Suara kursi roda yang didorong dengan cepat bergema di sepanjang lorong dengan pencahayaan yang remang-remang.
Perasaan Luna tak tenang saat sadar ini bukanlah lorong di mana dirinya dirawat, sial sekali. Luna masih berusaha untuk bisa melihat orang dibelakangnya.
"Siapa kamu? Mau di bawa ke mana saya?" hardik Luna, sejak tadi dia terus menanyakan kalimat yang sama.
Namun, wanita cantik dengan gaun putih indah di belakang Luna tak menggubris sedikit pun.
Dia Sania, mengambil kesempatan ini untuk membuat Luna membalas rasa kesalnya tempo hari sebab Luna menarik perhatian Ekal dan membuat Ekal mengabaikan wanita ular itu.
Sania fokus melirik jauh ke depan mencari tempat yang pas untuk meninggalkan Luna, di lorong yang sepertinya tak memiliki ujung itu tak terlihat satu orang pun melintas.
Bahkan lorong itu terasa lebih sunyi dari lorong lain yang pernah Luna lewati, Luna yakin sekali dia tak pernah melintasi lorong ini.