi, dengan berada terus di atas. Dengan menjadi sempurna dalam segala hal. Kecuali bergaul. Karena ibuku pun tak pernah menuntut ku untuk memiliki teman.

.

.

.

Aku melewati gerbang sekolah yang besar dan ramai, menuju jalan biasanya yang lebih cepat ke arah rumah. Melewati taman yang kamarin aku kunjungi bersama Michael. Aku iseng memasukinya, duduk di salah satu bangku taman yang dipernis mengkilat kecoklatan.

Meraih ponselku dari dalam saku baju dan membukanya. Sebuah pesan dari ibuku, ia menanyakan kabarku dan perkembangan belajarku. Baginya, aku mungkin hanya sebuah tropi.. Terkadang kehidupan seperti ini membosankan. Aku bahkan tak tahu apa yang benar-benar aku inginkan, akan jadi apa aku kedepannya, jurusan apa yang akan aku ambil di dunia perkuliahan nanti.

Selain dari pilihan ibuku, aku hampir tak pernah memikirkannya.

___________________________________

to: Mama

from: Maria

Aku baik ma, berat badanku naik 1 kilogram saat aku menimbangnya kemarin. Aku rasa karena akhir-akhir ini nafsu makanku bertambah. Terakhir aku mendapatkan nilai A+ pada pelajaran sejarah dan biologi. Hanya kimia yang mendapatkan nilai B. aku akan belajar lebih dari paman untuk hal itu.

__________________________________

Butuh waktu 15 menit untuk mendapatkan jawaban kembali dari ibuku, setelah aku mengirimkan pesanku.

___________________________________

to: Maria

from: Mama

Bagus, semangat.

__________________________________

Hanya itu jawaban darinya. Singkat. Aku yakin saat ini dia sedang berkumpul dengan teman-teman satu kastanya, membicarakan seberapa berhasil bisnis mereka dan seberapa membanggakan anak-anak mereka.

Aku mendesah, menatap langit sore yang cerah hari ini. Sudah berapa menit aku disini? bukankah aku harus pulang dan belajar?

Kenapa rasanya sebosan ini?

Sebuah getaran di dalam tas ranselku membuatku terkejut, aku cepat-cepat mencari dari mana asalnya itu. Rupanya ponsel Michael berdering. Ada panggilan masuk dari nomor yang belum di simpan. Aku mendadak bingung. Apakah harus aku angkat atau aku biarkan saja?

Jika aku angkat, aku takut jika ternyata seseorang disana adalah orang yang patut di jauhi. Tapi jika tidak aku angkat, mungkin saja panggilan ini adalah Michael yang ingin mencari ponselnya.

Tapi.. jika dugaanku benar soal kecerobohan Michael adalah hal yang disengaja, maka aku tak harus mengangkatnya.

Aku kembali menyimpan ponsel Michael ke dalam ranselku dan bergegas pulang. Aku akan mengembalikan ponsel ini dengan segera. Tak akan aku biarkan dia meninggalkan apa pun lagi yang membuatku harus repot-repot datang ke daerah tempatnya tinggal dan bekerja.

***

"Michael sudah tak berkerja di sini lagi sejak kemarin." Salah seorang pelayan bar tempat Michael bekerja, yang aku temui saat membuang sampah menjelaskan padaku.

Tentu saja aku terkejut. Kemana aku harus mencari makhluk tampan itu?!

"Apakah kau tahu tempatnya tinggal? ada benda miliknya yang tertinggal padaku. Aku harus mengembalikannya."

"Maaf, sayangnya aku tak tahu alamat rumahnya atau dimana ia tinggal. Yang aku tahu dia punya kenalan seorang montir di bengkel dekat persimpangan jalan ini. Mungkin kau bisa bertanya padanya."

Informasi setengah-setengah begini membuatku kesal! Tapi dia sangat ramah dibandingkan pelayan bar yang lain. setelah berterimakasih dan pamit pergi aku berjalan cepat-cepat menuju persimpangan. Mencari sebuah bengkel yang pelayan bar tadi katakan.

Agak jauh ternyata, aku sampai terengah-engah karena lelah berjalan. Akhirnya setelah hampir satu kilometer aku berjalan, aku melihat sebuah bangunan berlantai dua dan tampak terlihat seperti bengkel meski tanpa sebuah plang diatasnya, Aku tanpa ragu menuju ke tempat meja kasir, bertanya pada seorang pemuda yang memakai pakaian overall kebesaran dengan banyak noda oli.

"Permisi, apakah disini ada yang mengenal Michael?" Agak ragu bertanya, karena pemuda itu justru malah menatapku dari atas hingga bawah lalu kembali pada wajahku.

"Michael siapa?" ia malah balik bertanya.

Ah.. benar-benar sia-sia!

"Bercanda!" pemuda tadi tertawa melihatku merengut. "Mika! ada yang mencarimu!" Ia bangkit dari duduknya dan menaiki sebuah tangga di ujung ruangan ini. Tak lama ia turun disusul dengan pemuda pirang yang aku cari. Michael.

"Ah! Maria!" Ia terkejut melihatku dan buru-buru mendekat.

Cih! dia terkejut? padahal aku yakin dia sudah tahu aku akan mencarinya kan?!

"Wanitamu yang mana mika?" Pemuda tadi iseng menggoda Michael, ia menendang bagian belakang Michael dengan pelan.

"Sialan! Jangan sembarangan!" Ia meninju pelan wajah temannya sambil tertawa. Aku agak tak nyaman dengan sebutan itu. 'wanitamu yang mana?' itu berarti Michael punya banyak teman wanita atau bahkan lebih dari itu.. mereka semua adalah kekasihnya?

Aku tak sadar mendengus dengan kasar, rasanya kesal dan ingin segera pulang. Michael menyadarinya dan memintaku untuk pindah ke tempat lain. Aku menolaknya, jujur saja aku sudah lelah berjalan. Ingin segera pulang. Mungkin setelah menyerahkan ponsel Michael aku akan memesan taksi untuk pulang.

"Ponselmu Michael, Ku harap kau tak teledor seperti ini lagi." Aku menyerahkan benda pipih metalik itu pada pemiliknya.

"Maafkan aku, aku benar-benar lupa." katanya sambil cengengesan.

"Lupa? Bukankah kau sengaja?" aku memicingkan mata, jelas sekali wajah tak sukaku membuat Michael tak nyaman.

"Apa maksudmu?"

"Kau memberikan aku alat-alat keamanan diri, Lalu kau meninggalkan ponselmu. Bukankah itu terlalu mecurigakan? sebelumnya juga. kau menyimpan nomormu di dalam ponselku lalu meninggalkan helmmu begitu saja, padahal kemarin kau malah bersikukuh agar aku memakai helm demi keselamatan. Orang yang memikirkan keselamatan tak akan meninggalkan helmnya begitu saja!"

oh.. Aku merasa sudah menjadi detektif sekarang.

"Kenapa kau berpikir begitu?" Michael memiringkan wajahnya.

"Karena memang begitu kan?"

Michael tak menjawabku, hanya menatapku sesekali lalu melihat ponselnya. Aku tak tahu apa yang sedang ia pikirkan dan rasakan. Tapi wajah sedihnya, wajah takut dan merasa bersalahnya. Membuatku tak tega untuk melanjutkan rasa kesalku.

"Jangan-jangan kau melakukan hal itu agar punya alasan untuk bisa terus bertemu denganku?" Aku ragu-ragu bertanya, sambil terus memperhatikan wajah Michael yang ia alihkan ke arah lain. Ia menghindari tatapanku. "Michael?"

Ia menghela nafas lalu menatap mataku, menarik pergelangan tanganku dan membawaku ke luar dari bengkel. Berjalan hingga ke persimpangan, duduk di bangku yang tersedia di pinggir jalan.

Aku mengikutinya dan masih memperhatikan raut wajahnya yang gundah.

"Ya, aku hanya ingin agar kita terus bertemu." mata hijaunya berkilauan menatapku.

***