She's Nadine

Tumbuh bersama trauma sejak kecil, Nadine seolah dipaksa untuk menyimpan semua lukanya seorang diri.     Orang tua Nadine terlalu keras mendidiknya, sampai menjadikannya gadis penurut yang hanya bisa iya-iya saja saat dia dijadikan boneka oleh orang tuanya. Sekalipun, teman-teman dan keluarganya tidak pernah melihat air mata gadis itu turun.     Tidak pernah ada yang tahu tentang trauma apa yang selalu menghantui Nadine. Tidak pernah ada yang tahu hal apa yang dibenci Nadine. Juga tidak pernah ada yang tahu kapan tepatnya gangguan kecemasannya muncul. Karena mereka semua menganggap keseharian Nadine normal, tidak ada yang perlu dicemaskan selama gadis itu masih bisa tersenyum dan tertawa.     Padahal, Nadine hanya tidak tahu cara mengungkapkan dan membagi ceritanya kepada orang lain. Sampai kemudian garis takdir membawanya pada salah satu teman sekolahnya. Semakin mengenalnya, Nadine juga diajarkan cara berbagi cerita dan beban yang selama ini dia pikul seorang diri. Membuat mereka dekat, dan kemudian untuk pertama kalinya Nadine berani memberontak kepada Papinya.