Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Aldous Black - Knight of Westria

Abi_Maulana_S
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.3k
Views

Table of contents

Latest Update1
Prolog2 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Malam itu, salju turun begitu derasnya.

Sudah jelas, acara kembang api di alun-alun kota akan dibatalkan, meski waktu hampir mendekati tengah malam. Yah, aku juga tak peduli dan memilih pulang, setelah menguras isi dompetku dan minum di salah satu bar.

Aku terhuyung melewati jalan kecil, sampai tiba di sebuah griya yang masih berdiri kokoh, ditengah kuatnya angin bercampur air dan butiran es.

Rumahku, Istanaku. Kedatipun kusebut sebagai istana, mungkin tak lama lagi akan cocok bila disebut Istana Kematian.

Aku segera memasuki rumah itu, yang jelas sekali terlalu besar, gelap dan juga sunyi, untuk di tinggali seorang diri. Namun, kenyataannya sampai sekarang, tak ada seorang pun yang menerima lamaranku....

Kulepas mantelku yang berlapis salju, kemudian kulemparkan begitu saja ke punggung sofa di ruang tengah, dan kini hanya menyisakan kaos hitam polos dan celana jins biru setengah basah. Setelah itu, aku kembali terhuyung menuju dapur, untuk mengambil sebotol wine yang kusimpan di lemari laci, dan rencananya kuminum sebelum tidur.

Namun,perhatianku teralihkan oleh kilatan di sebelah rak piring....

Dan aku melihatnya : satu set pisau perak berbagai ukuran, dan termasuk gunting,saat ini tersimpan aman di dalam wadahnya.

Rasanya seperti ada yang menyengat tenggorokanku. Namun,aku tahu ini tak ada hubungannya dengan wiski ataupun wine yang kuminum sebelumnya.

Akhirnya,aku menemukan jawaban atas semua masalahku. Jawaban yang sudah lama kupikirkan,tapi tak pernah kulakukan. Aku sudah lama lupa akan rasa takut yang dulu menyelimuti.

Tanpa sadar,aku sudah menjatuhkan botol anggur di tanganku.

Sekarang hanya ada kenekatan dan keberanian. Tanpa pikir panjang,kuambil pisau secara sembarang dan kebetulan,yang kuambil ternyata pisau paling besar dan paling panjang. Dengan pisau di tangan,aku berjalan menuju ruang tengah dan duduk di sofa yang menghadap ke televisi.

Entah kenapa aku perlu memilih tempat yang pas untuk menjemput ajal. Mungkin aku berpikir untuk melihat siaran berita natal selagi sekarat. Apapun itu,aku segera menyalakan televisi.

Badai salju di London telah mengacaukan rencana perayaan dan acara kembang api. Aku sendiri heran,karena tak biasanya badai turun di malam tahun baru. Dan ketika aku melihat berita internasional,rupanya badai salju juga terjadi di berbagai negara. Apakah ini sebuah kebetulan atau tidak,aku juga tak peduli.

Karena berita tak menyajikan sesuatu yang membuatku tertarik,aku mengganti saluran dan kebetulan,salah satu film horor yang dibicarakan teman-temanku di kantor ditayangkan malam ini.

Gagasan sinting tiba-tiba muncul dalam kepalaku. Para polisi pasti mengira aku syok dan bunuh diri setelah melihat film ini. Ini benar-benar lucu. Kematian ku bisa menimbulkan dampak bagi sebuah film horor.

Jam hampir menunjukan pukul dua belas malam. Ini saat yang tepat untuk mengakhiri hidupku yang begitu terkutuk.

Kuangkat pisau di tangan tinggi-tinggi,dengan ujung runcing menghadap ke bawah. Tak ada sedikitpun keraguan dalam diriku,juga tak ada pikiran yang membuatku membayangkan bagaimana rasa sakitnya nanti.

"Selamat tinggal,James. Waktunya pergi ke alam barza."

Aku menutup mata dan mengucapkan perpisahan. Detik berikutnya pisau mengayun turun dan menusuk,tepat ke arah jantung--

Aku sudah membayangkan darah yang mengucur deras dan seharusnya,pisau itu cukup tajam untuk menembus tubuhku.

Namun,sebuah tangan yang pucat dan amat dingin menahan pisau tepat sebelum merobek kaos ku. Awalnya kupikir tangan kematian yang menggagalkan semua usahaku. Sampai seorang gadis berkata dengan logat perancis dan jelas sekali,dalam kemarahan yang begitu besar.

"Apakah kau sudah gila? Kau ingin pencarian ku selama bertahun-tahun ini menjadi sia-sia?"