"Mereka bilang aku sama saja seperti ibu, para tetangga ngusir aku dari rumah, sedangkan ibu sudah tidak peduli lagi dengan nasib anaknya. Aku udah coba berkali-kali untuk bunuh diri tapi selalu
gagal karena Om Eslan."
"Aku capek, Nau. Rasanya mati lebih baik daripada hidup gak bahagia sedikitpun. Aku sampai gak tau rasa bahagia itu seperti apa. Bahkan saat dia ada didalam perut aku, perasaan aku gak tau kayak apa, seolah kehadirannya itu beban banget buat
aku."
"Aku capek, Nauka." Alula memejamkan matanya, dadanya sudah sakit dan tubuhnya sudah lelah menangis meskipun air matanya tidak pernah habis.
"Semua kejadian yang menimpa kamu ada hikmahnya, Al. Kamu udah ada di tangan yang tepat, kamu udah aman sama Om Eslan. Dia pria baik, percaya sama aku." Kata Nauka meyakinkan.
"Mungkin pertemuan kalian yang sedikit salah, tapi percaya sama aku, di luar pintu itu, Om Eslan selalu nunggu kamu. Khawatir dengan keadaan kamu sama calon bayi kalian. Om Eslan enggak