Konflik di dunia mimpi dimulai ketika dua dewi yang sangat kuat berseteru. Yang satu adalah Goddess of Order, dewi penyandang nama keteraturan. Yang satunya adalah Goddess of Chaos, dewi penyandang nama kekacaubalauan.
Goddess of Order berkeyakinan bahwa umat manusia akan lebih berjaya ketika segala aspek kehidupannya diliputi keteraturan. Akhirnya, dia menciptakan konsep peradaban dan sistem.
Sementara itu, Goddess of Chaos berkeyakinan bahwa segala sesuatu di semesta ini harus mengalir secara alamiah, berpasrah pada alam, dan sirna sebagaimana mestinya. Akhirnya, dia menciptakan konsep kekacaubalauan dan entropi.
Goddess of Order tidak ingin menuai konflik dengan Goddess of Chaos, sehingga dia menciptakan peradaban dan sistem secara sembunyi-sembunyi. Selama berabad-abad, peradaban yang dibangunnya menjadi besar, megah, dan kaya. Tapi, tak lama kemudian Goddess of Chaos memergokinya.
Diliputi amarah yang teramat sangat, Goddess of Chaos menciptakan makhluk mengerikan bernama 'The Eater'. Bentuk maupun ukurannya bervariasi dari tupai yang kecil hingga naga yang besar. Namun, tujuan mereka hanyalah satu : Menghancurkan peradaban yang telah dibangun Goddess of Order
Tak ingin dunia yang telah dibangunnya itu dirusak, Goddess of Order mengumpulkan para ksatria terpilih dari seluruh penjuru dunia dan mengumandangkan perang besar-besaran melawan 'The Eater'. Setelah beberapa dekade pertempuran tak berujung, akhirnya tiba juga saat di mana Goddess of Order dan Goddess of Chaos berseteru.
Pertempuran maha dahsyat pun tak terelakkan. Hentakan serangan mereka digambarkan sebagai bencana yang merusak bumi, merobek langit, dan membelah gunung. Pada akhirnya, mereka berdua pun saling bunuh.
Tetapi, walaupun kedua dewa tersebut telah tiada, peninggalan mereka masih ada. Pertempuran besar itu berlanjut dan takkan pernah pudar. Sayangnya, angin kemenangan kini berpihak pada pasukan Goddess of Chaos. 'The Eater' telah berhasil menghancurkan 80% peradaban umat manusia.
Suatu ketika, sebuah keajaiban terjadi. Orang-orang dari dunia nyata -dunia kita- terpanggil ke dunia mimpi itu tiap kali kita tertidur. Begitulah...
"Intinya, kita yang terpanggil ini berada dalam pihak Goddess of Order," katanya. "Karena kita berperang melawan monster bernama 'The Eater' itu."
"Jujur saja, ini pertama kalinya kudengar kisah it," kataku kemudian. "Di mana kau mendengar cerita ini?"
"Tentu dari para penduduk," katanya agak kesal. "Kutebak kau ini tipe orang yang bermain game tanpa pernah bicara dengan NPC, bukan?"
"Maaf."
Sekarang ini aku berada di kantin utara SMA Minerius. Lawan bicaraku tak lain adalah gadis bernama Ellen yang kutemui semalam.
Kupikir akan cukup sukar untuk mencarinya. Namun, secara mengejutkan aku dapat langsung mengenalinya ketika sampai di kantin. Wajahnya benar-benar sama persis dengan yang kusaksikan dalam mimpi. Seorang gadis dengan rambut hitam lembut berponi lurus yang unik.
Setelahnya, aku mengambil tempat duduk di seberangnya dan Ellen pun memulai kisahnya tentang dunia mimpi,
"Jadi, apa pendapatmu mengenai 'kematian di dunia mimpi'?"
"Aku memutuskan untuk percaya padamu. Aku melihat dengan mata kepalau sendiri bagaimana sistem memerintahkan hal-hal seperti : pengembalian paksa ke dunia nyata, pemutusan permanen akses masu ke dunia mimpi, dan parahnya... penghapusan ingatan," jelasku. "Tapi, itu semua berhasil digagalkan oleh [Holy Seed of Revival] yang kauberi."
"Benar, kau orang yang cukup beruntung sampai bisa menemuiku dan melakukan percakapan tersebut. Jika tidak, mungkin sekarang ini kau berkeliaran di sana tanpa tujuan sambil menunggu kematian merenggut semuanya, seperti kebanyakan orang."
Harus kuakui, aku ini orang yang tak suka dengan konflik. Hampir setiap hari aku selalu menghindari konflik yang timbul. Namun, jika sudah menyangkut perkara serius seperti nyawa orang, penjajahan, dan dunia lain, tentunya aku harus berubah.
Dunia mimpi yang awalnya kuanggap sebagai permainan belaka itu kini menjadi sebuah tanggung jawab besar yang harus kuemban. Konflik ini meningkat pesar dari nol ke seratus! Luar biasa!
Namun, aku juga tak bisa asal 'ikut-ikutan' menyelamatkan dunia tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku pun melontarkan beberapa pertanyaan pada Ellen.
"Aku punya empat pertanyaan," kataku.
"Silahkan."
"Pertama, bagaimana kau pertama kali sadar tentang ini?"
"Beberapa teman sekelasku pernah berkata bahwa mereka memimpikan hal yang sama yang kebetulan juga kumimpikan. Namun, beberapa hari kemudian, mereka lupa begitu saja. Kemudian aku mulai menyelidiki beberapa orang untuk mencari tahu penyebabnya. Lambat laun, aku pun tahu bahwa 'kematian' adalah pemicunya."
"Eh? Jadi, ada orang yang masih hidup dalam mimpi itu di sekolah ini?"
"Mungkin saja, tapi bukan di kelasku. Seluruh teman sekelasku sudah 'mati' di dunia sana."
"Kedua. Di mana kau mendapatkan [Holy Seed of Rebirth]?"
"Di dunia mimpi, aku berteman dengan seseorang dengan pekerjaan botanis. Singkatnya, dia menemukan metode untuk mengevolusikan tanaman. Secara tak sengaja, dia pun menemukan item aneh itu."
"Adakah metode lain untuk mengetahui bahwa dunia itu bukanlah mimpi biasa? Selain menggunakan [Holy Seed of Rebirth]?"
"Sejauh ini, aku belum tahu."
"Ketiga. Kenapa dunia mimpi itu terlihat seperti game?"
"Kupikir itu disebabkan sihir progenitor ciptaan Goddess of Order yang telah menjadi bagian dari hukum dunia itu sendiri. Kau tahu kan, Goddess of Order itu suka dengan segala sesuatu yang memperkaya manusia. Konsep penuh kalkulasi dan sistem seperti game itu salah satu contoh yang paling efektif kan? Kau tahu berapa banyak orang yang terbantu karenanya? Banyak sekali."
"Baik, lalu pertanyaan keempatku adalah..." kataku. "Kenapa kita harus menyelamatkan dunia mereka?"
"Pertanyaan itu susah dijawab," katanya dengan lirih. "Kuakui bahwa menyelamatkan dunia itu tidak ada untungnya bagi kita. Tapi, setelah kau tahu kenyataan dibaliknya, apakah kau masih bisa berkelit dari maslaah ini? Mereka itu juga manusia seperti kita, kan?"
"..."
"Dunia itu telah hancur 80%. Penduduk di sana berjuang keras untuk bertahan dengan sekuat tenaga. Suatu ketika, sistem dunia itu secara ajaib memanggil kita, penduduk dunia lain, untuk berjuang bersama mereka. Tapi, sebagaimana kerasnya penduduk di sana meyakinkan kita, mayoritas dari kita masih beranggapan bahwa itu adalah mimpi. Itu... Sangat tragis, bukan?"
Keprobadiannya sekarang sangat berbeda dibandingkan dengannya di mimpi semalam. Seakan beban yang teramat berat menjatuhi pundaknya dan membebaninya. Aku dapat melihat itu semua dari tatapan matanya.
Aku bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain, apalagi urusan dunia lain. Namun, gadis di hadapanku ini begitu berbanding terbalik dariku. Yah, mau bagaimana lagi...
"Oke, jadi tujuan utama kita adalah membinasakan 'The Eater' dari dunia itu dan memastikan bahwa penduduk di sana kembali berjaya, bukan?" kataku. "Kita hanya perlu membunuh 'The Eater', mengembalikan teritori mereka, dan mempertahankanya, kan?"
"Kau..."
"Kau pikir siapa yang menyuruhku menjadi pengawal seseorang?"
"Ahaha, baiklah. Kalau begitu, mari kita bertemu lagi malam ini, Yuta."