Chereads / JUST MY SELF / Chapter 16 - Satu Kelompok

Chapter 16 - Satu Kelompok

Tiara di panggil oleh guru bimbingan konseling perihal bolosnya kemarin dan bu Ayu melihat Tiara dan Revan bolos bersama. Sekali lagi bu Ayu menanyakan hal itu, tapi Tiara tetap diam. Dia hanya menundukkan kepalanya dan mengepal tangannya karena gugup dan tidak bisa menjawab.

"Tiara, kenapa kamu diam saja?" tanya bu Ayu lagi.

"Ibu tidak mau ya ada kejadian yang merugikan kalian berdua terutama kamu, karena ibu tau kamu itu siswi baik-baik," lanjut bu Ayu.

"I-iya, Bu. Saya tidak akan melakukan hal itu lagi," jawab Tiara memberanikan diri.

"Ya sudah, kamu keluar. Bel masuk istirahat sebentar lagi berbunyi."

Tiara berdiri dan pamit undur diri, dia juga menutup pintu ruang BK dengan pelan. Setelah pintu tertutup Tiara menghembuskan napas panjangnya dan kembali ke kelas. Tiara langsung menghempaskan bokongnya dengan kasar dan menempelkan keningnya di atas meja, pandangan matanya melihat ke lantai yang ada di bawahnya sambil menahan tangis. Bagi Tiara ini pertama kalinya dia di panggil ke ruang BK dan jika di panggil ke ruangan itu adalah siswa siswi yang bermasalah, jadi dia menyimpulkan kalau dia sedang bermasalah sedangkan masalah itu ajakan dari Revan.

"Kenapa dia nggak di panggil?" tanya Tiara.

"Siapa?" tanya Zia mendekatkan ke telinga Tiara.

"Revan," jawab Tiara dengan nada berbisik.

"Gue? Kenapa gue?"

Tiara langsung bangun dari posisinya dan mendongak untuk melihat sumber suara tersebut. Setelah melihat wajah Revan, Tiara melukis senyum di sudut bibirnya yang terlihat seperti meremehkan.

"Apa gue harus terima lo?" tanya Tiara dalam hati.

"Kenapa? Gue kenapa?" tanya Revan sekali lagi.

"Berisik lo, kembali ke tempat duduk sana," usir Tiara.

Mulut Revan menganga lebar saat melihat dan mendengar aksi pengusiran Tiara, bukannya marah justru Revan tersenyum manis pada Tiara. Senyum Revan membuat Tiara salah tingkah dan memalingkan wajahnya.

"Sinting!" umpat Tiara.

Zia pun ikut tersenyum saat melihat sahabatnya dan Revan, bahkan Zia menyipitkan matanya tanda menyelidik situasi di depannya. Tiara yang mengetahui hal itu langsung bertanya.

"Kenapa mata lo? Kelilipan?" tanya Tiara.

Zia menjawab pertanyaan Tiara dengan berbisik di telinganya. "Lo suka Revan ya?"

"NGGAK!" seru Tiara.

Mendengar perkataan Tiara, beberapa pasang mata langsung mengarah padanya dan penuh tanda tanya. Tiara yang malu mendapatkan tatapan itu langsung tersenyum kikuk dan berpura-pura membaca buku, sementara lengannya tengah menyikut Zia.

Guru pelajaran bahasa inggris langsung masuk dan membagikan kelompok.

"Revan dengan Tiara," ucap pak Dikta selaku guru bahasa inggris.

"WHAT?" seru Tiara.

"What happened?" tanya pak Dikta pada Tiara.

"No ... nothing, Sir. Sorry," jawab Tiara tertunduk malu.

'Kenapa gue harus satu kelompok sama dia, berdua lagi. Parah banget,' batin Tiar, kesal.

"Nama lo deketan sama Revan, jadi lo berdua. Ciee," ledek Zia.

"Berisik lo," balas Tiara berkata tanpa membuka mulutnya.

Zia terkekeh mendengar perkataan Tiara, dia langsung melihat ke belakang ke arah Revan yang sedang tersenyum, tapi sekelebat mata Zia menangkap sosok yang sedang melihat dengan tatapan tidak biasa.

Zia langsung bertanya dengan cara menulis di bukunya dan di berikan pada Tiara karena pak Dikta sedang menerangkan materi pelajarannya.

[Lo berantem sama Faza ya?]

Tiara pun membalas dengan tulisan juga.

[Nggak. Gue putus.]

Mata Zia membulat sempurna saat membaca balasan tulisan dari Tiara, hampir saja dia terkejut dengan mengeluarkan suara keras, tapi dia tersadar dengan cepat karena mendengar suara pak Dikta.

"Pantesan Revan ngedeketin Tiara," kata Zia dalam pikirannya.

"Tapi, apa nggak bahaya kalau Tiara pacaran sama Revan. Secara Revan kan ...."

Zia tidak bisa melanjutkan perkataannya karena dia tidak ingin membayangkan hal-hal yang negatif karena Zia mengetahui Revan itu seperti apa. Dia memang pintar, populer, tapi satu hal yang membuat perempuan pendiam khawatir macam Tiara yaitu playboy. Benar. Begitulah Revan. Playboy, dia tidak pernah serius dalam menjalin hubungan. Sekarang dia berada kelas dua, siswi yang mendekatinya tidak bisa di hitung pakai jari. Zia sedikit khawatir jika memang benar Tiara menyukai Revan, sebagai sahabat Zia tidak ingin Tiara merasakan kesedihan atau sakit hati akibat perbuatan Revan nantinya. Terlebih Zia mengetahui perihal keluarga Tiara yang sedang bermasalah, dia tidak ingin Tiara berada di titik terendah untuk merasakan sakit hatinya.

"Jangan lupa, kalian hapalkan dan pertemuan selanjutnya senin depan maju satu per satu sesuai kelompok yang bapak bagikan tadi. Are you understand?" tanya pak Dikta memastikan

"Yes, Sir." Para siswa siswi kompak menjawab pertanyaan sang guru.

Melihat pak Dikta keluar, Zia langsung memberondong pertanyaan pada Tiara dengan nada pelan agar teman sekelasnya tidak ada yang mendengar.

"Gue tau kok, Zia. Makasih udah kasih tau gue, tenang aja. Gue juga sadar diri kok," jawab Tiara dengan santai.

"Sorry, bukannya apa-apa ya, gue cuma lo ..."

"Gue tau, Zi," sela Tiara.

"Ok, take care ya, Ra," pesan Zia.

Tiara mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Bel istirahat pun berbunyi, satu per satu siswa siswi erhamburan keluar kelas menuju rumah masing-masing, tapi bagi beberapa murid ada yang tinggal di sekolah karena jadwal ekstrakulikuler pun Tiara dan Zia. Mereka mengikuti ekskul seni budaya dan beberapa murid berlatih untuk pentas pelepasan kelas tiga nanti yang akan di adakan beberapa bulan lagi. Tiara dan Zia keluar kelas menuju ruang seni, tapi latihan akan di mulai lima belas menit lagi.

"Woy, ada yang berantem di taman belakang!" seru siswa di luar yang berlarian.

Murid yang ada di dalam ruang seni mendengar seruan siswa tersebut, yang penasaran langsung keluar dan mengikuti murid yang berlarian untuk melihat sedangkan yang tidak tertarik melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Salah satu siswi keluar ruang dan bertanya pada murid yang lewat.

"Eh, siapa yang berantem?" tanya Mira menghentikan murid di luar.

"Revan!" siswa yang berlarian itu langsung melanjutkan lainnya setelah menjawab.

"Waw, lagi dan lagi Revan," ejek siswi tersebut sambil bertepuk tangan menunjukan tanda tidak terkejut.

"Revan?" tanya Zia memastikan diri sendiri.

Zia yang penasaran langsung bangun dari duduknya, dengan cepat Tiara bertanya.

"Gue mau liat, Revan berantem sama siapa lagi." Zia langsung ikut lari untuk melihat kejadian Revan berantem dan ingin mengetahui dengan siapa dia berantem.

Tiara yang tidak tertarik langsung melanjutkan melihat handphonenya yaitu bermain game.

"Tiara! Lo nggak ikut sama sahabat lo Zia?" tanya Mira.

Tiara menggeleng dan tersenyum. "Nggak. Gue mau di sini lagian nggak tertarik dan udah nggak aneh juga, kan."

"Iya juga sih, cewek kayak lo nggak pernah tertarik sama hal selain belajar. Lo 'kan siswi baik-baik," ledek Mira.

"Gue rasa itu pujian yang tulus," balas Tiara dengan nada santai tanpa melihat lawan bicaranya.

"TIARA!!" pekik Zia sambil mengatur napasnya yang habis berlarian.