Kemudian, Liora hendak berbalik dan.... Tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh sesuatu yang berdiri di hadapannya dengan tatapan mata tajam "Kau sedang menguntitku ya!? Heh." Ucapnya sambil tersenyum miring.
***
Tatapan mata berwarna gold serta rambut dark blue bercampur hitam menatap tajam ke arah Liora. Liora yang melihat pemandangan itu, seakan terhipnotis oleh ketampanan sang pria itu. Tapi, dia langsung tersadar oleh lamunannya.
"Ah maaf. Aku tidak sengaja mengikuti mu. Sekali lagi maafkan aku." Ucapnya mau melenggang pergi. Tapi, pria tersebut menarik lengan Liora bermaksud menghentikan gadis itu.
"Siapa bilang kau boleh pergi? Hm? Kau sudah mengikuti ku, sekarang ketahuan.. kau mau pergi?" Wajah pria itu semakin dekat dengan wajahnya. Liora berperang dengan pikirannya sendiri 'tidak tidak, ini terlalu dekat.'
"Kau harus tanggung jawab dong." Ucapnya sambil tersenyum miring. Liora langsung menatap wajah pria tersebut "a-apa maksudmu?" Ucapnya terbata.
Jujur saja, Liora takut menatap pria itu. Karena mata tajam dan dingin pria itu seakan mau menyerang dirinya. Tapi, Liora mencoba tenang. 'tenang Liora, dia tidak akan macam macam.'
Kemudian, Liora melihat jam di tangannya. Dia terkejut sebentar lagi bel masuk. Lalu, dia menatap ke wajah pria tersebut "Maaf, bisakah kau minggir? Aku terlambat di jam pelajaran."
Pria tersebut menatap Liora lekat. Liora yang ditatap seperti itu menelan ludah. Kemudian "Ya. Pergilah. Tapi kau harus tetap tanggung jawab." Lagi. Kesekian kalinya pria tersebut berbicara dengan tersenyum miring.
Liora langsung melenggang pergi dengan setengah berlari. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Sedangkan pria tadi, melihatnya dengan tatapan sulit diartikan kemudian dia tersenyum kecil. Sangat kecil.
Liora berhenti sejenak untuk mengistirahatkan jantungnya yang berdetak kencang. Berhadapan dengan seorang pria tadi, seperti di interogasi di suatu tempat yang sangat sangat mengerikan. Gila, yang benar saja.
Liora menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Kemudian, dia berdiri dan mulai berjalan menuju ke kelas prakteknya. Kelas berpedang. Dia berjalan lemas tidak bersemangat dikarenakan pria tadi.
Dia bergelut dengan pikirannya sendiri
harusnya tadi aku tidak mengikutinya. Kenapa kau ini bodoh sekali. Lihat kan akibatnya. Hah...
Dia menghela nafas panjang, kemudian, mulai pelajaran berpedang.