Prolog.
Rian adalah seorang pemuda tampan lulusan fakultas keguruan yang ditempatkan di sebuah desa,setelah dia lulus mengikuti tes penyaringan guru menjadi pegawai negeri sipil.Tubuhnya atletis dengan kulit sawo matang, tinggi seratus tujuh puluh centimeter, rambut pendek berombak dengan penampilan penuh wibawa. Rian senang ditempatkan di desa supaya bisa melupakan kekasihnya yang telah meninggal di kota tempat dia kuliah.
Tetapi sesampai di desa tempat dia mengajar malah ada siswa kelas dua belas yang mirip sekali almarhumah pacarnya. Berharap untuk melupakan Ria malah semakin mengingatnya.
Rian adalah idola di SMA itu, bukan hanya siswi melainkan ada juga ibu guru yaitu ibu Neli. Sejak pandangan pertama bu Neli sudah jatuh hati pada Rian, tapi Rian biasa saja tidak menanggapi. Karena tidak direspon Rian, maka bu Neli membully Ester yang diketahui disukai Rian.
****
Ester adalah gadis cantik, anak kepala desa. Dia murah senyum dan baik pada semua orang. Bodynya tinggi semampai dengan kulit kuning langsat. Di kedua pipinya terdapat lesung pipit. Rambutnya panjang sampai di pinggang yang selalu diikar tanpa poni Hidungnya mancung dengan alis tebal dan bulu mata lentik. Tak hanya itu, suaranya juga bagus membuat siapapun yang mendengarnya merinding, pokoknya dia pantas mendapat julukan kembang desa. Di dalam kelasnya, Abram mulai dari kelas sepuluh sudah punya perasaan khusus buat Ester. Ketika ada acara nikahan sepupu Ester, Andika berduet dengan Ester membawakan sebuah lagu. Andika adalah sepupu suaminya Adol. Sejak kegiatan duet tersebut Andika menjebak Ester hingga Ester kehilangan mahkota kesuciannya.
Bagaumana kisah cinta anak Adam dan Hawa di sebuah desa yang sejuk, indah dan tenang?. Apakah percintaan antara Rian dan Ester sampai ke jenjang pernikahan? Silahkan baca selengkanya dalam novel PESONA GADIS DESA. Bahasanya asik dan.mudah dicerna.
Bab 1
Perkenalan
Rian turun dari mobil penumpang pukul lima sore di desa yang ditunjuk oleh pemerintah untuk tempatnya mengabdi sebagai guru. Sejauh mata memandang nampak pepohonan diselingi petak-petak sawah. Bangunan SMA berbentuk huruf U berada di tanah datar diatas bebukitan dan di samping ujung kiri kanan ada bangunan mungil yang masing-masing tiga petak Rian berdiri di pintu kedua ujung sebelah kanan
"Saya Silas guru Komputer. Selamat datang Pak Rian semoga betah di sini.",Rian mengangguk dan tersenyum,
Silas membuka grendel pintu kemudian mereka masuk membawa barang dibawa Rian. Rian sangat tampan, badan atletis demgan hidung mancung, rambutnya ombak-ombak kecil.Tak lama kemudian Ani, Rice, Neli dan Welni ikut bergabung, Mereka adalah ibu guru yang menempati bangunan mungil di sebelah kiri bangunan sekolah.
Setelah Silas dan teman-tenannya pulang, Rian menata semua barang-barang di tempatnya. Di rumahnya di kota Ibunya membantu menyiapkan perlengkapan yang dibaws Rian. Selimut tebal baju panas, penutup kepala, kaos kaki disiapkan ibunya Rian. Beliau seperti lebih banyak tahu desa ini dari teman-temannya.
Untung Rian selalu mandiri waktu kuliah. Sekarang, ketika ditempat saat sudah kerja begni tidak ada masalah. Tidurnya pulas sekali di bawah selimut tebal. Dia melihat jam tangannya pukul enam, Dia bangun berdoa dan menyiapkan sarapan dan segelas kopi. Dia memasak air dibelanga yang disiapkan ibunya untuk masak air untu mandi. "Terima kasih ibu untuk segalanya", batinnya.
Pukul tujuh dia sudah berada di ruang guru. Tak lama kemudian pak kepala sekolah datang disusul pak Silas yang merupkan wakil kepala sekolah bagian kurikulum, guru - guru lain mulai berdatangan. Ibu Neli memperhatikan pak Rian yang sedang asik berbicara dengan pak kepsak "Ganteng juga ini pak Rian,cara senyumnya enak dilihat" , guman bu Neli. Lonceng berbunyi tanda masuk mengajar. Pak kepsek duluan berjalan diikuti Rian.
"Selamat pagi anak-anak",pak kepsek memberi salam, Rian di sampingnya tersenyum dan mengangguk.
"Selamat pagi juga pak",.siswa menjawab serempak, ada yang berbisik-
bisik memandang Rian.
"Pagi ini bapak akan memperkenalkan Pak Rian yang akan mengajar kalian Fisika",'kata pak kepsek.
"Status Pak?",Yosef ketua kelas bertanya,"Uh...uh...uh..,"serempak temannya ber uh uh.
Sambil mengangguk ke pak kepsek Rian menjawab," terima kasih, saya masih single"
"wah ada saingan nih",Abram nyelutuk sambil garuk-garuk kepalanya yang
tidak gatal. Sekali lagi temannya ber uh uh uh. Pak kepsek keluar, Rian melanjutkan aktifitasnya. Dia duduk di kursinya meminta salah seorang siswanya berdoa, Selpi berdiri memimpin doa secara Nasrani karena semua siswa kelas itu beragama kristen.
Rian mengabsen siswa sambil memberi kode di absennya di mana posisi duduk siswa tersebut supaya gampang diingar. Rian memperhatikan siswanya. "Ah benar kata ibuku gadis di desa ini manis-manis dan cantik. Mayoritas kulitnya kuning langsat dengan rambut panjang hitam terurai", bisik Rian dalam haru. Sampai pada nama siswa bernama Ester dia terpana,gadis paling cantik di kelas dengan pipi dihiasi lesung pipit, raut wajahnya mirip sekali mantan pacarnya, Ria, yang telah almarhumah. Bedanya Ria mempunyai rambut sebahu, Ester panjang dan diikat tanpa ada poni, cuma anak-anak rambutnya dekat pelipis bergoyang dipermainkan angin.
Bab 2
Tugas Dari Pak Guru
"Kamu yang bernama Ester ya?,"tanya bu Neli di warung tante Yudit waktu jam istirahat, untung belum banyak siswa masuk di kantin itu. Wajah bu Neli tegang dengan sorot mata yang menakutkan tanpa senyum menatap Ester. Di kantin baru ada bu Neli, Ester, dan Erni.
'Iya Bu," jawab Ester sambil cuma bisa menunduk.
"Aku dengar desas desus pak Rian memacari kamu ya, Itu tidak etis, levelnya jauh sekali. Kebetulan saja pak Rian ditempatkan di sini. Besok lusa pindah. Pak Rian itu sarjana, kamu? tamat SMA saja belum..
"Pak Rian menyampaikan isi hatinya lewat chattingan Bu", Mulut bu Neli membentuk huruf O begitu juga Erni yang menemani Ester.
"Pikirkan baik-baik apa yang aku katakan tadi,"bu Neli memperlihatkan ketidak senangannya.Wajahnya merah padam dengan dada sesak mendengar pengakuan yang polos dari Ester. Bu Neli membayar makanannya dan langsung keluar. Ibu Neli cukup cantik.
"Minta tolong jangan beri tahu sama siapa-siapa ya Er",
"Ok bos. Swear", jawab Erni
Di ruang guru bu Neli duduk termenung. "Ahh Rian memang tampan dan masih muda. Ester juga cantik dan manis", batinnya. Ester gadis ayu dengan suara khas mendayu-dayu, dia adalah penyanyi yang selalu tampil mewakili sekolahnya. Walaupun dia dari SMA di desa setiap bertanding tingkat kabupaten dia selalu mendapat juara dua atau tiga. Itu prestasi yang sudah sangat membanggakan sekolah. Ada rasa geram berkecamuk di dada bu Neli. Anak imgusan! sok cantik! Bu Neli jatuh hati pada Rian, tapi Rian biasa-biasa saja.
Kelas XII semuanya sibuk mengikuti les tambahan setiap hari kerja pukul setengah tiga sore sanpai jam empat. Yang jauh rumahnya bermalam di rumah keluarganya di lokasi pasar dekat sekolah. Tak terkecuali Ester yang jauh rumahnya. Malamnya dia memberitahu ibuknya dia akan bermalam di rumah Vivi,sepuounya dekat pasar karena mulai besok ada les tambahan dari setiap mata pelajaran. Ibunya menyiapkan beras dan sayur mayur yang akan dibawa Ester besok pagi, tidak lupa mengurung ayam yang akan dibawa juga
"Hati-hati Nak ya, jaga diri baik-baik"
"Iya buk, Ibuk juga baik-baik di rumah sama bapak",saya siapkan buku dan baju ganti ya buk", Ester masuk ke kamarnya menyiapkan apa yang akan dibawa besok.
Saat seperti ini dua tahun yang lalu bila ada kegiatan di luar rumah, Ester tak ambil pusing, ada kakaknya, Tius, yang guru SD siap mengantar kemanapun dia pergi. Ester menyeka air matanya, dadanya perih, "Ah mengapa kau melakukan itu? mengpa kau diam saja? membelenggu dirimu dalam bisumu? Ah sakit tak terkirakan membalut kami kakak. Kehilanganmu mengubur separuh nyawa kami pergi bersamamu". Ester masih menangis, rambut yang jatuh di bantal ikut basah hingga akhirnya Ester tertidur dalam kelelahan batin.
Tius anak pertama dari keluarga Ester. Bapaknya pak Luter adalah kepala desa sedangkan Marta ibunya adalah guru SD.
Kakak Ester yang kedua Roni kuliah di fakultas Teknik di Makassar. Tius setelah lulus PGSD dia ditempatkan di desanya menjadi guru SD yang berlainan dengan tempat ibunya mengajar. Setelah Tius terangkat jadi guru PNS dia berkenalan dengan Tati seorang guru honor di sekolahnya. Sifat Tius memang pendiam paling-paling cuma senyum kalau ada sesuatu. Tius anak yang baik suka membantu bapaknya di sawah dan di kebun. Dia suka memelihara ikan mas di sawah mereka. Di kebun, selain tanaman kopi dia juga menanam alpukad dan tamarillo. Tak kalah hebatnya dia juga menanam talas di sawah mereka. Ya! tidak ada hari tanpa kerja. Setelah berkenalan dengan Tati sekitar enam bulan Tius menyampaikan kepada keluarga untuk menikahi Tati. .Orang tua, saudara, dan keluarga setuju. Mereka menikah dan tinggal di rumah khusus guru dekat sekolah. Namun pernah satu hari, pagi-pagi benar Tius datang menangis dihadapan ibu dan bapaknya, katanya Tati sudah hamil empat bulan dari lelaki lain, dia tidak mau lagi tinggal sama Tati.
"Terserah kau Nak,", kata bapak
"saya akan tinggal lagi di sini sambil mengurus surat cerai,"kata Tius dengan mantap Tiua tinggal di rumahnya , Tati juga kembali ke orang tuanya.Tius mengurus cerai di pengadilan sampai keluar surai cerai resmi berpisah. Setelah resmi berpisah Tius tambah pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Sampai suatu sore sekitar pukul enam sore, ibunya membangunkan Tius, tidak ada jawaban. Pintu didobrak bapaknya, ya Tuhan Tius sudah kaku dengan seutas tali di lehernya. Ibuk, bapak, Roni yang kebetulan libur, Ester meratap pilu menghadapii jasad Tius yang sudah kaku. Ibuk dan Ester sebentar-sebentar pingsan. Ahh perpisahan memilukan.
Alarm pukul lima pagi sudah berbunyi Ester mengusap wajahnya; matanya sedikit bengkak karena menangis semalaman. Ester merapikan tempat tidurnya, duduk dan berdoa, kemudian mengambil alkitab dan membacanya. Setelah membaca Alkitab dia ke dapur menyiapkan sarapan. Ternyata ibu bapaknya sudah bangun. Ester mengambil cangkir dan menuang kopi dari cangkir besar.
"Nanti bapak yang antar ke sekolah sambil membawa bekalmu ke tante Rut nak", kata bapak
Terima kasih pak", kataku sambil meneguk kopi
"Airnya sudah mendidih ayo mandi Te", kata ibuk
"Oke buk,"kata Ester sambil mengambil handuk.
Pukul setengah tiga sore sekolah kembali ramai dengan warna warni baju dari siswa kelas dua belas. Kelas Ester akan mendapat pelajaran tambahan Fisika. Rian sudah memberi tahu siswa membawa buku kelas sepuluh Ester yang lemot di pelajaran ini bertekad untuk mempelajarinya sungguh-sungguh.. Pak Rian masuk di kelas disapa dengan siswa selamat sore. Dia minta siswa membuka buku paket dan halamannya. Rian menerangkan materinga diikuti beberapa nomor soal dari kategori yang mudah sedang, sampai sukar. Ester melihat soal di papan tulis, yah!! nomor dua bisa nih. Setelah Ratna mengerjakan nomor satu, Ester langsung angkat tangan mengejakan nomor dua. Diperiksa pak Rian ya betul. Ester senang sekali. Tambah semangat dia belajar. Pak Rian memberikan lagi materi baru diikuti dengan soal enam nomor untuk dikerjakan di rumah. Selpi menulia soal di papan tulis, pak Rian berjalan mengelilingi siswanya perderetan bangku. Sampai di bangku Ester dia berhenti di belakang Ester yang tidak tahu kehadiran pak Rian.
Ester sementara memperhatikan handpone di pangkuannya.
[Te, kita makan bakso di tanteYudit sepulang nanti ya] pak Rian ikut membaca chattingan itu. Ada rasa perih terasa di dadamya. Dia tak ingin siapapun dekat dengan Ester. Ester belum membalas curhatan perasaannya yang telah dikirim pak Rian. "Aku cari akal untuk membatalkan rencana sender pada Ester.", bisiknya Rian dalam hati.
Abram chat Ester. Sebelum Ester membalas ada gesekan di kakinya. Dia melihat ke bawah.Kaki Erni. Esster menoleh ke kiri. Matanya membelalak. Dia menutup mulutnya dengan ke dua tangannya. Dia merasakan mukanya memerah. Teman-temannya cekikikan.
Ternyata pak Rian sudah memperhatikan Ester sekitar sepuluh menit. Ester salah tingkah. Pak Rian memandang siswanya satu persatu dan berkata
" Sejak pertama kali masuk di kelas kalian, Bapak sudah peringatkan kalau sementara belajar pantang main handphone, kecuali pada saat mengerjakan soal hitucngan. Paham?"
"Paham Pak", serempak siswa menjawab
"Karena Ester melanggar kesepahaman kita maka soal tugas ditambah lima nomor. Harus selesai hari Rabu depan", Rian maju ke depan mengambil selembar kertas dari dalam tasnya berisi lima soal diserahkan ke Ester Aduhhh mak!!!! hari ini hari Senin apa bisa mengerjakan soal Fisika yang aduhai sukarnya. Ester memperhatikan soal yang dikasih pak Rian. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Bab 3
Soal Dikerjakan Tuannya
Ester melirik ke Abram yang chatnya tadi dia baca. Untung Ester tidak menulis nama Abram di ponselnya tapi panggilan rumah. Abram memberi kode tentang chatnya tadi. Ester cuma angkat bahu meresponnya. Waktu les sudah selesai. Pak Rian berdiri di depan kelas.
"Anak-anak saya akan membagi kebahagiaan saya dengan kalian. Hari ini ibu saya ulang tahun, tapi beliau jauh jadi saya mengundang kalian makan bakso di tante Yudit saat ini." Kelas menjadi gaduh, ada yang tepuk tangan ada yang pukul mejanya. Cuma Abram kelihatan lesu."Gagal deh rencana aku,tapi tak apa'apa besok masih bisa",,Abram membatin.
Ester dan Erni jalan bareng, tak lama kemudian Abram datang bergabung.
Mereka menuju ke warung tante Yudit dan mengambil tempat di sudut yang berhadapan dengan pintu masuk. Ester duduk di bangku panjang paling ujung dan Erni duduk di sanpingnnya. Meja panjang dengan beberapa camilan diatasnya. Abram duduk di bangku panjang lain bersama tiga teman laki-lakinya pas behadapan dengan Ester, Erni, Selpi, Uchi. Mereka cerita tentang keadaan di les tadi. Abram senyum-senyum simpul sambil menatap Ester. Mereka terdiam tatkala pak Rian dan pak Silas masuk. menempati bangku yang kosong. Siswa berjumlah tiga puluh dua orang tapi berhalangan empat orang jadi tinggal dua puluh delapan. Mereka ada yang mengambil tempat duduk di gazebo dekat warung tante Yudit. Tak lama kemudian datang ibu Welni dan ibu Neli bergabung. Yang kosong tinggal bangku yang ditempati pak Rian maka mereka duduk bergabung. Tante Yudit siap menyiapkan bakso, dia bersyukur pada Tuhan akan rejeki yang dia terima hari ini.Sambil tante Yudit menyiapkan bakso, bu Welni berdiri
"Selamat sore Bapak,Ibu, dan anakku sekalian, kita memgucapkan selamat ulang tahun kepada ibu terkasih pak Rian, semoga panjang umur dan sehat selalu.Ayo kita menyanyi Panjang Umurnya".Selesai memyanyi, ibu Welni memberikan satu permainan karena kuah belum.masak
" Kalian sekarang kelas dua belas. Ibu tanya yang cowok, siapa belum punya pacar angkat tangan," Sambil malu-malu , Yosef, Geri; dan Abram angkat tangan.
"Ada tiga orang. Ibu beri petunjuk kalau di kelas ini tembakannya kasih jempol, kalau bukan di kelas ini gebetannya kasih telunjuk artinya jauuh. Sambil yang lain menyemangati : I shoot you. Oke?," kata Welni. Neli memetik tiga kuntum mawar di halaman sekolah diberi pada Yosef,Abram, dan Geri.
"Kita mulai, silahkan Yosef berdiri sambil pegang mawarnya.Satu...dua...tiga...I shoot you", Warung tante Yudit ramai. Yosef mengangkat jempol berarti cewek yang dinaksir di kelas. Tembakannya jatuh pada Erni. Semua tepuk tangan, Erni malu-malu, wajahnya merona alamiah. Kini giliran Abram memberi tanda jempol. Riuh rendah suara I..Shoot..You.i Abram mengelilingi meja sampai di gazebo diluar, kembali masuk warung dan dia berhenti pas di meja Ester. Dengan menjongkokkan kakinya Abram memberikan bunga mawar merah kepada Estee. Tepuk tangan dan suit suit temannya ramai terdengar. Kini giliran Gery, dia berdiri dan mengambil bunga mawar dari ibu Neli. Geri berdiri dan mengangkat telunjuknya. Teman-temannya uh.uh..ramai-ramai. Gery kembali duduk. Ibu Welni berdiri dan berkata:
"Permainan selesai tapi harus pedekate dulu jangan-jangan Ester atau Erni sudah punya pacar, mengerti?
"Mengerti Bu". Tidak lama kemudian bakso terhidang. Mereka makan dengan lahap apalagi sudah mulai dingin,untung mereka memakai sweater kalau les tambahan
Rasa galau, jengkel, cemburu berkecamuk di dada Rian. Dia menatap Ester yang hanya tertunduk malu. Di sisi .lain Neli bersorak kegirangan dalam hatinya."Permainan brillian", bisik Neli dalam hatinya.
Malam beranjak menyapa diiringi bunyi jengkrik bersahut-sahutan. Vivi sepupunya juga sibuk belajar, bapak, ibuk,dan adeknya Vivi sementara menonton di ruang tengah. Ester mengambil buku Fisikanya dan memperhatikan soal untuk seluruh siswa dan soal hukumannya. Dia mengamati soal itu, yang bisa dia kerjakan cuma tiga nomor.Tiba-tiba handphonenya bergetar. Pak Rian
[Malam cantik. Pertanyaanku itu malam belum dijawab yah. Aku menunggu ini malam Ter]
[Selamat malam juga Pak.Belum sempat menjawab pak. Ini soal Fisika sukar sekali]
![Ah gampang Ter. Tolong foto soal yang sukar baru kirim ke Whàtsappku Tapi ada syaratnya]
[Syaratnya apa Pak?]
[Jawaban pertanyaan kata hatiku]. Ester melamun membayangkan ibu Neli dan Abram.Kedua orang itu silih berganti dalam pikirannya. Kata-kata bu Neli di warung tante Yudit menciutkan nyalinya untuk menjawab 'ya' walaupun dalam hatinya suka kepada pak Rian Di sisi lain Ester memikirkan Abram yang sangat baik tapi dia merasakan Abram adalah hanyalah saudaranya, tidak mempunyai perasaan khusus.
[Sudah tidur cantik?] chattingan Rian mengagetkan Ester. [Aku telpon, angkat ya].Rian menambahkan.
"Hello Pak"
"Iya, bagaimana jawaban pertanyaan saya itu malam, saya suka kamu Ter, Saya tak peduli Abram suka juga sama kamu".
"Bapak lebih cocok dengan ibu Nali. Aku orang kampung, tidak punya ijazah"
"Tak perlu ajar aku. Jawab saja ya atau tidak. Tentunya kamu tahu konsekuensi dari jawabanmu". Rian mulai tidak sabar.
"Aku takut pada ibu Neli. Bapak harus lindungi aku. Jawananku yeeahh "
"Terima kasih cantik. Mana soalnya?."Rian meminta soal Fisika yang Ester tidak tahu. " Besok aku kirim jawabannya ya. Selamat bobok sayang" kata pak Rian dengan rasa berbunga-bunga.
"Mimpi yang indah Pak"
"Dahh"
"Bye".
Perasaan Rian sangat sangat senang.. "Apapun kata orang aku akan terus memperjuangkan cintaku pada Ester. Dia laksana reinkarasi dari Ria. Aku meninggalkan kota kenangam menghindari bayang-bayangmu Ra, walaupun di sana ada lowomgan untukku. Aku tiba di desa ini ternyata kau malah hidup dalam diri Ester.",bisik Ruan.
Pukul lima pagi Ester bangun,merapikan tempat tidyrnya, berdoa, dan membaca Alkitab. Dia mengambil Whatsappnya, ada chattingan Abram tadi malam.
[Ter, thanks ya telah menerima bunga mawar dariku. Semoga kita menjadi pasangan sampai nenek kakek]Ester tersenyum membacanya. "Kau baik Bram teramat baik , selalu menolongku bila aku membutuhkan bantuan. Tapi aku tidak punya rasa khusus padamu,hanya perasaan seperti adik pada kakaknya", bisik Ester pada dirinya.
Bab 4
Rekreasi ke Air Terjun
[PR Fisikanya sudah selesai Bram?] Ester sengaja mengalihkan topik pembicaraan.
[Ya sudah mau aku kirimkan?]
[Boleh boleh]. Ester menjawab sekenanya padahal soal tersebut sudah dikerjakan oleh pak Rian.
[Ter, bagaimana kelanjutan permainan di warung tante Yudit?, Yosef dan Erni sudah jadian loh]
[Maaf ya Bram, maaf sekali lagi aku sudah punya pacar, tapi bagiku kau teman terbaikku seperti saudara. Maaf ya. Pasti masih banyak cewek yang lebih baik dariku. Kau pintar dan baik Bram]. Dengan mengumpulkan keberanian Ester menolak halus cinta Bram.
[Nggak papa Ter. Trims keterusteranganmu. Salam ya pada pacarmu]
[Aku doakan kau menemukan seseorang yang baik]
[Makasih]
***
Les belajar sore sudah akan berakhir hari ini, Ester memberi tahu bapaknya untuk menjemputnya sekalian berterima kasih pada tante Ruth, mamanya Vivi. Saat les berlangsung pak Silas sebagai wali kelas masuk di kelas mengumumkan bahwa kalau Tuhan berkenan kelas Ester akan rekreasi hari Senin, emoat hari lagi ke tempat Air Terjun yang berada di desa tersebut. Siswa gembira mendengarnya. Pak Silas memberi tahu siswa membawa snack, air putih, dan makan siang. Dewan guru makan siangnya akan disiapkan tante Yudit dan akan dibawa penjaga sekolah. Yosef melihat Erni penuh arti, masa rekreasi bagi siswa punya perasaan tersendiri, begitu juga Abram setelah mengetahui jawaban Ester hatinya berlabuh kepada Vero yang kelas sepuluh sudah mempunyai perasaan khusus. Ahhh masa remaja masa paling indah mengenal lawan jenis untuk mempersiapkan diri sebagai manusia seutuhnya. Ester sudah pernah mengunjungi tempat air terjun itu ketika SMP. Pemandangannya bagus dengan petak-petak sawah di sisi kanan kiri dalam perjalanan menujy ke air terjun tersebut. Memang lumayan jauh sih namun air terjun yang airnya putih bersih merapat di gunung yang ditumbuhi pepohonan dan rerumputan liar yang menghijau membuat mata tak lelah memandangnya.
Tempat turunnya air terjun membuat dua lekukan besar menyerupai kolam dua tingkat. Lekukan pertama tempat tibanya air terjun, biasanya ditempati laki-laki berenang karena kolamnya dalam, Sedang lekukan kedua airnya muncul dari sela-sela batuan yqng memgelilingi lekukan tersebut Air jernih mengalir dari lekukan kedua membentuk sungai membelah lahan pepohonan hutan. Di sebelah kiri lekukan kedua di tanah agar rata air muncul dari bebatuan bersusun dan ditadah dengan memakai bambu berderet tiga buah.Karena Ester tidak terlalu pintar berenang maka dia hanya mandi dekat pinggir lekyjan.Ahh indah nian ciptaanMu Tuhan.
Waktu yang disepakati untuk berangkat adalah pukil sembilan. Kepsek bersama guru-guru dan penjaga sekolah dan beberapa siswa naik mobil sampai di halaman rumah Ester, kemudian berjalan kaki sekirar satu jam. Ester membawa nasinya yang dibungkus daun pisang tiga bungkus untuk Rian satu dan siapapun mau makan, lauknya ayam kampung tumis, ikan mas goreng, sayur daun labu siam dan sambal. Rombongan berjalan penuh canda ria. Pak Rian berusaha berjalan beriringan dengan teman-tenan Ester. Bu Neli bersama guru-guru perempuan. Mata bu Neli mencari-cari Abram, dia jalan beriringan dengan Yosef, Erni, Vero. "Jangan-jangan Abram tidak jadian dengan Ester",bisiknya dalam hati. Neli mulai gusar apalagi ketika dia melihat pak Rian memisahkan diri dari deretan guru laki-laki. Dia melihat pak Rian berjalan berjejeran dengan Ester dan temannya. "Huhh menjengkelkan seandainya aku tahu begini untuk apa ikut. Bikin sakit hati saja,"rutuknya dalam hati. Sementara guru-guru yang lain sibuk bercerita diselingi tertawa bersama. Ibu Welni membagikan gula-gula dan memberikan kepada Geri untuk dibagikan kepada rombongan yang ada di depan. Perjalanan kaki yang melelahkan seandainya tidak diselingi dengan camda tawa. Ibu Welni memperhatikan ibu Neli yqng wajahmya cemberut mencoba mrmbuat ibu Neli tertawa. Berhasil, apalagi jejeran pak Rian sudah tidak kelihatan dari pandangan bu Neli.
Kini mereka mulai memasuki daerah air terjun. Gemuruh air mulai terdengar. Di sebelah sana kelihatan sungai mrembelah hutan pepohonan. Bunga edelweis dengan bunganya yang putih bergerombol tumbuh di tebing gunung menambah indahnya pemandangan. Anggrek hutan pun ada yang sudah berbunga bergerombol dengan anakannya. Para ibu guru asik memperhatikan sambil ada yang teriak kepada siswa laki-laki untuk mengambilmya sepulang nanti. Rombongan tiba di lokasi air terjun. Bapak guru dan siswa laki-laki langsung menuju ke kolam atau lekukan atas. Ibu guru dam siswa perempuan berada di kolam sebelah bawah.Mereka bersiap mandi, Ester yang memang tidak pintar berenang hanya mencipratkan air ke tubuhnya sambil berpegangan ke batu-batu yang mengelilingi kolam. Yang pintar berenang masuk ke tengah kolam yang ukurannya agak dalam. Matahari menyembul di sela-sela daun pepohonan nenambah indahnya pemandangan sekitar air terjun.
Bak bidadari turun dari kayangan Ester dan teman-temannya mandi penuh ceriah. Ibu Neli dan ibu guru lain turun berenang. Ibu Neli dengan piawai berkejar-kejaran dengan yang pintar berenang. Ibu Neli mendekati Ester mengajaknya mandi bersama. Tanpa nenaruh curiga sedikitpun Ester mau saja menururuti ibu Neli.
Dalam keadaan bardiri Ester mengikuti ibu Neli, makin lama Ester tidak bisa lagi menginjakkan kakinya, air sudah sampai di ubun-ubunnya, Ester tidak bisa lagi bernapas. Ibu Neli melepaskan tangan Ester dan meninggalkannya berenang menjauh. Hati ibu Neli puas."Mampus kau cewek kampung!! sok canrik rasain lu" Neli merasa senang memperdaya Ester.
Bab 5
Menghadiri Acara Pernikahan
Ketika Vero tidak melihat lagi Ester di tempatnys, dia memperhatikan wajah-wajah orang yang sedang berenang.
"Mana Ester?", Vero teriak mengalahkan suara air terjun di lekukan atas.
" Aku melihatnya berjalan ke arah situ, dia tidak berenang cuma jalan", kata bu Neli sambil telunjuknya mengarah ke tengah kolam, untuk menghilangkan keterkaitannya. Semua panik apalagi teman-temannya tahu Ester tidak bisa berenang.
"Ester hilang", serempak mereka teriak
",Ester tenggelam",meteka riuh rendah teriak. Pak Rian dan.beberapa orang laki-laki langsung turun menghampiri arah teriakan itu. Ibu Neli yang berusaha menghilangjan jejak langsung menjelaskan terakhir dia melihat Ester. Pak Rian menyusuri tempat yang dimaksud ibu Neli..Laki-laki terpencar menyelam menyusuri lekukan itu. Abram dan Yosef langsung menyelam ke tempat pusaran air ditengah lekukan, mereka tahu persis karena mulai dari kecil mereka biasa datang dengan bapakmya mandi di situ. Tenyata betul. Ester terikut pusaran air, Abram teriak minta tolong, pak Rian dan teman laki-laki yang lain berenang mendapatkan Abram yang tengah membopong Ester, yang lain memegang tangan, kaki, dan rambut Ester yang bergelombang sebatas pinggang tergerai di bawah air.Matanya tertutup diam, Vero dan teman-temannya bersama ibu guru menangis melihat keadaan Ester. Ibu Neli hanya diam entah ada apa di kepalanya. Mereka membawa Ester ke tepi kolam. Semua berusah menolong Ester. Pak Rian berusaha membantu pernapasan buatan Akhirnya Ester mulai bergerak dan membuka matamya. Bantuan membangunkan Ester untuk bisa memuntahkan air dilakukan oleh pak Rian dan teman-temannya. Setelah memuntahkan air ibu guru dan teman perempuan mamapah Ester ke tempat pancuran yang dilindungi karung goni untuk bertukar pakaian.
Untung Ester cepat tertolong. Setelah Ester merasa baikan dia hanya duduk-duduk melihat temannya kembali berenang. Ester melihat ibu Neli masih asik berenang juga. "Uhh ibu guru jahat. Otak iblis"umpat Ester dalam hatinya.
****
Hari ini hari pernikahan Adol sepupu Ester yang menjadi guru SMA di desa tetangga. Calon suaminya,Niel, adalah guru dan orang desa tetangga tersebut. Mereka menikah bertempat di rumah tongkonan, tradisional, Ester. Kebetulan Adol adalah alumnus dari sekolah Ester jadi dewan guru diundang. menghadiri pernikahan tersebut. Pengantin dua kali ganti baju, saat peneguhan nikah di gereja dan ketika diteguhkan dari kantor catatan sipil di rumah tongkonan dan resepsi pengantin memakai baju adat. Pukul dua belas pengantin sudah duduk megikuti acara yang telah diatur oleh master of ceremony.. Tamupun dipersilahkam makan sambil diiringi orkes yang selalu dihadirkan dalam acara pernikahan. Ester sering menyumbangkan suaranya apalagi ini acara sepupunya. Suaranya yang membuat merinding orang mendengarnya membuat pak Rian tetap duduk manis walaupun orang sekelilingnya sudah antri ambil makanan, setelah Ester selesai menyanyi pak Rian berdiri mengambil makanan. Ester belum turun dari.panggung, naik seorang pemuda tampan namun sedikit urakan membisiki Ester. Pak Rian sudah duduk makan dan tetap memperhatikan Ester. Musikpun mengalun ternyata lelaki itu meminta Ester berduet dengannya. Suara duet mengalun indah menemani orang yang sedang makan. Lagu sudah habis, Ester turun bergabung di lokasi duduk ibuknya bersama tetangga-tetangganya, karena pak Luter ayah Ester duduk di lumbung bersama aparat desa.. Pak Rian duduk di tempat khusus undangan.
Andika, lelaki yang mengajak Ester berduet adalah sepupu pengantin pria. Demgan pemuh sopan Andika menyalami ibuknya Ester dan orang dekat duduk dengannya. Pak Rian terus memperhatikam lelaki itu dan di mana Ester duduk. Akhirnya Ester minta permisi untuk bergabung dengan teman-temannya pelayan, yang merupakan gadis di lingkungan tongkonan tersebut Saatnya salaman dengan pengantin. Sudah ada tempat duduk kosong dekat pak Rian maka Ester datang mendekatinya.
"Terima kasih sudah datang Pak", kata Ester berbasa-basi
Bab 6
Jebakan Andika
",Sama-sama cantik. Suaramu bagus sekali. Tapi aku lebih suka klau kamu nyanyi sendiri,"sahut Rian dengan rasa cemburu yang tidak bisa disembunyikan.
",Ayo kita naik bersalaman dengan pengantin Pak, maaf ya Ester,"pak Silas datang memberi tahu pak Rian waktu orang yang bersalaman dengan penganrin sudah mulai berkurang.
"Ayo Ter bersama-sama semoga suatu saat kita yang duduk di sana,"sahu pak Rian. Pak Silas dan Ester sama-sama mengaminkan.
Pulang bersalaman pengantin pak Rian dan pak Silas mendekati lumbung tempat aparat desa duduk untuk bersalaman Di sana juga duduk bapaknya Ester yang adalah kepala desa. Ester terus mendatangi ibunya yang duduk dengan tetangga Ester di pondok, tiba-tiba datang juga Andika bergabung. Ester merasa gerah dengan kehadiran Andika. Pak Rian muncul bersama pak Silas, mereka menyalamami ibunya Ester tetapi tidak peduli dengan Andika.
"Ter, bisa singgah di rumah ngecas handphoneku", pak Rian melihat pada Ester yang duduk berdekatan dengan Andika. Ibunya juga Ester berdiri, tanpa ada yang undang Andikapun ikut di belakang mereka.
"Mau ke mana?", tanya pak Silas kepada Andika. Dia melihat pak Rian tidak suka Andika berada di tengah-tengah mereka.
"Mau pergi ke rumahnya Ester", jawab Andika enteng. Andika adalah guru Olah Raga di sekolah Adol dan sepupu Niel suami Adol. Mereka berdiam diri, Rian sengaja beriringan jalan sama Ester dan ibunya. Pak Rian tidak ngecas handphonenya cuma duduk di ruang tamu. Andikapun turut duduk bersama mereka. Ester mau buat kopi untuk tamunya tapi ada chat dari Rian
"Ter, bisa panggil bapak untuk temani kamu di rumah, bete lihat nih cowok ikut-ikut terus. Tak usah buat kopi". Ester telpon bapaknya untuk pulang ke rumah.
Bapaknya Ester sudah ada, pak Rian dan pak Silas pamit, kebetulan motor pak Silas diparkir di halaman rumah Ester. Tinggal Andika dan pak Luter bapaknya Ester di ruang tamu.
"Ehm..begini om, aku mau kenal dekat dengan Ester,"Andika langsung bicara pada pak Luter
"Sejak kapan kalian berkenalan?"
"Baru tadi om",jawab Andika singkat
"Begini anak muda, pulang dulu kapan-kapan baru datang ke sini. Om.mau istirahat dulu"
"Baik om aku permisi" Andika pulang dengan wajah lesu.
Malamnya di meja makan setelah Ester makan bersama bapak dan ibunya,pak Luter membuka pembicaraan keluarga
"Te, kau sudah kelas dua belas hampir ujian, kalau pak guru yang datang tadi dua orang yang ombak rambutnya, yang tolong kau waktu di air terjun ya"
"Iya Pak, dia guru Fisika", sahut Ester sambil tunduk malu-malu. Ibunyapun turut tersenyum mendengar pertanyaan suaminya.
Di tempat Adol, Andika menyampaikan maksud hatinya pada Adol untuk mendekati Ester.
"Adik ganteng 'kan sudah punya Mery, Ester juga kayaknya sudah punya pacar.
"Tidak apa-apa dicoba kak"..Andika mencari informasi waktu pulang sekolah Ester.
Andika bersama sepupunya jalan-jalan ke sekolah Ester. Ester sudah pulang berama Vero dan Erni.Dio,sepupu Andika berjalan beriringan dengan Vero dan Erni sedang Andika beriringan Ester. Anak sekolah sudah pulang semua pas diperjalanan Andika tiba-,tiba terjatuh dan terguling-guling ke semak-semak. Ester teriak minta tolong tapi ada suara gemuruh anak sungai mengalahkan suaranya. Ester mendekati Andika, tanpa disangka-sangka Andika menarik Ester dan.membaringkannya. Ester teriak tapi sebelum teriak mulutnya sudah ditutup kain, dia memberontak,menendang Andika tapi lagi-lagi kakinya diikat tali. Air mata Ester saja yang menjadi saksi betapa Andika berhati iblis. Dia membuka training spack memaksa Ester memgadakan penyatuan. Hancur aku. Hancurr,rintihan pilu Ester tatkala merasakan nyeri di selangkangannya, dan melihat bercak merah di celananya.Ester bergegas bangun tetapi tulang-tulangnya tak punya tenaga.
"Kau laki-laki iblis", dia mengumpat si Andika yang membantumya bangun",jangam menyesal kalau kau menghabiskan masa mudamu di jeruji besi hiks...hiks..hiks" Ester merasa hidupnya hanya seonggok sampah busuk sekarang.
"Begini Ter, aku tetap mempertanggungjawabkan perbuatanku, besok kau bilang kita nikah aku akan urus semuanya"
"Siapa juga mau nikah dengan kau yang tidak menghargai wanita hiks..hiks.hiks". Dengan sekuat Ester mwmukul dan menendang Andika setelah Ester bangun dari rerumputan tempat Andika mengambil barang yang paling berharga baginya. Dengan wajah yang tidak berdosa Andika pasrah saja menerima tendangan, cakaran, dan pukulan Ester. Setelah puas menyakiti Andika, Ester menatap lekat Andika dan berkata penuh nada kebencian
"Sakit yang rasakab akibat tendangan dan cakaean di wajahmu ridak sebrapa dari sakit yang kurasakan".
Ester menyusuri jalan yang selalu dia lalui setiap hari. Tapi hari ini langkahnya tidak meninggalkan irama indah menjemput asa seperti tadi pagi, kini hilang diterbangkan.bajingan Andika. Harapan masa cerah dengan lelaki yang dicintainya yakni pak Rian pupus sudah.
"Mengapa aku mau saja berduet dengan laki-laki bajingan itu. Mengapa aku bertemu dia?",sambil menyeka air matanya Ester terus menyalahkan dirinya berkenalan dengan laki-laki itu.Langit mulai mendung, rintik hujan mulai menerpa rambutnya, wajahnya, titik-titik hujan itu hinggap di baju putih dan rok abu-abunya, swpertinya alampun turut menangis merasakan sakit yang dialami Ester. Ester mengambil payung di tas sekolahnya yang biasa dia bawa. Hujan rintik-rintik terus menemani langkah Ester namun mataharipun hadir menerangi kanpung Ester Satu dua petani berpapasan dengan Ester sambil menghadirkan senyum yang tulus.
Tak lama kemudian pelangi muncul mengitari pesawahan yang membentang jalan yang dulalui Ester. Ester menggulung payungnya dan memegangnya saja, karena masih basah bila dimasukkan ke tas. "Ahh semoga masih ada pelangi muncul dalam hidupku setelah kejadian yang kualami hari ini",bisik Ester pada dirinya. Ester mempercepat langakahnya, rumahnya sudah keliharan, rumah yang selalu dia rindukan.
Bab 8
Ibu Ratna berkunjung dengan Yuli
Setelah sampai di atas jalanan Ester mempercepat langkahnya. Rasanya dia ingin sekali terbang mendapatkan ibunya untuk menangis dan menenggelamkan wajahnya di pelukan ibunya. Dia tidak peduli lagi di mana siiblis itu berada kini.Sampai di rumah dia tidak melihat mobil di tempat parkiran
"Bapak mana Buk"
"Rapat di kantor camat Nak, kenapa matamu bengkak?,Ester belum sempat menjawab ibuknya dia sdah memangis sambil memeluk ibuknya.Ibu Marta menenangkan putrinya mengajak Ester duduk sambil minum air putih. Ester mulai menceritakan dari awal sampai akhir musibah yang Ester temui hari ini.
"Kalau bapak tahu hal ini satu kampung akan mencincang laki-laki kurang ajar itu.Sabar ya Nak. Kau fokus untuk ujianmu saat ini Nak", ibu Marta membelai rambut Ester dan memeluknya. Ibu Marta juga menangi
"Begini Nak, ini rahasia kita berdua untuk saat ini malah bertiga dengan bajingan itu.Jangan lagi gampang percaya laki-laki, jangan terpisah dari teman-teman perempuan.Tidak usah beritahu siapapun dulu Nak. Ayo makan pasti kamu sudah lapar".
"Makasih Ibuk terhebatku, teman dan sahabatku,"Ester memperat pelukannya, mencium lembut ibuknya. Ester makan ditemani ibuknya yang cerita hal-hal yang membuat Ester tersenyum, padahal dalam hatinya ysng paling dalam dia juga sangat marah
Seperti biasa Ester menunggu teman-temannya berangkat sekolah bersama. "Aku harus kuat, tidak boleh cengeng,"bisik Ester dalam hati. Sampai di sekolah ada seorang ibu paruh baya mirip pak Rian tersenyum kepada anak sekolah yang lewat dekat tempat pak Rian ditemani seorang wanita berkacamata, berumur dua puluh empat tahun duduk di bangku dekat pintu kamar pak Rian.
"Ibu, Yuli aku pamit dulu ya, baik-baik di rumah", pak Rian pamit untuk pergi ke sekolah. Rumah guru mungil yang ditempari pak Rian memanjang ke belakang dibagi tiga sekat tripleks satu ruang tamu dengan satu set kursi rotan, satu ruang tidur dengan dua ranjang kayu lengkap dengan kasur dan bantalnya, satu dapur lengkap dengkan meja makan dan kamar mandi. Mungil dan.menyenangkan.
"Yul, kalian 'kan sudah mulai libur.Mungkin ada baiknya kita pulang dengan Rian untuk acara melamar di orang tuamu". kara ibu Ratna,ibunya Rian.
"Bagaimana baiknya Ibu,, kalau kak Rian setuju"
"Kamu 'kan dengan Rian sudah kenal mulai dari TK nanti pisah saat kuliah. Orangtuamu juga sudah kenal dengan kami sekeluarga.". Ibu Ratna menyampaikan maksudnya minta ditemani Yuli yang adalah tetangganya.
Ujian mata pelajaran pertama adalah Praktek Seni Suara, ketika gilirannya Ester, dia menyanyikan lagu daerah Toraja dan satu lagu pop. Penghayatannya luar biasa dengan vocal khasnya membuat siapapun mendengarnya akan merinding.
"Suaranya bagus sekali. Ini belum pake musik sudah bagus apalagi kalau pake musik". kata ibu Ratna mendengar suara dari sekolah.
"Suaranya enak sekali masuk di telinga Bu".jawab Yuli
Rian sudah pulang ke rumah. Kini dia sedang menikmati masakan ibunya tercinta. Yuli sedang jalan-jalan ke pasar dekat sekolah yang bertetapan hari iini. Pasar digelar sekali seminggu. Yuli membeli ubi talas pesanan ibunya.
"Begini Rian, selain Ibu rindu sama kamu, Ibu mau menjodohkan kamu dengan Yuli, orang tuanya juga sudah setuju kok", kata ibu Ratna, ibunya Rian setelah melihat Rian selesai makan.
"Ah Ibu, aku menganggap Yuli itu adikku. Tak lebih Bu. Yuli baik, sopan, dan pintar. Aku menganggapnya adik perempuanku mulai dari dulu Bu. Pasti Yuli juga sudah punya pacar apalagi dia cantik"
"Kalau Kak Rian tidak setuju perjodohan ini tidak apa-apa Kak"tiba-tiba Yuli muncul dan menjawab apa yang dikatakan Rian. Yuli tertunduk dan terus ke dapur menyimpan belanjanya. Ibu Ratna mengikuti Yuli yang sementara menghapus air matanya. Ibu Ratna memeluk Yuli dan mengelus rambutnya, kemudian pulang ke tempat Rian berada.
"Atau kamu sudah punya pacar?",tanya ibu Ratna.
"Iya Bu", jawab Rian
"Guru di sini?"
"Bukan Bu".
"Jadi siapa An. Petugas rumah sakit?" ibu Ratna terus mencari siapa wanita yang sangkut di hati anak laki-lakinya. Yuli memasang telinganya siapa gerangan perempuan yang mengalahkan pesonanya di hati Rian.
" Namanya Ester Bu. Baru mau tamat ini tahun". Yuli yang mendengar jawaban Rian tertawa dalam hati. "Seistimewa apa itu anak SMA sampai bisa menaklukkan hati Rian"
"Rian Rian kau datang ke sini untuk mengajar siswa, bukan memacari dia. Mereka masih panjang perjalanannya, kuliah kalau mampu orang tuanya, cari kerja atau nikah . Kamu itu sarjana Nak, guru yang harus dicontoh. Yuli paling cocok mendampingi kamu."
"Kak Rian bebas memilih Ibu. Aku percaya Tuhan akan memberikan jodoh terbaik bagiku. Aku tetap menganggap kak Rian sebagai kakakku yang terbaik bagiku Bu" , sahut Yuli dari dapur,tidak memaksa Rian untuk menjadikan dia sebagai istrinya. Ahh cinta memang aneh, dia hinggap di manapun dia suka.
Bab 9
Ester Bertemu Dengan Ibu Ratna
Karena Rian terus terang tidak setuju dengan perjodohannya dengan Yuli, ibu Ratna meminta Rian untuk dikenalkan kepada siswa SMA yang memikat hati Rian.
":Kalau begitu, bisakah kami kenalan dengan pacarmu, karena lusa kami akan pulang"
"Kenapa buru-buru Ibu, tinggallah beberapa hari lagi, Ibu masih capek duduk di atas mobil seharian. Perjalanan melelahkan Bu"
"Jawaban kamu lebih melelahkan An," kata ibu Ratna sambil melirik Yuli yang
duduk depan bu Ratna.
"Nggak papa Bu, nanti saya kenalkan Adam sama Ibu", Yuli menyebut sebuah nama yang memang sangat memperhatikan Yuli. Sebenaenya sih Yuli tertarik sama Rian tapi kini harapan itu pupus setelah mendengar keterusterangan Rian. Kini Yuli mencoba menyulam masa depannya dengan Adam yang entah berapa kali Yuli menggantumg jawaban ketika Adam meminta kepastian hubungan mereka. Ibu Ratna menatap Yuli dan Rian bergantian "Yahh sudahlah kalian berhak hidup bahagia dengan takdir kalian masing-nassing", bisik ibu Ratna dalam hatinya.
Yuli adalah ibu guru yang pintar dan luwes, Yuli mau saja diajak ibu Ratna mengunjungi Rian yang memang sejak kecil sudah saling mengenal karena tetangga dekat. Apalagi Yuli suka memgunjungi daerah yang belum pernah dia datangi. "Tak apalah aku membuka hati untuk orang yang punya hasrat hidup bersama merenda masa depan. Adam tidak kalah ganteng dengan Rian, masa depannyapun cerah sebgai kepala cabang bank pemerintah daerah. Oii Adam..sudah ada tempatmu di hatiku",bisik Yuli dalam hatnya sambil tersenyum.
"Yuli, kau adik yang baik yang selalu membantuku bila aku butuh pertolongan, cuma kamu sedikit cengeng dan egois,tapi bukan itu masalahnya sampai saya tidak menerima perjodohan kita. Saya yakin kau pasti mendapatkan seseorang yang akan menyayangmu sebagai pendamping hidup. Saya menyayangmu sebagai seorang kakak tempatmu curhat. Bukan begitu Hawa?",
"Ihh kak Rian mulai kumat sifat meledeknya, saya Yuli bukan Hawa," Ibu Ratna, Rian, tertawa mendengar rajukan Yuli.
"Oke, kembali ke laptop, Adam itu mana gantengan dengan saya", Rian pura-pura bertanya serius.
"Yahh Adam lah, kamu itu paling malas mandi, malas bangun cepat,kalau libur. Pokoknya serba malaslah" ,jawab Yuli. Kekakuan yang sempat terjadi karena keinginan ibu Ratna menjodohkan Rian dan Yuli berangsur cair menjadi cerita adik kakak yang lama berpisah.
"Dengar itu Bu, si cerewet ini sudah punya pangeran tampan yang melebihi ketampanan anak Ibu", Rian menjawab sambil melihat ibunya yang asik memperhatikan mereka. Mereka bertiga menikmati quality time antara ibu dan anaknya.
"Nah sekarang gantiam tanya, cantik mana aku atau Ester?", Yuli memberikan pertanyaan pada Rian.
"Hmm Esterlah, kamu itu jelek sekali kalau nangis kalau pergi main datang hujam bukannya lari malah duduk menangis", mereka bertiga tertawa memdengar jawaban Rian.
Tunggu-tunggu, suaranya bikin terbang ke awan biru? jangan-jangan yang kita dengar itu hari Bu", Yuli melirik ke ibu Ratna.
"Ya betul Yul, tapi kita belum tahu apa itu Ester atau bukan. Kita jangan seperti orang membeli kucing dalam karung.Betul 'kan An?",ibu Ratna melihat pada Rian.
"Semoga Ester bisa bertemu Ibu dan Yuli besok, dan kucingnya lebih indah dari yang diharapkan".jawab Rian membalas peribahasa ibunya.
Ibu Ratna dan Yuli sibuk di dapur menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga. Lombok, sayur, dan daging yang mereka bawa dari kota masih baik karena kampung yang dingin, minyak bimolipun mengental dalam botolnya, nanti mencair kembali kalau mau dipakai dan dicairkan dengan menaruh air panas di baskom dan mencelupkan botol bimoli tersebut bebrapa lama, sampai minyak itu mencair.
Rian sibuk men chat Ester agar besok dia ketemu dengan ibunya karena lusa ibu Ratna dan Yuli akan pulang ke kota.
"Ter, besok ya kamu ketemu dengan camermu, cepat datang bedok yahh".
""Semoga bisa kak Rian"
Setelah chattingan dengan Rian, Ester menjumpai ibuknya yang sibuk menyiapkan malam.
"Buk, kita bicara di kamarku sehabis makan malam ya buk sayang", kata Ester sambil memeluk ibuknya dari belakang.
"Iya anak cantik, ayo ambil piring dan teman-temannya kemudian panggil bapakmu, kita makan. Ikan.mas goreng sambal kesukaanmu sudah masak tuh".
"Sip ibukku sayang". Setelah menyiapkan perlengkapan makan di meja, Ester memanggil ayahnya yang sedang nonton TV untuk makan. Pak Luter memimpin doa mengucap syukur atas rahmat Tuhan melalui makanan malam.ini. Mereka bertiga makan dengan lahapnya, tanpa mengeluarkan suara.
Setelah membersihkan peralatan makan Ester dsn ibunya masuk ke dalam kamar Ester.
"Nak apa kamu sudah haid bulan ini?", tanya ibunya Ester sambil harap-harap cemas jangan sampai hal- hal yang dia takutkan terjadi yaitu hamil.setelah si bajingan Andika merebut kehormatan Ester.
"Iya Buk sudah bersih dua hari yang lalu", jawab Ester sambil melihat kecemasan yang tergambar di raut wajah ibuknya.
"Syukurlah Nak, ibuk tetap.mendoakan yang terbaik untukmu", kata ibunya Ester sambil membelai rambut Ester. Mereka duduk di tempat tidur Ester berhadap-hadapan.
"Begini Buk, ibunya pak Rian datang dan pak Rian meminta saya ketemu beliau besok karena lusa sudah mau pulang. Saya malu buk", kata Ester sambil memegang tangan ibuknya.
"Bersikap biasa saja. Salah tingkah boleh saja tapi usahakan bersikap normal. Ajak temanmu satu untuk temani, tapi salaman kamu yang salaman dulu".
"Iya Buk. Ehh lupa tadi beritahu bapak sama ibuk sehabis makan, saya di terima di fakultas seni di luar pulau melalui penelusuran bakat. Jadi saya rencana kuliah di sana Buk".
"Mudah-mudahan. Tetap jaga diri baik-baik. Nanti ibuk beritahu bapakmu. Ayo kita tidur Nak. Besok toh mau ketemu camermu", kata ibu Marta mengganggu anak gadisnya.
Sesampai di sekolah Ester melihat sudah ada Erni, maka dia menghampiri Ermi.
"Er, boleh nggak tolong aku pagi ini". pinta Ester pada Erni, mereka tidak belajar lagi karena sudah ujian praktek, ujian sekolah, dan ujian nasional. Siswa kelas dua belas hanya datang melihat apakah ada informasi bagi mereka.
"Mau tolong apa Ter, yang penting jangan yang berat-berat yah", kata Erni sambil tersenyum.
" Pulang dari misi kemanusiaan, saya traktir makan bakso", jawab Ester sambil tersenyum juga.
"Kasih tahu dong pertolongan apa yang tuan putri inginkan?"
" Begini Er, bisa temani saya ketemu ibunya pak Rian?",
"Mau mau, sekarang? Ayo, saya temani", Erni menerima tawaran itu dengan gembira. Mereka berjalan menuju rumah pak Rian. Rumahnya masih tertutup. Ester mengetok pintu, tak lama kemudian pak Rian muncul membukakan pintu. Wajah Ester menjadi merona alami, malu bercampur kikuk.
"Selamat pagi Pak", sahut Ester dan Erni bersamaan
" Pagi juga. Ayo masuk..Silahkan duduk", sambut pak Rian yang sudah memakai baju seragam tapi bajunya masih di luar, kayaknya belum memakai ikan pinggang. Ester dan Erni duduk, pak Rian masuk ke dalam memanggil ibunya. Wanita paru baya yang masih cantik dan.mirip sekali dengan pak Rian muncul diikuti oleh seorang wanita berkacamata dan anggun. Ester dan Erni berdiri menyalami mereka sambil menyebut nama masing-masing. Mereka duduk berhafap-hadapan. Ibu Ratna dan Yuli melihat Ester dengan tatapan menilai. "Cantik memang ini Ester. Lesung pipit dikedua pipinya sangat menggemaslan.bila dia tersenyum.Kulitnya yang kuninng langsat dengan rambut panjang sebatas melemgkapi kecantikannya", bisik ibu Ratna dalam hatinya. Yulipun terus memperhatikan Ester dengan pandangan kagum.
" Kalau sudah tammat SMA, rencananya apa Ester?", tanya ibu Ratna. Apapun jawaban Ester sedikit banyak menyangkut juga anaknya. Ibu Ratna, Rian, Yuli, dan Erni menunggu jawaban Ester. Rian berharap Ester menjawab pertanyaan ibunya bahwa Ester alan mengaggur.
"Saya akan melanjutkan di pendidiksn guru fakultas kesenian, puji Tuhan sudah lulus melalui program penelusiran bakat dan minat tante", Ester sekuat tenaga mengumpulkan keberaniannya menjawab ibu Ratna
"Di mana universitasnya?", pak Rian menampakkan kegelisahannya.
"Di pulau Jawa Pak". jawab Ester sambil menunduk.
"Jauh amat dan makan tahun", Yuli sengaja mengaggu Rian yang mulai kelihatan galau. Ibu Ratna mencoba menetralisir leadaan sengan bertanya hal-hal yang ringan seperti berapa bersaudara dan pertanyaan lain yang senada.
Bab 10
Penamatan
Yuli membuatkan mereka kopi dan menyidangkan pisang goreng yang memang sudah disiapkan untuk menjamu Ester hari ini. Mereka berlima mencicipi pisang goreng yang terhidang. Rian menatap Ester penuh cinta yang ternduk malu karena merasa diperhatikan oleh Rian. Olalaa cinta Adam dan Hawa selalu tumbuh subut di mana, kapan, dan siapapun tanpa dibatasi waktu, kedudukan dsn hal-hal keduniaan lainnya. Setelah minum kopi dan mencicipi pisang goreng Ester dan Erni pamit kwmbali ke sekolah
Setelah kopinya habis, Ester dan Erni pamit kembali ke sekolah. Rianpun merapikan baju seragamnya dan beranjak ke sekolah untuk mengajar. Sesuai dengan janji Ester kepada Erni untuk makan bakso maka mereka langsung menuju ke warung tante Yudit. Belum lapar sih mereka namun tidak ada yang mau dibuat di kelas. Tak lama kemudian muncul si ibu pemarah, ibu Neli, Ester dan Erni mengucapkan salam walaupun Ester masih ingat kata-kata dan perbuatan ibu Erni padanya.
"Ibunya pak Rian datang dengan calomnya pak Rian ya", uhh datang lagi ini tukang gosip",kata Ester dalam hatinya.
"Kami baru pulang ketemu ibuya pak Rian Bu", sahut Ester, mengatakan yang sebenarnya.
" Kenapa bisa?",tanya bu Neli kepo
"saya disuruh pak Rian ketemu karena mereka akan pulang besok Bu", jawab Ester yang mulai bete menjawab pertanyaan bu Neli.
Jangan terlalu banyak mengharap sama pak Rian. Lebih baik terima love Abram yang terang-terangan suka sama kamu", sambil bicara bu Neli berdiri dan mendekati tante Yudit membayar makanannya sambil keluar. Ester dan Erni saling memandang mencebikkan bibir mereka.
"Tidak bosan-,bosannya nenek lampir itu kepo ya", Ester menggerutu sambil berdiri membayar ke tante Yudit, Ernipun menunggu Ester dan mereka kembali ke kelas. Di kelas ada wali kelas mereka yakni pak Silas, mereka memberi salam dan masuk duduk di tempat mereka.
" Jadi saya ulang lagi apa yang saya sampaikan tadi ya, bahwa hari Sabtu minggu depan akan diadakan perpisahan
dengan kelas dua belas mulai pukul sembilan pagi sampai selesai. Semua kelas dua belas diharapkan pakai baju adat dan berpoles secantik dan seganteng mungkin ya. Untuk konsumsi kalian kumpul uang tiga puluh ribu rupiah untuk konsumsi para undangan dan guru-guru. Kalau konsumsi untuk kalian pakai uang kas kelas kalian ya. Yang menjadi panitia Penamatan adalah kelas sepuluh dan sebelas, kalian tinggal duduk manis dan akan dipanggil ke panggung menerima map ya."
pengumuman tersebut Mereka ngobrol pakaian apa yang akan dikenakano. Ada yang rencana menyewa baju di salon di kota. Ester sensiri akan memakai baju adat yang baru satu kali dipakainya waktu sepupunya nikah.
Di tempat Rian pada malam harnyai setelah ibu Ratna bertemu Ester ramai memperbincangkan Ester.
"Cantik amat si kembang desa, pantas perjaka ting ting dari kota keseng sem", Yuli mulai mwnggoda Rian
"Belum seberapa itu Hawa, kalau dia nyanyi lautan apipun bisa kusebrangi untuk mendapatkan dia," Rian tak mau kalah melawan ocehan Yuli.
"Ngomong-ngomong, menurut Ester dia akan melanjutkan sekolahnya di luar pulau, dan itu akan makan waktu yang lama", kata ibu Ratna.
" Paling lima tahun Bu. Zaman canggih begini jarak tidak jadi persoalan. Yang penting sama-sama setia", Rian mencoba memberikan pendapat kepada ibunya walaupun di hati kecilnya ada ketakutan luar biasa kehilangan Ester.
" Ester itu cantik alami, murah senyum, polos, dan bagus suaranya, begini Kak Rian kalau ada sepuluh orang laki-laki ,dua orang laki-laki melirik dan delapan lainnya memelototi dia", Yuli sengaja menggangu Rian yang tidak bisa menyembunyikan lagi kekuatirannya.
"Atau begini An, kau nikah dulu baru Ester pergi melanjutkan kuliahnya", bu Ratna mencoba memberi jalan keluar.
"Begini Bu, klau memang jodoh pastilah akan dipertemukan. Biarkan Ester menggapai cita-citanya. Dia gadis baik", Rian memberikan pendapatnya. Di satu sisi Rian tidak mau Ester pergi jauh dari sisinya tetapi di sisi yang lain Rian tidak mau mengandaskaskan cita-cita Ester.
Acara penamatan siswa kelas dua belas berjalan semarak dan meriah. Master of Ceremony secara berpasangan mengenakan baju adat dengan suara yang mirip dengan pembawa acara di televisi menambah semaraknya acara penamatan, dilanjutkan dengan tari joget bersama dan tari daerah dibawakan oleh siswa-siswa kelas sepuluh dan sebelas. Acara pembacaan siswa siswi yang berhasil diterima di perguruan-perguruan tinggi negeri adalah acara yang ditunggu-tunggu Ester. "Puji Tuhan, akhirnya aku diterima di fakutas Seni yang memang aku suka", Ester berdoa dalam.hatinya atas kasih Tuhan pada dirinya, walaupum ada sedikit rasa nyeri di hatinya mengingat Rian yang akan jauh darinya.
Bab 11
Ester Pergi Jauh
Cita dan cinta dua hal yang beda-beda tipis dalam kehidupan orang muda. Cita memberikan gairaj hidup penuh warna, memberi gairah hidup melangkah dan berjalan dalam siituasi yang penuh tantangan, sementara cinta menjadi payung yang melindungi dikala panas terik atau disaat hujan fatang melanda. "Adakah yang salah dalam langkahku, mengapa cinta dan citaku terlalu jauh berseberangan, cintaku tinggal di sini sedang citaku jauhh di ujung sana. Ahh capek memikirkannya", guman Ester yang duduk dekat jendela kamarnya sore ini sambil menatap burung elang terbang sendiri mengitari langit. Sangat sedih dia memikirkan hari-harinya kelak tanpa menyaksikan kehadiran Rian di dekatnya. Walaupun hanya berpandangan jau h itu sudah cukup membuat Ester senang .Namun cita-citanya untuk menjadi seorang sarjana membuat Ester lebih realistis berpikir, apa lagi kedua orang tuanya memberikan dukungan penuh untuk tetap kuliah. Orang tuanya menyanggupi semua biayanya karena kakak laki-lakinta, Roni, tinggal menunggu hari wisuda, tempat kuliah juga sudah ada tinggal menunggu pengumuman lulus atau tidak di SMA. "Bulatkan tekatmu Ester, pak Rian tidak akan kemana kalau dia memang jodohmu", Ester berbisik pelan pada dirinya.
Setelah hari acara penamatan untuk siswa kelas dua belas, Ester lebih banyak waktunya tinggal di rumah browsing internet mencari tahu tentang kampus yang dia akan tempati nanti. Kampus juga menyediakan asrama putra dan puteri. Dia memperhatikan biaya asrama tersebut dan mwmberi tahu ayah ibunya, mereka merasa mampu membayar, namun Ester belum membooking kamar asrama tersebut karena belum ada pengumuman apakah dia lulus atau tidak.
Di tempat yang lain, Rian juga mulai membayangkan betapa sunyinya tanpa melihat Ester berada dekatnya. Setelah siswa kelas dua belas tidak muncul lagi di sekolah termasuk Ester terasa ada yang hilang walaupun Rian hanya memandang Ester dari jauh dan menyaksukan Ester tertawa lepas dengan teman-temannya itu sudah membuat Rian bahagua Ahhh wujud cinta yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata hanya dirasakan dalam dada yang terasa perih bila tak kesampaian atau memekarkan bunga dalam dada bila cinta tersambur baik
Waktu hari pengumuman telah tiba. Ester dan teman-temannya sudah berada di kelasnya. Mereka ngobrol memakan cemilan yang mereka bawa dari rumah. Pakaian seragam baju putih dengan celana atau rok abu-abu mereka gunakan.Di tas mereka telah tersimpan cat pilox sprayer yang akan mereka gunakan menulis namanya di baju putih teman-temannya, walaupun kepala sekokah sudah peringatkan supaya semua baju seragam kelas dua belas dikumpul di sekolah untuk diserahkan kepada siswa yang membutuhan. Tapi Ester dan teman-temannya sudah mengiklaskan satu potong bajunya ditululisi nama teman-temannya untuk disimpan sebagai kenang-kenangan.
Siswa kelas dua belas tampak mempunyai kesibukan sendiri-sendiri sambil menunggu saatnya saarnya pengumuman, ada yang masuk warungnnya tante Yudit, ada yang duduk-saja di gazebo, Ester dan beberapa temannya menghabiskan waktunya berfoto ria bersama dengan gaya suka-suka. Pak Rian yang kebetulan tidak mengajar hanya berdiri di depan pintu ruang guru didekati Abram untuk berfoto bersama, Abram melihat ke kantor ternyata ada pak kepala sekolah, dengan sopan Abram meminta kesediaan beliau foto bersama dengan siswa kelas dua belas Jadi dehh foto bersama dengan riang gembira. Setelah merasa cukup banyak foto bersama, pak kepala sekolah permisi dan tinggal pak Rian yang masih betah tinggal bersama siswa tersebut.
Pak Rian tanpa canggung meminta Abram untuk mengutipnya berdua sambil memeluk Ester. Ester diam saja dan menuruti arahan Abram pose ke kanan atau ke kiri. Olalaa Ester malu campur bahagia. Begitupun dengan pak Rian. Teman-teman Ester sontak bernyanyi 'kemesraan ini janganlah cepat berlalu, kemesraan ini ingin kukenang selalu...' Moment romantis di tengah keramaian siswa kelas dua belas yang tinggal menghitung jam berpisah satu dengan yang lain, setelah tiga tahun bersama menjalani hari-hari indah, sedih, dan seribu satu macam suasana. Masa SMA masa indah merankai asa. Hadeww indah dan indah.
Pas pukul dua belas semua kelas dua belas disilakan masuk ke kelas menunggu wali kelasnya memberitahukan pengumuman. Pak Silas masuk ke kelas Ester dengan memegang amplop berisi nomor peserta ujian di dakamnya. Sepeeti biasanya sang ketua kelas memberi aba-aba untuk memberi salam yang merupakan kali terakhir dari Ester dan teman-temannya.
"Hari ini kalian akan melihat dari amplop yang akan bapak bagikan apakah apakah Lulus atau Tidak lulus. Di bagian keterangan ada tulisan 'L' dan 'TL". Jangan dulu buka amplopnya nanti kalau sudah dapat semua ya,". Pak Silas membagi satu persatu. Setelah semua dapar amplop, Ester tidak sabar membuka amplopnya,"Puji Tuhan, lulus", pekik Ester kegirangan, teman-temannya juga tak kalah seru. Setelah pak Silas keluar dari kelas, Ester berhamburan dari kelas menuju lapangan dan mereks tanpa dikomando masuk ke ruang guru menyalami para guru yang sedang duduk.
"Siggah di rumah sebentar ya Ter", kata pak Rian ketika Ester berjabat tangan dengan pak Rian
"Iya Pak",jawab Ester.
Setelah siswa pulang dan sekolah mulai sunyi, Ester minta permisi pada Vero dan Erni untuk pergi ke rumah Rian.
"Hati-hati ya Ter jaga diri baik-baik", kata Erni sambil senyum penuh arti.
"Kami duluan ya, jangan terlalu lama ngobrolnya", sambung Vero.
"Iya bestie", jawab Ester. Ester megetuk pintu tempat tinggal Rian, tak lama kemudian Rian muncul dengan memakai baju kaos warna biru dengan celana pendek warna hitam. Rian masih tetap ganteng dalam balutan baju santainya.
"Ayo masuk, selamat ya semoga tambah sukses ke depan"
"Permisi Pak, mau cuci tangan dulu penuh cat tadi", Ester masuk dan terus ke kamar mandi mencuci tangan dan membsuh wajahnya yang berlepotan dengan cat. Rian menutup pintu depan dan menemui Ester. Rian memeluk Ester dari belakang, mencium tengkuknya dan gejolak asmara membuat mereka tak berkutik higga tersadar mereka telah melakukan apa yang sebenarnya belum boleh dilakukan.
"Mengapa tidak ada noda merah di seprei Ter?"
Bab 12
Ester Pergi Jauh
"Mengapa tidak ada noda merah di seprei Ter?,"Rian berdiri memperhatikan tempat mereka bergulat barusan. Ester yang masih terbaring melihat ekspresi wajah Rian marah, ketidaksenangannya tergambar jelas. Rian menatap tajam Ester, Ester hanya memalingkan wajahnya dan tak berkata apa-apa, hanya butiran air matanya mulai luruh mengumpul di sudut matanya. Rian pergi ke kamar mandi, Ester bergegas turun dari ranjang dan bergerak cepat membuka pintu depan. Di luar hujan mulai rintik-rintik, Ester mempercepat langkahnya berlomba dengan titik hujan yang membasahi rambutnya."Tuhan!! ampuni dosaku, ampuni kelemahan imanku",Ester berdoa dalam hatinya tentang apa yang telah dilakukan dengan Rian. Ada kepasrahan dalam hati Ester untuk ditinggalkan oleh Rian untuk menikah dengan wanita lain. Kekecewaan di wajah Rian dan pertanyaan Rian yang menembus sampai di dasar hatinya sudah cukup kuat membuat Ester untuk tidak menaruh harapan kagi pada Rian. Sakit!! pedih!!, Andika telah menghancurkan cinta Rian dan Ester. Rian yang membutuhkan virgin dari Ester tidak didapatkannya menbuat Rian tak bisa menyenbunyikan kekecewaannya.Hujan yang menetes Ester tak hiraukan, dia hanya ingin cepat sampai dirumahnya, mengguyur air dengan rambut dan badannya. Kali ini Ester tak akan menangis di pelukan ibunya. Ibu dan bapaknya harus hanya mendengar berita bahagia bahwa dia sudah lulus dan akan melanjutkan kuliahnya di tempat yang jauh.